Analisis Kelayakan Ekonomi dari Sistem TPTII dalam Frame REDD

189 Skenario Asumsi Justifikasi Asumsi Proyeksi Kebutuhan Ladang ha Ketersediaan Lahan ha 25 Tahun 50 Tahun APL APL + Areal tidak efektif Lainnya Skenario -3 Pembinaan Terintegrasi dan TPTII diterapkan  KK peladang menurun 20 dari total KK  Luas ladang per KK menurun 2 haKK  Rotasi ladang makin pendek 3 tahun  Pertumbuhan penduduk sama dengan kondisi eksiting  Terintegrasinya kegiatan TPTII, PMDH dan pembinaan parapihak termasuk Pemda  Program terpadu agroteknologi, agroforestri, social forestry dan agroindustri  Kepastian usaha dan pasar  Jaminan harga produk menguntungkan dari usaha masyarakat 4.441 13.638 25.600 57.600 Sumber: Hasil olahan data penelitian Lampiran 28 sd Lampiran 31

9.3.3. Analisis Kelayakan Ekonomi dari Sistem TPTII dalam Frame REDD

Analisis kelayakan ekonomi penyerapan karbon di areal TPTII PT. SBK dengan menggunakan laju pertumbuhan rata-rata pertahun current annual increment dan baseline TPTI perusahaan lain, menunjukkan secara rata-rata potensi karbon di areal TPTII lebih tinggi dibandingkan TPTI, baik tanpa penebangan alternatif-1 maupun dengan penebangan hanya jalur tanam alternatif -2 dan penebangan di jalur tanam dan tebang pilih jalur antara alternatif -3. Potensi penyerapan karbon berdasarkan laju penyerapan perhektar selama 50 tahun di areal TPTII yaitu rata-rata 306,78 ton Cha tanpa penebangan, dan adanya penebangan potensi karbon menjadi 160,53 ton Cha tebang jalur tanam dan 154,19 ton Cha tebang jalur tanam dan tebang pilih jalur antara. Potensi karbon tanpa penebangan dan penebangan relatif Lanjutan Tabel 41 190 lebih tinggi diareal TPTII dibandingkan di areal TPTI BAU yang hanya 33,52 ton Cha artinya terdapat perbedaan rata-rata 4 sampai 9 kali dibanding TPTI BAU. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa adanya perlakuan penanaman dan pemeliharaan secara intensif dan adanya ruang tumbuh pada areal TPTII akan menghasilkan biomas dan karbon jauh lebih besar. Hasil analisis kelayakan ekonomi manfaat karbon dengan menggunakan skenario tanpa penebangan alternatif-1 di areal TPTII menunjukan bahwa pembangunan sistem TPTII adalah tidak layak secara finansial pada harga karbon US 5 - 25 per ton C, suku bunga 10, 12 dan 14 dan perubahan biaya biaya turun dan naik masing-masing 15 yang ditunjukan oleh nilai NPV negatif dan BCR 1. Sedang pada penebangan di jalur tanam alternatif-2 layak sampai bunga 10-12 serta pada penebangan di jalur tanam dan tebang pilih di jalur antara alternatif -3 masih layak sampai tingkat suku bunga 14. Adanya perbedaan nilai karbon dan kelayakan antara sistem TPTII dengan sistem TPTI, menunjukan bahwa kawasan hutan yang dikelola dengan sistem TPTII memberikan manfaat yang lebih besar dalam mengkonservasi karbon, sehingga harus diperhitungkan sebagai opportunity cost, jika dibandingkan dengan sistem TPTI. Dengan demikian, adanya perbedaan potensi dan nilai ekonomi karbon pada kedua sistem tersebut merupakan salah satu cara dalam menentukan besarnya kontribusi tanaman dalam menyimpan karbon apabila akan dimasukan dalam skema perdagangan karbon melalui mekanisme REDD.

9.3.4. Analisis Sosial dari Sistem TPTII dalam Frame REDD

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42