Sampel Penelitian Jenis dan Sumber Data Analisis Data 1. Pendugaan Kebutuhan Lahan Masyarakat

160 dalam pelaksanaan REDD mendapat pengakuan masyarakat di sekitar kawasan hutan.

8.1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan akan lahan bagi masyarakat dengan memasukan usulan kebutuhan akan jenis tanaman komersial yang diinginkan oleh masyarakat. 8.2. METODE PENELITIAN 8.2.1. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di areal HPH PT. SBK Nanga Nuak Provinsi Kalimantan Tengah yang menerapkan Sistem Silvikultur TPTI Intensif pada bulan Maret 2007 – April 2008. Lokasi penelitian untuk mengetahui pilihan komoditas masyarakat meliputi tiga obyek desa sampel yaitu : Tumbang Kaburai, Sungkup dan Tanjung Paku.

8.2.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 10 orang terdiri atas peladangpetani, kepala adat, tokoh masyarakat, dan perguruan tinggi. Sampel ditentukan secara purposive dipilih berdasarkan pengetahuan dan pemahaman terhadap aktivitas perladangan masyarakat dan jenis tanaman unggulan yang layak di kembangkan oleh masyarakat di sekitar lokasi penelitian.

8.2.3. Jenis dan Sumber Data

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara langsung terhadap responden. Wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang memuat: a luas areal perladangan, pilihan komoditas, luas dan jenis komoditas, status lahan masyarakat, produksi per komodtas, biaya perkomoditas, perkiraan pendapatan perkomoditas, dan pasar komoditas. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain: a jumlah penduduk, data 161 eksisting luas dan jumlah tanaman yang diusahakan masyarakat saat ini, data jumlah dan luas perladangan, peta penutupan kawasan hutan dan lahan di sekitar areal TPTII PT. SBK, dan informasi pendukung lainnya. 8.2.4. Analisis Data 8.2.4.1. Pendugaan Kebutuhan Lahan Masyarakat Pendugaan kebutuhan lahan masyarakat diproyeksikan untuk jangka waktu 50 tahun atas dasar ketersediaan Areal Penggunaan Lain - APL 25.600 ha dan atau total areal tidak efektif ATE yang berada dalam wilayah kerja PT. SBK 57.600 ha yaitu luas APL 25.600 ha ditambah luas kawasan lindung, bekas tebangan dan perambahan 32.000 ha. Perhitungan kebutuhan lahan mempertimbangkan laju pertumbuhan penduduk, jumlah kepala keluarga peladang, luas ladang per kepala keluarga, rotasi perladangan dan proyeksi kebutuhan ladang. Proyeksi kebutuhan luas ladang dihitung menggunakan kondisi eksisting ada TPTII dan PMDH pada kondisi eksisting saat ini alternatif-1, dan tiga peluang alternatif kondisi lain yaitu: 1 ada PMDH namun tidak ada TPTII alternatif-1; 2 tidak ada PMDH maupun TPTII alternatif-2; dan 3 ada PMDH yang terpadu dan TPTII ditingkatkan alternatif-3. Ketiga alternatif ini akan dijelaskan pada Bab berikut. Dalam menghitung kebutuhan lahan perladangan masyarakat berdasarkan kondisi eksisting saat ini alternatif-1 menggunaan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1 Laju perladangan diasumsikan semakin bertambah seiring dengan laju pertumbuhan penduduk jika tidak ada pembinaan dan pengembangan mata pencaharian alternatif, dan berlaku sebaliknya jika ada pembinaan dan pengembangan mata pencaharian alternatif. 2 Laju pertumbuhan penduduk diasumsikan tetap yaitu rata-rata 4,59tahun laju pertumbuhan 5 tahun terakhir. 162 3 Jumlah penduduk di dalam dan sekitar areal TPTII sebanyak 4.628 jiwa dengan 1.205 KK 2006. 4 Jumlah kepala keluarga peladang dalam kurun waktu 2001-2006 sebanyak 419 KK 35 dari jumlah kepala keluarga saat penelitian Alternatif-1.. 5 Rotasi perladangan petani rata-rata 5 tahun pada kondisi saat penelitian Alternatif-1.. Proyeksi kebutuhan lahan masyarakat atas dasar luas ladang dan ketersediaan areal penggunaan lain APL dan total areal tidak efektif ATE yang berada di dalam wilayah kerja PT. SBK, pada kondisi eksiting saat penelitian alternatif-1 dilakukan dengan tahapan dan metode analisis data sebagai berikut: 1 Perhitungan jumlah penduduk dan jumlah peladang proyeksi 50 tahun, dianalisis dengan mengadopsi persamaan laju pertumbuhan Issard 1960 dalam Simon 2004 yang dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian: P t+o = P t 1+r o Dimana : P t+o = jumlah penduduk dan jumlah peladang pada tahun proyeksi – ke t+o Pt = jumlah penduduk dan jumlah peladang saat ini– tahun dasar 2006 r = laju pertumbuhan penduduk dan jumlah peladang dalam 5 tahun terakhir o = proyeksi jumlah penduduk dan peladang untuk 50 tahun ke depan 2 Pendugaan kebutuhan lahan masyarakat didasarkan atas jumlah peladang, luas ladang perkepala keluarga dan rotasi ladang, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: KLL n = JKKP n x LL n x RL n Dimana: KLL = Kebutuhan lahan ladang pada tahun ke – n hathn JKKP = Jumlah kepala keluarga peladang pada tahun ke- n orangthn LL = Luas lahan per kepala keluarga pada tahun ke-n haorang RL = Rata-rata rotasi ladang pada tahun ke-n tahun n = tahun proyeksi 163 3 Membandingkan proyeksi kebutuhan lahan masyarakat KLL dengan APL 25.600 ha ditambah dengan total areal tidak efektif lainnya ATE = 57.600 ha yang berada dalam areal kerja PT. SBK. Jika hasil perbandingan: KLL APL, diasumsikan masyarakat berpotensi merambah ke dalam kawasan areal tidak efektif lainnya ATE, jika tidak ada upaya pembinaan dan TPTII. KLL ATE, diasumsikan masyarakat berpotensi merambah ke dalam areal tanaman TPTII dan atau ke wilayah di luar areal kerja PT SBK Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan HPH Lain, jika tidak ada upaya pembinaan dan pelaksanaan TPTII yang terpadu.

8.2.4.2. Pemilihan Tanaman Unggulan Sebagai Bentuk Kompensasi Yang Diberikan Kepada Masyarakat

Analisis yang digunakan adalah analisis AHP. AHP atau Analitycal Hierarchy Process adalah salah satu metode yang telah meluas penggunaannya dalam analisis kebijakan pemerintah. Dalam AHP ditekankan pada penentuan skala penting dari berbagai pilihan yang akan dibuat. Penentuan skala penting mengikuti skala Saaty seperti pada Tabel 39. Tabel 39. Penentuan Skala Penting Berdasarkan Skala Saaty Saaty, 1986 Tingkat Kepentingan Definisi 1 Sama penting 3 Sedikit lebih penting 5 Jelas lebih penting 7 Sangat jelas lebih Penting 9 Pastimutlak lebih penting kepentingan yang ekstrim 2,4,6,8 Jika ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 11-9 Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9 164 Hasil pembobotan terhadap pemilihan jenis pohon dalam model konservasi karbon didapatkan dari pendapat 10 orang ahli yang menjadi responden dalam penelitian ini. Model pemilihan tanaman unggulan dapat dilihat pada tahapan kegiatan sebagaimana pada Gambar 45.

8.3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Language Disorder In Schizophrenia Patient: A Case Study Of Five Schizophrenia Paranoid Patients In Simeulue District Hospital

1 32 102

Integration of GIS Model and Forest Management Simulation to Minimize Loss Risk By Illegal Cutting (A Case Study of The Teak Forest in District Forest of Cepu, Central Java)

0 16 120

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 60 209

The potency of Intensive Sylviculture System (TPTII) to support reduced emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) (a case study in concession of PT.Sari Bumi Kusuma in Central Kalimantan)

0 22 597

Growth of plantation and residual trees on the intensified indonesian selective cutting and planting. Case study in PT Gunung Meranti Forest Concession Area, Central Kalimantan Province

0 21 394

Deforestation And Forest Degradation In Lombok Island, Indonesia: Causes And Consequences

0 2 95

IMPLEMENTASI PERATURAN HUKUM TENTANG REDUCNG EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) DI INDONESIA

0 3 87

REDD+ and the Agricultural Drives of Deforestation Keyfindings from Three Studies in Brazil, Ghana and Indonesia

0 0 27

Methodology Design Document for Reducing Emissions from Deforestation and Degradation of Undrained Peat Swamp Forests in Central Kalimantan, Indonesia

0 0 286

Reducing Emission from Deforestation and Degradation Plus (REDD+)

0 0 42