56
Pohon Mati
Kondisi fisik pada pohon mati yang rebah pada areal TPTII dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kondisi Fisik dari Pohon Mati pada Areal TPTII di PT. SBK Nanga Nuak
Tahun BB gr
Volume cm
3
BKT gr KA
Kerapatan grcm
3
BJ grcm
3
1 12.96
12.68 6.72
93.56 1.02
0.53 2
14.09 14.26
8.86 59.13
0.99 0.62
3 11.95
17.72 8.69
37.63 0.67
0.49 4
8.99 12.67
6.51 38.19
0.71 0.51
5 8.33
10.81 6.78
22.88 0.77
0.63 6
15.74 14.63
10.42 49.64
1.07 0.71
7 4.20
13.91 3.73
12.40 0.30
0.27
Kondisi fisik pada pohon yang mati cenderung memiliki kadar air yang rendah, dengan kerapatan yang tinggi dan berat jenis yang juga tinggi
dibandingkan tanaman yang hidup. Hal ini disebabkan karena pada tanaman yang mati, potensi air yang ada dirongga telah menguap karena faktor suhu dan
sinar matahari. Kondisi ini menyebabkan kandungan air yang ada didalam rongga menjadi sedikit, sehingga sebagian besar rongga akan terisi oleh bahan
bahan penyusun kayu, baik selulosa, hemiselulosa, zat ekstraktif, dan lignin sehingga akan menyebabkan kadar air berkurang, namun kerapatan dan berat
jenis kayu akan semakin besar.
4.3.4. Potensi Biomassa Tanaman
4.3.4.1. Potensi Biomassa Meranti pada Sistem TPTII dan Diameter Pohon Besar
Potensi biomassa meranti yang menggunakan sistem TPTII dari tanaman meranti usia 1 - 7 tahun dengan jumlah sampel pohon sekitar 75
pohon dan pohon berumur 8,9 dan 10 hanya mengukur diameter. Sedangkan pohon yang berumur 12, 15 dan 20 masing-masing ditebang satu pohon seperti
dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 17 serta Lampiran 2.
57
Tabel 11. Potensi Biomassa Meranti pada areal TPTII di PT. SBK Nanga
Nuak
Tahun ke-
Jenis diameter
cm Tinggi
m Berat Kg
Biomassa kg Batang
Akar Daun
Ranting Cabang
Total Batang
Akar Daun
ranting Cabang
Total 1
Shorea leprosula 2.86
2.31 1.86
0.62 1.86
0.1 4.44
1.35 0.48
0.93 0.06
2.83 2
Shorea parviflora 4.13
4.05 2.05
1.54 1.34
0.51 5.44
1.42 1.2
0.67 0.37
3.66 3
Shorea leprosula 6.29
4.91 5.4
3.1 3.8
1.3 13.6
3.64 2.53
1.88 0.71
8.76 4
Shorea leprosula 9.97
8.77 20.46
9.74 9.74
8.77 48.72
14.32 6.92
4.87 5.09
31.2 5
Shorea johorienis 12.77
11.18 38.9
12.6 24
5.7 81.3
26.5 10.7
12 4
53.2 6
Shorea leprosula 14.23
12 50.4
23.1 23.1
11.5 108.1
37.8 17.1
11.5 7.7
74.1 7
Shorea latifolia 17.05
15.27 84.2
28.4 28.4
17.9 158.9
58.9 19.9
14.2 9.3
102.3 8
Shorea leprosula 19,51
17,73 113,71
39,16 37,82
22,77 213,46
109,36 35,70
22,13 17,52
184,71 9
Shorea leprosula 21,98
20,40 150,28
50,34 46,05
29,23 275,90
150,21 46,84
26,08 24,25
247,38 10
Shorea leprosula 24,45
23,17 191,98
62,93 54,98
36,49 346,38
199,53 59,72
30,12 32,45
321,81 12
Shorea leprosula 28.00
25.8 620
156 92.5
106 974.5
326,12 132.6
46.25 68.9
573,87 15
Shorea leprosula 36.00
28.8 1.093,71
266.8 101,0
175.3 1995.9
699,98 152,14
51,57 99,44
1.003,13 20
Shorea leprosula 49.40
34 2.242.5
290 147.5
283.5 2963.5
1.291,79 246.5
73.75 184.27
1.796,31
Keterangan : Jumlah pohon yang ditebang sebanyak 78 pohon
Perhitungan potensi biomassa permudaan berumur 1 – 7 tahun menggunakan metode destruktif. Metode destruktif ini juga dilakukan untuk
Shorea leprosula berdiameter 28,0 cm, 36 cm dan 49,40 cm. Untuk menduga umur Shorea leprosula berdiameter besar ini 28,0; 36,0 dan 49,40 cm
digunakan pendekatan regresi linier Gambar 17. Berdasarkan persamaan regresi tersebut diperoleh dugaan umur pohon sebagai berikut: pohon
berdiameter 28,0 cm diduga berumur 12 tahun, pohon berdiameter 36,0 cm diduga berumur berumur 15 tahun dan pohon berdiameter 49,40 cm diduga
berumur berumur 20 tahun.
58
Pertumbuhan Diameter Meranti
y = 0,0047x
2
+ 2,4213x - 0,1736 R
2
= 0,9958
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Tahun D
ia m
e te
r c
m
Gambar 17. Pertumbuhan meranti dan persamaan untuk menduga pertumbuhan meranti berdiamter 28,00; 36,00 dan 49,40 cm
Potensi biomassa anakan meranti usia satu tahun pada jalur tanam TPTII adalah sekitar 2.83 kgpohon. Potensi tanaman meranti pada usia satu
tahun umumnya memiliki karakteristik pertumbuhan berupa kayu muda atau masih didominasi oleh juvenil. Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa
potensi batang pada tanaman usia 1 tahun 47 masih belum sesuai dengan proporsi biomassa batang pada tanaman dewasa yang berkisar 60 - 65
Tanaman meranti usia 2 – 5 tahun, potensi biomassa batang rendah
dikarenakan sebagian besar tanaman meranti pada usia 2 tahun masih berusaha untuk tumbuh terus ke atas sehingga perkembangan secara vertikal lebih
diutamakan daripada perkembangan diameter. Potensi biomassa berdasarkan bagian tanaman pada tanaman meranti
usia 5 tahun juga didominasi oleh biomassa batang, walaupun tidak sampai 60 – 65 . Hal ini disebabkan karena pada tanaman usia 5 tahunan seperti usia
tanaman dibawahnya umumnya juga lebih mengutamakan pertumbuhan tinggi dibandingkan pertumbuhan diameter. Artinya pertumbuhan
tinggi perkembangannya lebih besar dibandingkan pertumbuhan diameter. Kondisi
ini akan berpengaruh pada bobot tanaman, baik potensi selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif
59
Potensi biomassa tanaman meranti usia 6 tahun, masih termasuk
kedalam fase pertumbuhan tiang dengan diameter batang sekitar 13 – 15 cm. Potensi biomassa tanaman meranti usia 6 tahun masih dipengaruhi oleh
besarnya biomassa batang. Hal ini menunjukkan potensi kayu batang merupakan komponen utama dari potensi biomassa tanaman
Potensi biomassa tanaman meranti usia 7 – 8 tahun, seperti pada
tanaman usia 6 tahun masih termasuk kedalam fase pertumbuhan tiang dengan potensi diameter batang sekitar 15 - 19,51 cm. . Dari potensi biomassa
tanaman meranti yang ditanam di jalur sistem TPTII telah terjadi peningkatan biomassa untuk semua segmen tanaman baik batang, akar, maupun cabang,
sehingga akan meningkatkan potensi biomassa total tanaman.
Potensi Biomassa Bagian Meranti
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00 350,00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Tahun K
g
Batang Akar
Daunranting Cabang
total
Gambar 18. Potensi Biomassa Meranti pada areal TPTII di PT. SBK Nanga Nuak
Korelasi antara faktor umur tanaman dengan potensi biomassa adalah sekitar 95,9 . Nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat
antara faktor umur tanaman dengan potensi biomassa. Hal ini berarti pengaruh umur sangat besar dalam menentukan besarnya potensi biomassa serta pada
akhirnya akan menentukan besarnya potensi karbon.
Potensi biomassa meranti untuk diameter 20 cm ke atas merupakan
potensi biomassa yang merepresentasikan potensi biomassa tanaman
60
sebenarnya. Berdasarkan bagian pohon, bagian pohon umumnya terdiri dari batang 60 – 65 , tajuk 5 , daun dan cabang 10 – 15 , tunggak 5 –
10 dan akar 5 . Sedangkan secara komposisi kimia, maka kayu memiliki komposisi sebagai berikut selulosa 50 , hemiselulosa 20
dan lignin 30 White, 1991. Potensi biomassa akar pada tanaman meranti juga cukup besar. Hal ini
disebabkan karena akar yang berfungsi sebagai alat penopang batang agar dapat tumbuh dan berdiri tegak juga terdiri dari bahan bahan penyusun kayu.
Daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat dan kurang berat. Berat
bahan organik pada daun umumnya hanya memiliki kisaran antara 3 – 6 . Menurut White 1991, kisaran bahan organik dari daun adalah sekitar 6 .
Besarnya rongga yang diisi oleh udara, air dan zat zat penyusun yang kurang berat menyebabkan potensi biomassa daun akan menjadi rendah.
Potensi biomassa cabang juga relatif rendah, yang disebabkan karena sebagian bagian batang lebih didominasi oleh juvenil dan bagian kayu muda,
kecuali pada bagian pangkal cabang. Besarnya bagian kayu muda dan besarnya potensi air di cabang menyebabkan potensi biomassa akan menjadi
rendah.
4.3.4.2. Model Pendugaan Biomassa Tanaman Meranti pada Sistem TPTII
Biomassa tanaman meranti dibangun melalui hubungan antara besarnya biomassa dengan diameter batang. Namun selain dipengaruhi oleh diameter,
biomassa tanaman juga akan dipengaruhi oleh besarnya tingkat kerapatan kayu. Tingkat kerapatan kayu merupakan nilai yang menunjukkan ukuran
berat kayu dengan volume kayu. Makin besar tingkat kerapatan kayu berarti makin besar potensi biomassa, karena makin tinggi kerapatan kayu maka zat
penyusun sel sel tanaman akan semakin besar. Untuk itu dalam menyusun rumusan biomassa tanaman, maka tingkat kerapatan kayu merupakan faktor
61
penentu besarnya biomassa tanaman. Penanaman meranti pada jalur tanam dilakukan setiap jarak 5 meter dan lebar jalur antara 22 meter.
Model pendugaan biomassa tanaman meranti pada pengelolaan sistem TPTII dapat dilihat pada Tabel 12. Dalam penentuan model pendugaan
biomassa total didasarkan pada model yang memiliki R
2
95 .
Tabel 12. Model Pendugaan Biomassa Tanaman Meranti di PT. SBK Nanga Nuak
Keterangan : Jumlah sampel : 78 pohon 2-4 pohonplot, ada 22 plot Dimana :
ρ Batang = 0.64 ρ Akar
= 0.79 ρ Cabang = 0.63
ρ Daun = 0.50
ρ total = 0.64
4.3.4.3. Perbandingan Model Pendugaan Biomassa
Model perbandingan biomassa antara model yang dibangun dalam penelitian ini dengan model pendugaan biomassa yang dibangun oleh Brown
dan Gaston 1996 dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 19.
Tabel 13. Perbandingan antara dugaan Biomassa pendekatan Model Dinamika dan Hasil Laboratorium Hasil Penelitian dengan Model Brown 1996
Tahun ke
Rata-Rata Diameter cm
Biomassa kgpohon Hasil Studi
Brown Laboratorium
1 2,86
1,59 1,69
2,83 2
4,13
4,00 4,27
3,66
3
6,29
11,44 12,38
8,76
4 9,97
36,19 39,72
31,20 5
12,77 67,10
74,19 53,21
Bagian Tumbuhan Model Pendugaan Biomassa
Rumus pertumbuhan R
2
Batang B =
ρ 0.065 D
2.693
95.97 Akar
B = ρ 0.102 D
2.075
90.51 Daun Ranting
B = ρ 0.382 D
1.54
96.13 Cabang
B = ρ 0.023 D
2.43
96.84 Total
B = ρ 0.18 D
2.50
95.99
62
Tahun ke
Rata-Rata Diameter cm
Biomassa kgpohon Hasil Studi
Brown Laboratorium
6 14,23
87,98 97,59
74,14 7
17,05 138,34
154,28 102,34
8 19,51
193,68 216,89
184,71 9
21,98 260,93
293,23 247,38
10 24,45
340,53 383,91
321,81
Ket : Total biomassa above ground dan below groundakar pohon
Untuk above ground biomass
-500,00 0,00
500,00 1.000,00
1.500,00 2.000,00
2.500,00
2,86 6,29
12,77 17,05
21,98 28,00
49,40 Diameter Pohon cm
B io
m as
sa K
g P
oh on
Persamaan yang Dibangun Persamaan Brow n
Selisih
Gambar 19 . Perbandingan Dugaan Biomassa Meranti antara Hasil Penelitian dengan Model Brown 1996
Dari model pendugaan biomassa dalam penelitian ini didapatkan hasil yang cenderung lebih rendah dibandingkan model biomassa yang
dikembangkan oleh Brown 1996. Potensi biomassa yang dikembangkan melalui model penelitian ini yang relatif lebih mendekati dengan potensi
biomassa dari kondisi sebenarnya dibandingkan dengan potensi biomassa yang dibangun dengan menggunakan rumus Brown 1996. Perbandingan potensi
biomassa yang dikembangkan dengan rumus Brown dan rumus dari penelitian ini terhadap nilai potensi biomassa sebenarnya di lapangan dapat dilihat pada
Gambar 20 dan Gambar 21.
Lanjutan Tabel 13.
63
0,00 500,00
1.000,00 1.500,00
2.000,00 2.500,00
2,86 6,29
12,77 17,05
21,98 28,00
49,40
Diamater Pohon Cm
B io
m a
s s
a K
g P
o h
o n
Persamaan yang Dibangun Persamaan Brown
Laboratorium
Gambar 20. Perbandingan Dugaan Biomassa yang Dikembangkan dari Model Penelitian dan Model Brown terhadap Potensi Biomassa Meranti sebenarnya di PT. SBK
-400,00 -200,00
0,00 200,00
400,00 600,00
2,86 6,29
12,77 17,05
21,98 28,00
49,40
Diamater Pohon cm
B io
m a
s s
a K
g P
o h
o n
Persamaan yg dibangun Persamaan Brow n
Gambar 21. Selisih Dugaan Biomassa antara Rumus Brown dengan Rumus dari Penelitian ini
Dari hasil perhitungan potensi biomassa, baik dengan rumus Brown maupun dengan rumus hasil penelitian ini dapat ditarik suatu argumen, yaitu:
1 untuk potensi biomassa dengan diameter pohon 6 cm cenderung memiliki nilai yang relatif sama dengan potensi biomassa yang sebenarnya, 2 untuk
pohon dengan diameter 4 - 25 cm hasil perhitungan menggunakan rumus yang dibangun dari penelitian ini dan yang dibangun Brown 1996 cenderung
memiliki dugaan biomassa yang over estimate lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sebenarnya, 3 untuk pohon berdiameter 3 cm hasil dugaan
64
Brown 1996 relatif lebih mendekati hasil uji laboratorium, dan 4 untuk pohon berdiameter 4 – 25 cm, pendugaan biomassa meranti lebih mendekati
rumus yang dibangun dari hasil penelitian ini dibandingkan dengan rumus yang dibangun Brown 1996.
4.3.5. Potensi Biomassa pada Beberapa Sistem Silvikultur di PT. SBK 4.3.5.1. Potensi Biomassa pada Sistem TPTII
Potensi biomassa pada ekosistem hutan yang dikembangkan melalui sistem TPTII terdiri dari potensi biomassa tanaman pada jalur antara, potensi
biomassa pada jalur tanam, potensi biomassa tanaman mati dan potensi biomassa serasah. Potensi biomassa tanaman pada ekosistem hutan dengan
sistem TPTII dapat dilihat pada Tabel 14. Sedang potensi biomassa pada areal TPTI dengan mengambil sampel di PT. SJM dapat di lihat pada Tabel 15.
Tabel 14. Potensi Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan dengan Sistem TPTII di PT. SBK Nanga Nuak
Tahun Total Biomassa Areal TPTII TonHa
Meranti jalur tanam kayu mati
jalur antara Serasah
Total Rata-
rata
x S
Rata- rata
x S
Rata-rata
x S
Rata-rata
x S
1 0,23
0.03 48,11
1.67 85,60
6.27 5,64
1.55 139.58
2 0,29
0.05 51,62
1.79 86,70
6.35 5,98
1.26 144.59
3 0,70
0.09 49,81
1.73 89,91
6.59 6,74
1.36 147.17
4 2,50
0.39 50,92
1.77 91,70
6.72 7,23
1.27 152.34
5 4,26
0.47 52,90
1.84 92,75
6.79 11,36
1.56 161.27
6 5,93
0.37 52,61
1.83 97,22
7.12 7,84
1.75 163.60
7 8,19
0.44 60,65
2.11 98,41
7.21 11,09
1.26 178.34
8 14,78
0.76 52,38
1.82 101,21
7.41 7,98
1.43 176.34
9 19,79
0.63 52,38
1.82 103,97
7.62 7,98
1.43 184.11
10 25,74
0.51 52,38
1.82 106,88
7.83 7,98
1.43 192.98
Keterangan: - Untuk kayu mati dan serasah data destruktif tahun 1 – 7 dan seterusnya digunakan rata-rata
65
Tabel 15. Potensi Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan dengan Sistem TPTI di PT. SJM, Kalimantan Barat
No Tahun
Biomassa Tonha Pohon 10
cm Pancang
2-10 cm Tumbuhan
Bawah Serasah
Kayu Mati
Total 1
2,005 72.40
4.93 3.60
7.98 52.38
141.28 2
2,004 74.88
5.15 4.42
7.98 52.38
144.81 3
2,003 77.35
5.14 4.90
7.98 52.38
147.74 4
79.49 5.28
3.60 7.98
52.38 148.73
5 81.96
5.39 3.60
7.98 52.38
151.31 6
84.44 5.49
3.60 7.98
52.38 153.89
7 86.91
5.60 3.60
7.98 52.38
156.47 8
89.38 5.71
3.60 7.98
52.38 159.04
9 91.86
5.81 3.60
7.98 52.38
161.62 10
94.33 5.92
3.60 7.98
52.38 164.20
Pengambilan data pada TPTI dilakukan pada areal satu tahun, dua tahun dan tiga tahun 2003, 2004 dan 2005 setelah penebangan dan selanjutnya digunakan regresi linier untuk menentukan biomassa dan
karbon.
Berdasarkan data pada Tabel 14 potensi biomassa tanaman pada jalur tanam dan jalur antara meningkat dari penanaman tahun 1999 sampai tahun
2009. Biomassa total pada tahun 1 - 10 ini paling tinggi berasal dari jalur antara. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tegakan pada jalur antara masih
cukup baik. Biomassa yang tertinggi lainnya adalah dari kayu mati, hal ini menunjukkan bahwa setelah penebangan banyak kayu mati yang tersisa di
lapangan dan tidak dimanfaatkan.. Tabel 14 memperlihatkan pertumbuhan setiap pool biomassa pada
kegiatan TPTII. Pool jalur tanam dan jalur antara memperlihatkan petumbuhan biomassa yang cepat sedangkan pool kayu mati dan serasah cenderung tidak
ada pertumbuhan, bahkan pada pool serasah berfluktuasi. Fluktuasi pada pool serasah menunjukkan bahwa biomassa serasah tidak berpengaruh pada
kegiatan pengelolaan kehutanan dan tidak terpengaruh oleh waktu. Rata-rata persen biomassa serasah dalam 10 tahun pertama sebesar 7,50 . Studi yang
dilakukan oleh Belle et al 2008, rata-rata serasah pada studi di Aceh sebesar 3,61 .
66
4.3.5.2. Perbandingan Potensi Biomassa pada Beberapa Sistem Silvikultur
Untuk membandingkan potensi biomassa pada sistem TPTII, maka dibuat beberapa baseline. Baseline yang digunakan adalah biomassa pada
ekosistem hutan dengan sistem TPTI terdiri dari jalur tanam, jalur antara, kayu mati, serasah dan akar pohon, ekosistem hutan primer terdiri dari above
ground, kayu mati, serasah dan akar pohon dan biomassa ekosistem alang- alang. Perbandingan potensi biomassa pada beberapa sistem silvikultur dapat
dilihat pada Gambar 22.
Perbandingan Potensi Biomassa pada Beberapa Tipe Lahan
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
300.00 350.00
400.00 450.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
12 15
20
Umur th B
io m
a s
s a
T o
n h
a
TPTII TPTI
Virgin Forest
Sumber Data : TPTII : Penelitian di PT. SBK Kalimantan Tengah
TPTI : ITT PT. SJM Tahun 2004-2006
Virgin Forest : Penelitian di areal virgin forest di PT. SBK Kalteng Keterangan
: Umur 1 – 10 tahun merupakan hasil pengukuran dan umur 10 tahun menggunakan rumus yang dibangun
Gambar 22. Perbandingan Biomassa Tanaman pada Ekosistem Hutan pada berbagai tipe lahan di PT. SBK Nanga Nuak
Potensi biomassa TPTII pada tiga tahun pertama lebih rendah dari biomassa TPTI. Potensi Biomassa TPTII naik tinggi setelah tahun keempat
sehingga potensi biomassa TPTII lebih tinggi dari potensi biomassa TPTI pada tahun keempat dan seterusnya. Biomassa alang-alang lebih rendah dari
biomassa yang lain. Biomassa hutan primer lebih tinggi dari potensi yang lain pada dua puluh tahun pertama lihat Lampiran 8, 9 dan 10.
67
4.3.6. Potensi Karbon Ekosistem Hutan pada Beberapa Sistem Pengelolaan Hutan