Kesimpulan STATUS KEBERLANJUTAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO

7.3. Kesimpulan

Berdasarkan kondisi eksisting lokasi penelitian berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo, dimensi ekologi, infrastruktur-teknologi, serta hukum dan kelembagaan kurang berkelanjutan, sedangkan dimensi ekonomi dan sosial budaya cukup berkelanjutan. Secara multidimensi wilayah basis peternakan di Kabupaten Situbondo cukup berkelanjutan dengan 24 atribut yang sensitif berpengaruh dalam meningkatkan indeks keberlanjutan. Atribut-atribut tersebut adalah: 7 atribut pada dimensi ekologi, 4 atribut pada dimensi ekonomi, 5 atribut pada dimensi sosial budaya, 4 atribut pada dimensi infrastruktur-teknologi, dan 4 atribut pada dimensi hukum dan kelembagaan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan ke depan jangka panjang, skenario yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status pengembangan kawasan agropolitan di wilayah basis peternakan di Kabupaten Situbondo adalah skenario progesif-optimistik dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif, minimal 7 atribut faktor kunci yang dihasilkan dalam analisis prospektif, sehingga semua dimensi menjadi berkelanjutan untuk pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu. DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Situbondo Dalam Angka 20062007. Situbondo: Pemerintah Kabupaten Situbondo Kerjasama BPS dan BAPPEKAB Situbondo. [BAPPEKAB] Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten dan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Profil Kabupaten Situbondo. Situbondo: Pemerintah Kabupaten Situbondo Kerjasama BAPPEKAB dan BPS Situbondo. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Program Pembangunan Pertanian 2001 – 2004. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Penerapan Konsep Kawasan Agropolitan. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia SDM Pertanian. [Disnak Situbondo] Dinas Peternakan Situbondo. 2006. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Situbondo. Situbondo: Dinas Peternakan Kabupaten Situbondo. [Dirjen] Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2002. Integrasi Ternak Sapi dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta: Direktorat Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. -----------------------------------------. 2003. Buku Statistik Peternakan Tahun 2002. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Dirjen] Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Dirjen] Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. Ed ke-3. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries Rapfish Project. Rapfish Software Description for Microsoft Exel. Vancouver: University of British Columbia, Fishries Centre. Pambudy R, Sipayung T, Priatna WB, Burhanuddin, Kriswantriyono A, Satria A. 2001. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Santosa U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakartra: Penebar Swadaya. Saragih B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB. Saragih B, Sipayung T. 2002. Biological utilization in developmentalism and environmentalism. Paper Presented at the International Seminar on Natural Resources Accounting Environmental Economic Held in Yogyakarta, Indonesia, April 29. Sarwono B, Arianto HB. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Jakarta: Penebar Swadaya. SEMAI. 1998. Saatnya kembali ke kompos. Informasi Agribisnis Nasional. Bulan Nopember. Sugeng YB. 1998. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya. --------------. 2002. Budidaya Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.

VIII. SISTEM KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU