2. Uji Validasi Kinerja SISTEM KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU

yang diperoleh. Namun demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan lahan budidaya akan menyebabkan tekanan terhadap lahan sehingga kualitasnya dapat menurun. Akibatnya produksi usahatani juga akan menurun yang diikuti menurunnya keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini berarti konsep limit to growth juga terjadi terhadap produksi dan keuntungan usahatani agropolitan. Dengan melihat hasil simulasi model dinamik berdasarkan struktur model yang telah dibangun sesuai dengan konsep teori empirik seperti diuraikan di atas, maka model pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Kabupaten Situbondo dapat dikatakan valid secara empirik.

b.2. Uji Validasi Kinerja

Uji validasi kinerja merupakan aspek pelengkap dalam metode berpikir sistem. Tujuannya adalah untuk memperoleh keyakinan sejauh mana kinerja model sesuai compatable dengan kinerja sistem nyata, sehingga model yang dibuat memenuhi syarat sebagai model ilmiah yang taat fakta Muhammadi et al. 2001. Menurut Barlas 1996 bahwa uji validasi kiunerja dilakukan dengan cara memvalidasi kinerja model dengan data empiris. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik seperti uji penyimpangan antara nilai rata-rata simulasi terhadap aktual absolute mean error = AME dan uji peyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual absolute variation error = AVE dengan batas penyimpangan yang dapat diterima maksimal 10. Dalam uji validasi kinerja, dapat digunakan satu atau beberapa komponen variabel baik pada komponen utama main model maupun komponen yang terkait co-model. Uji validasi kinerja dalam penelitian ini menggunakan uji AME dengan menggunakan data aktual perkembangan jumlah sapi potong periode 4 tahunan yaitu tahun 2004 – 2007. Adapun jumlah sapi potong aktual dan hasil simulasi di wilayah Kabupaten Situbondo seperti pada Tabel 56. Tabel 56 Perbandingan jumlah sapi potong aktual dan hasil simulasi di wilayah berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo tahun 2004-2007 Jumlah Sapi Potong di Wilayah Basis Peternakan di Kabupaten Situbondo Tahun Aktual Simulasi 2004 67 534 68 179 2005 68 127 68 563 2006 68 529 68 931 2007 69 264 69 283 Jumlah 273 454 274 956 Hasil pengujian terhadap validitas kinerja untuk elemen jumlah sapi potong tersebut menunjukkan bahwa antara model dengan data empirik terdapat kesesuaian dalam ambang batas yang diperbolehkan. Berdasarkan nilai hasil uji validasi kinerja model tersebut menunjukkan nilai AME dan AVE lebih kecil dari 10, yaitu 2.96 AME dan 4.92 AVE, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut memiliki kinerja yang baik, relatif tepat, dan dapat diterima secara ilmiah.

8.3.5. Uji Kestabilan dan Uji Sensitivitas Model

Sebagaimana diketahui bahwa uji kestabilan model dilakukan untuk melihat kestabilan atau kekuatan model dalam dimensi waktu. Model dikatakan stabil apabila struktur model agregat dan disagredat memiliki kemiripan. Caranya adalah dengan menguji struktur model agregat yang diwakili oleh sub-sub model yang ada. Adapun uji kestabilan model berdasarkan struktur model agregat dan disagregat disajikan seperti pada Gambar 31 agregat dan 32, 33, dan 35 disagregat. Hasil simulasi pada struktur model disagregat memperlihatkan kemiripan dengan struktur model agregatnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat dikatakan stabil. Menurut Muhammadi et al. 2001 bahwa uji sensitivitas dilakukan untuk melihat respon model terhadap suatu stimulus. Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perilaku danatau kinerja model. Stimulus diberikan dengan memberikan intervensi tertentu pada unsur atau struktur model. Hasil uji sensitivitas ini adalah dalam bentuk perubahan perilaku danatau kinerja model sehingga dapat diketahui efek intervensi yang diberikan terhadap satu atau lebih unsur atau model tersebut. Adapun perubahan perilaku kinerja model berdasarkan intervensi yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 54 yang diskenariokan dimana pada tabel tersebut terlihat besarnya perubahan dari setiap perubahan satu atau lebih unsur di dalam model tersebut. Pada Tabel 54 misalnya, dengan memberikan intervensi dengan meningkatkan input produksi dalam suatu kegiatan usahatani, maka produksi peternakan yang diharapkan juga akan semakin besar. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya PDRB dari skenario pesimis ke skenario moderat dan optimis. Dengan adanya perubahan nilai produksi pada setiap pertambahan tahun dapat disimpulkan bahwa model sangat sensitif terhadap intervensi yang diberikan.

8.4. Kesimpulan