Kondisi Sistem Agribisnis Kawasan

masjid atau di rumah-rumah warga manakala ada diantara anggotanya bersedia menyelenggarakan pengajian di rumahnya. Ada juga kelompok pengajian yang berbentuk arisan yang dilaksanakan setiap minggu atau sebulan sekali, sedangkan kelompok kebaktian pada umumnya melaksanakan kebaktian di gereja-gereja yang terdapat di ibukota kecamatan. Jumlah lembaga keagamaan di kabupaten Situbondo pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: 315 Ormas Islam, 324 Majlis Ta’lim, 244 TPATPQ, 150 Penyuluhan Agama, dan 206 Seni Islam. Banyaknya lembaga keagamaan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah lembaga keagamaan di lokasi penelitian pada tahun 2007 No Lembaga Kegamaan Kec. Asembagus Kec. Jangkar Kec. Arjasa Kec. Kapongan Kec. Mangaran 1 Ormas Islam 47 4 118 11 9 2 Majlis Ta’lim 53 3 27 7 16 3 TPQTPA 15 12 9 10 5 4 Penyuluhan Agama 10 5 4 8 6 5 Seni Islam 24 11 4 17 14 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008 Kelembagaan lain yang relatif aktif adalah Posyandu yang merupakan kegiatan rutin dilaksanakan pada setiap bulan untuk memantau perkembangan balita. Kegiatan yang dilakukan antara lain: penimbangan bayi, kegiatan immunisasi, pemeriksaan ibu hamil, pemberian makanan pada balita, dan pemberian vitamin A dosis tinggi.

4.6. Kondisi Sistem Agribisnis Kawasan

4.6.1. Subsistem Agribisnis Hulu upstream off-farm agribusiness

Subsistem agribisnis hulu upstream off-farm agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi produksi dan perdagangan yang menghasilkan sapronak. Kondisi sarana dan prasarana pada subsistem ini seperti kios sapronak, bibit ternakIB, obat-obatanvitamin, dan pakan konsentrat tersedia pada kota kecamatan, sedangkan untuk gudang peralatan dan mesin bersifat individual maupun secara berkelompok kelompok tani. Pos Keswan pos kesehatan hewan tersedia pada setiap kecamatan yang melayani penyediaan bibit ternak sapi potong melalui inseminasi buatan IB dan pengobatan ternak. Pelayanan ini dilakukan oleh 1 satu orang mantri hewan untuk satu kecamatan. Pakan konsentrat diperoleh di kios sapronak maupun di pabrik agroindustri yang terdapat di sekitar peternak, seperti: konsentrat, ampas tahu, dedak padi, ampas kecap, dan ampas tebu. Industri pakan ternak masih belum tersedia di kawasan ini, sehingga peternak dalam menyusun ransum mencari bahan baku sendiri dan mencampurnya kemudian diberikan kepada ternak.

4.6.2. Subsistem Agribisnis Budidaya Peternakan on-farm agribusiness

Subsistem agribisnis budidaya peternakan on-farm agribusiness yaitu, kegiatan ekonomi yang selama ini disebut sebagai usaha ternak yang akan menghasilkan produk peternakan primer, seperti: daging, susu, dan telur serta hasil ikutannya dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijualditukar yang berguna bagi kepentingan manusia. Pemeliharaan ternak sapi potong di lokasi ini dilakukan secara semi intensif, penerapan program panca usaha ternak potong PUTP, seperti: perbaikan mutu bibit, pakan, penanganan kesehatan ternak, pemeliharaan, dan reproduksi ternak belum sepenuhnya dilaksanakan. Pakan yang diberikan sebagian besar dalam bentuk pakan hijauan dan limbah pertanian, berupa: jerami padi, daun jagung, daun ketela pohon, daun kedelai, daun kacang tanah, dan pucuk tebu yang cukup tersedia di lokasi ini, serta limbah agroindustri dedak padi, ampas tahu, ampas kecap, dan molasestetes tebu. Lokasi kandang ternak pada umumnya berkumpul dengan rumah atau jadi satu dengan tempat tinggal. Kondisi ini akan mengganggu kesehatan masyarakat demikian juga bau yang ditimbulkan, sehingga mengganggu kenyamanan masyarakat. Kebersihan kandang pada umumnya masih kurang diperhatikan, sehingga kotoran ternak feses cukup banyak dan hanya sebagian kecil saja feses yang dimanfaatkan untuk dikelola menjadi pupuk organik. Pengelolaan reproduksi ternak pada umumnya memanfaatkan teknologi inseminasi buatan IB yang tersedia dan berjalan sangat baik di lokasi ini. Demikian juga penanganan kesehatan ternak sudah berjalan cukup baik, karena di setiap kecamatan sudah dibangun pos kesehatan hewan Poskeswan yang didukung dengan tersedianya tenaga yang cukup memadai, seperti: mantri hewan dan petugas penyuluh peternakan PPL. Air baku yang digunakan dalam usahaternak pada umumnya berasal dari air sumur yang cukup banyak tersebar di kawasan ini. Kondisi jalan produksi jalan usahatani masih banyak berupa jalan tanah sehingga memerlukan peningkatan perbaikan untuk memperlancar trasportasi. Dalam sistem usahaternak, penjualan ternak dilakukan dengan cara membawa ternak ke pasar ternak menggunakan mobil pick up atau pedagang ternak belantik kandang yang mendatangi rumah peternak. Jual beli ternak dilakukan dengan cara taksiran tawar menawar, bukan berdasarkan berat badan hidup ternak. Model pengembangan ternak sapi di kawasan ini terbagi dua, 1 sebagian besar ternak sapi yang dipelihara adalah kepunyaan sendiri dan 2 sistem gaduhan atau bagi hasil. Dalam sistem gaduhan agak merugikan peternak yang memelihara, karena setiap hari peternak harus menyediakan pakan, merawat, dan membersihkan kandang. Jika peternak tidak tekun dalam merawat ternaknya, banyak peternak yang merugi dan keuntungan banyak dinikmati oleh pemilik modal.

4.6.3. Subsistem Agribisnis Hilir downstream off-farm agribusiness

Subsistem agribisnis hilir downstream off-farm agribusiness, yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah dan memperdagangkan hasil usahaternak. Dalam subsistem ini termasuk industri pemotongan ternak, industri pengalengan dan pengolahan daging, serta industri pengolahan kulit. Pada kawasan ini industri pengolahan hasil ternak sangat kurang, kalaupun ada hanya sebatas home industri industri rumah tangga, seperti pembuatan bakso daging sapi, dendeng, abon, dan kerupuk kulit yang jumlahnya sangat terbatas. Jenis produk yang dihasilkan dalam usaha peternakan pada umumnya dalam bentuk produk primer peternakan yaitu: anak sapi pedet, daging, telur, dan susu, sedangkan produk olahan hasil ternak produk sekunder peternakan sangat sedikit. Jumlah agroindustri peternakan yang belum berkembang, mengakibatkan kontribusi dari subsektor peternakan belum optimal dalam memberikan sumbangan PDRB terhadap daerah Kabupaten Situbondo. Pasar ternak di kawasan ini baru tersedia satu unit berskala pasar kecamatan yaitu terletak di Desa Kertosari Kecamatan Asembagus, demikian juga rumah potong hewan RPH hanya tersedia satu unit yang terletak di Desa Asembagus Kecamatan Asembagus.

4.6.4. Subsistem Jasa Penunjang Agribisnis supporting institution

Subsistem jasa penunjang agribisnis supporting institution yaitu kegiatan yang menyediakan jasa agribisnis ternak, seperti: perbankan, asuransi, koperasi, transportasi, penyuluhan, poskeswan, kebijakan pemerintah, lembaga pendidikan serta penelitian, dan lain-lain. Kondisi subsistem jasa penunjang supporting institution di kawasan ini masih belum memadai. Lembaga penyuluhan pertanianBalai Penyuluhan Pertanian BPP, sudah terdapat di daerah ini, namun demikian perlu ditingkatkan lagi aktifitasnya terutama dalam frekuensi penyuluhan dan pelatihan terhadap pengelolaan usaha peternakan agar dapat secara bertahap mengubah perilaku peternak dalam mengelola usaha peternakan ke arah yang lebih majuintensif dan berkelanjutan. Ketersediaan lembaga keuangan mikro LKM di daerah ini sangat sedikit yang khusus untuk menyediakan dana kegiatan usaha peternakan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan usaha peternakan, keberadaan LKM sangat dibutuhkan untuk lebih mempermudah dalam pelayanan kegiatan ekonomi masyarakat. Kelompok tani ternak walaupun sudah terbentuk di beberapa daerah namun aktivitasnya belum maksimal. Demikian juga koperasi tani ternak di kawasan ini masih belum terbentuk, padahal keberadaan koperasi dapat menjadi media bagi peternak untuk secara bersama-sama membangun usahanya secara terintegrasi dari subsistem hulu sampai subsistem hilir, agar peternak dapat memperoleh nilai tambah yang lebih baik. Kawasan ini juga masih belum memiliki Balai Penelitian Ternak dan Hijauan Makanan Ternak BPT – HMT yang merupakan sarana pusat informasi dan penelitian ternak serta ajang promosi ternak di kawasan ini.

V. IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO Abstrak