Metode Analisis Status Keberlanjutan Wilayah Kabupaten Situbondo a. Jenis dan Sumber data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data 1. Analisis

pembangunan perdesaan yang berkelanjutan yang setara dengan kota dengan memandang desa sebagai basis potensial kegiatan ekonomi melalui investasi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pertanianpeternakan dengan memberdayakan masyarakat lokal.

7.2. Metode Analisis Status Keberlanjutan Wilayah Kabupaten Situbondo a. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang diperlukan dalam analisis keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan adalah data primer berupa atribut-atribut yang terkait dengan lima dimensi keberlanjutan pembangunan yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologiinfrastruktur, serta hukum dan kelembagaan. Data primer dapat bersumber dari para responden dan pakar yang terpilih, serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian.

b. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam analisis keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan dengan responden di wilayah studi yang terdiri dari berbagai pakar dan stakeholder yang terkait dengan topik penelitian ini. c. Metode Analisis Data c.1. Analisis Multidimensional Scaling MDS Analisis keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan Multidimensional Scaling MDS yang disebut dengan pendekatan Rap-BANGKAPET yang merupakan pengembangan dari metode Rapfish yang digunakan untuk menilai status keberlanjutan perikanan tangkap. Analisis keberlanjutan ini, dinyatakan dalam Indeks Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan Terpadu ikb-BANGKAPET. Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu: a Penentuan atribut pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan secara berkelanjutan yang mencakup lima dimensi yaitu: ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, serta hukum dan kelembagaan; b Penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; dan c Penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi ekologi antara lain: a Pemanfaatan limbah peternakan untuk pupuk organik. b Pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak. c Sistem pemeliharaan ternak. d Lahan kesuburan tanah. e Tingkat pemanfaatan lahan. f Agroklimat dan daya dukung pakan. g Ketersediaan instalasi pengelolaan limbah IPAL agroindustri hasil ternak h Kebersihan kandang. i Ketersediaan rumah potong hewan RPH. j Ketersediaan instalasi pengelolaan limbah IPAL rumah potong hewan RPH. k Jenis pakan ternak. l Kuantitas limbah peternakan. m Jarak lokasi usaha peternakan dengan permukiman penduduk. n Kejadian kekeringan. o Fekuensi kejadian banjir. p Curah hujan. q Kondisi prasarana jalan usahatani. r Kondisi prasarana jalan desa. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi ekonomi antara lain: a Keuntungan profit dalam usaha budidaya peternakan. b Kontribusi terhadap produk domestik regional bruto PDRB. c Kontribusi terhadap pendapatan asli daerah PAD. d Rataan penghasilan peternak relatif terhadap UMR Provinsi Jatim. e Rataan penghasilan peternak relatif terhadap total pendapatan. f Transfer keuntungan. g Ketersediaan pasar produk agroindustri peternakan. h Ketersediaan agroindustri peternakan i Kelayakan finansial budidaya peternakan j Perubahan nilai APBD bidang peternakan 5 tahun terakhir. k Ketersediaan industri pakan l Ketersediaan pasar ternaksub terminal agribisnis STA. m Besarnya subsidi. n Persentase penduduk miskin. o Harga komoditas ternak. p Jumlah tenaga kerja pertanian. q Jenis komoditas unggulan. r Kelayakan usaha agroindustri peternakan. s Tingkat ketergantungan konsumen. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi sosial budaya antara lain: a Pekerjaan dilakukan secara individual atau kelompok. b Jumlah rumah tangga peternakan. c Pertumbuhan rumah tangga peternakan. d Pengetahuan terhadap lingkungan. e Tingkat penyerapan tenaga kerja bidang agroindustri peternakan. f Frekuensi konflik. g Partisipasi keluarga dalam usaha agroindustri peternakan. h Peran masyarakat dalam usaha agroindustri peternakan. i Frekuensi penyuluhan dan pelatihan. j Tingkat penyerapan tenaga kerja pertanian. k Alternatif usaha selain usaha agribisnis peternakan. l Jumlah penduduk yang bekerja di bidang agroindusri peternakan. m Alokasi waktu yang digunakan usaha agroindustri peternakan. n Jumlah desa dengan penduduk bekerja di sub sektor peternakan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi teknologi antara lain: a Penyebaran tempat pelayanan pos kesehatan hewan Poskeswan. b Penyebaran tempat pos pelayanan inseminasi buatan IB. c Penggunaan vitamin dan probiotik untuk memacu pertumbuhan ternak. d Teknologi pakan. e Teknologi pengolahan limbah peternakanagroindustri peternakan. f Teknologi pengolahan hasil produk peternakan. g Teknologi informasi dan transportasi. h Ketersediaan sarana dan prasarana agribisnis. i Ketersediaan infrastrukursarana dan prasarana umum. j Tingkat penguasaan teknologi budidaya peternakan. k Ketersediaan teknologi informasi peternakan. l Standarisasi mutu produk peternakan. Atribut-atribut yang akan dikaji pada dimensi hukum dan kelembagaan antara lain: a Koperasi tani ternak. b Perjanjian kerjasama dengan daerah lain soal peternakan. c Sinkronisasi kebijakan pusat dan daerah. d Kelompok tani ternak. e Ketersediaan lembaga sosial. f Ketersediaan lembaga keuangan mikro bankkredit. g Ketersediaan Lembaga Penyuluhan PertanianBalai Penyuluhan Pertanian BPP. h Ketersediaan Badan Pengelola Kawasan Agropolitan. Setiap atribut pada masing-masing dimensi diberikan skor berdasarkan scientific judgment dari pembuat skor. Rentang skor berkisar antara 0 – 3 atau tergantung pada keadaan masing-masing atribut yang diartikan mulai dari yang buruk 0 sampai baik 3. Tabel 41 berikut menyajikan atribut-atribut dan skor yang digunakan untuk menilai keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan pada setiap dimensi. Tabel 41 Atribut-atribut dan skor keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan Dimensi dan Atribut Skor Baik Buruk Keterangan Dimensi Ekologi Dimensi Ekonomi Dimensi Sosial Budaya Dimensi Infrastruktur dan Teknologi Dimensi Hukum dan Kelembagaan Nilai skor dari masing-masing atribut dianalisis secara multidimensional untuk menentukan satu atau beberapa titik yang mencerminkan posisi keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan yang dikaji relatif terhadap dua titik acuan yaitu titik baik good dan titik buruk bad. Adapun nilai skor yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi terdapat pada Tabel 42. Tabel 42 Kategori status keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berdasarkan nilai indeks hasil analisis Rap-BANGKAPET Nilai Indeks Kategori 0-25 26-50 51-74 75-100 Buruk Kurang Cukup Baik Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan proses rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0 buruk dan 100 baik. Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50 50 , maka sistem dikatakan berkelanjutan sustainable dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50 50 . Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 18. Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang kite diagram seperti pada Gambar 19. Gambar 18 Ilustrasi indeks keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sebesar 50 berkelanjutan Gambar 19. Ilustrasi indeks keberlanjutan setiap dimensi pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan Dimensi Ekologi Dimensi Sosbud Dimensi InfrastrukturTeknologi Dimensi Hukum dan Kelembagaan Dimensi Ekonomi Buruk Baik 50 100 Untuk melihat atribut yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan pengembangan kawasan agropolitan dilakukan analisis sensivitas dengan melihat bentuk perubahan root mean square RMS ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan nilai RMS, maka semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan kawasan agropolitan. Dalam analisis tersebut di atas akan terdapat pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan data atau ada data yang hilang, dan tingginya nilai stress, yaitu nilai stress dapat diterima jika nilai 25 Kavanagh 2001. Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi pengembangan kawasan agropolitan digunakan analisis Monte Carlo.

c.2. Analisis Prospektif