Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

Hasil penelitian pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo ini diharapkan dapat mengubah paradigma pembangunan daerah yang selama ini mengalami pengurasan sumberdaya yang berlebihan, menjadi pembangunan perdesaan yang berkelanjutan yang setara dengan kota dengan memandang desa sebagai basis potensial kegiatan ekonomi melalui investasi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pertanianpeternakan dengan memberdayakan masyarakat lokal.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyusun suatu model pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo dalam rangka meningkatkan taraf kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebagai tujuan antara, seperti: 1. Menganalisis potensi wilayah berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo. 2. Menganalisis tingkat perkembangan wilayah berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo. 3. Menganalisis status keberlanjutan wilayah berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo. 4. Menganalisis sistem kawasan peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo. 5. Merumuskan kebijakan dan skenario strategi pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo.

1.3. Kerangka Pemikiran

Kebijakan pembangunan nasional mengamanatkan bahwa pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional optimal bertanggungjawab, dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun proses pembangunan yang dilaksanakan selama ini, selain memberikan dampak positif seperti diamanatkan dalam kebijakan pembangunan nasional, di sisi lain telah menimbulkan masalah yang cukup besar dan kompleks. Pendekatan pembangunan yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat tidak bisa dipungkiri telah mengakibatkan terjadinya kesenjangan pembangunan antar wilayah yang cukup besar, dimana investasi dan sumberdaya terserap dan terkonsentrasi di perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan, sementara wilayah-wilayah perdesaan hinterland mengalami pengurasan sumberdaya yang berlebihan. Ketidakseimbangan pembangunan antar wilayahkawasan tentunya akan berdampak semakin buruknya distribusi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya yang menciptakan inefisiensi dan tidak optimalnya sistem ekonomi, serta potensi konflik yang cukup besar, dimana wilayah yang dulunya kurang tersentuh pembangunan mulai menuntut hak-haknya. Di sisi lain akumulasi pembangunan di wilayah perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan mendorong terjadinya migrasi penduduk ke perkotaan, sehingga kota-kota dan pusat-pusat pertumbuhan mengalami over urbanization, sementara di wilayah perdesaan mengalami krisis tenaga kerja akibat arus urban yang cukup besar. Menyadari terjadinya ketidakseimbangan pembangunan, maka pemerintah telah menyelenggarakan berbagai program-program pengembangan wilayahkawasan yang didasarkan atas keunggulan-keunggulan komparatif comparative advantages berupa upaya-upaya peningkatan produksi dan produktivitas kawasan yang didasarkan atas pertimbangan optimalisasi daya dukung carryng capacity, kapabilitas capability, dan kesesuaian suitability sumberdaya wilayah diantaranya pembangunan wilayah melalui pengembangan kawasan agropolitan Rustiadi et al. 2003. Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan Friedmann dan Douglass 1976 sebagai siasat untuk pengembangan perdesaan. konsep ini pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan perdesaan atau dengan istilah lain yang digunakan Friedmann adalah ”kota di ladang”. Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap hari. Peran agropolitan adalah untuk melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Departeman Pertanian dan Departemen Kimpraswil untuk tahun anggaran 2002 mengangkat agropolitan sebagai isu nasional yang tujuannya untuk mengembangkan sistem dan usaha agribisnis, mendorong dan meningkatkan percepatan pembangunan wilayah, serta meningkatkan keterkaitan desa dan kota di daerah calon kawasan agropolitan. Dalam pengembangan kawasan agropolitan secara berkelanjutan berbasis peternakan sapi potong terpadu, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai potensi wilayah dan kendala yang dihadapi dalam mendukung rencana pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian model pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan berbasis peternakan sapi potong terpadu Pembangunan Wilayah Perdesaan Perkotaan Akumulasi Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Infrastuktur Lengkap Pusat Industri, Perdagangan, dan Jasa Pembangunan Agropolitan Berkelanjutan Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu Budidaya Agroindustri Pemasaran Infrastruktur Suprastruktur Pengembangan Wilayah Produksi Kelestarian Lingkungan Kelembagaan Kemitraan Pemberdayaan Masyarakat Unggulan Lokal KAPET, KUAT, KPP, dll AGROPOLITAN Peternakan Sapi Potong Terpadu Ketimpangan Pembangunan - Non Trickle Down Effect - Backwash Effect - Kemiskinan Tinggi - Urbanisasi ke Kota - SDM Rendah - Infrastuktrur Tidak Lengkap

1.4. Perumusan Masalah