Dari sisi pendapatan petani dalam setahun, menunjukkan bahwa usahatani tanaman jagung menghasilkan keuntungan tertinggi, yaitu sekitar Rp 8 120 000
hektarmusim, diikuti berturut-turut tanaman padi Rp 5 675 000,-hektarmusim, dan tanaman  tebu Rp 11 578 125,-hektartahun.  Hasil analisis tersebut
memperlihatkan nilai keuntungan dari  usahatani pertanian  masih tergolong rendah.  Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas komoditas
pertanian yang diusahakan petani.  Rendahnya produktivitas komoditas pertanian tersebut, antara lain disebabkan jumlah luasan lahan  yang dikembangkan masih
dalam skala kecil, yaitu sekitar 0.5 hektar  dan umumnya dipelihara secara semi intensif, sehingga produktivitasnya kurang optimal. Selain itu, sebagian besar
petani  menggunakan biaya  produksi yang relatif rendah.   Demikian juga dalam hal biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, dan biaya bibit. Pada umumnya petani
memanfaatkan tenaga kerja dalam rumah tangga sendiri. Peluang  peningkatan pendapatan petani  yang diterima dalam usahatani
masih dapat ditingkatkan, yaitu melalui intesifikasi usahatani yang tepat, meliputi pemakaian bibit unggul, pengolahan tanah yang benar, pemakaian pupuk
berimbang, pencegahan penyakit, pengairan yang cukup, pemeliharaan yang baik, dan pengelolaan pasca panen.  Untuk mendapatkan keuntungan yang layak dan
usaha pertanian dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok, dengan penghasilan Rp 12 000 000,-tahun, maka lahan yang diusahakan oleh petani minimal satu hektar.
5.4. Kesimpulan
Wilayah Kabupaten Situbondo merupakan basis untuk pengembangan komoditas peternakan, seperti: sapi potong, domba, kambing,  dan itik.
Komoditas ternak sapi potong merupakan komoditas unggulan dan memberikan keuntungan yang tertinggi bagi  peternak.  Keuntungan usahatani yang diperoleh
pada umumnya masih agak rendah yang disebabkan skala usaha ternak yang kecil dan sistem pemeliharaannya  pada umumnya masih semi intensif.  Dalam rangka
mengoptimalkan keuntungan usahatani, maka program intensifikasi pemeliharaan ternak  melalui  panca usaha ternak  potong  PUTP  harus  dilaksanakan dan skala
usaha ternak  sapi potong  jumlahnya ditingkatkan  minimal  3-4 ekorperternak. Selain basis pengembangan komoditas peternakan, wilayah Kabupaten Situbondo
juga merupakan basis pengembangan tanaman pangan dan perkebunan. Komoditas tanaman jagung dan padi merupakan komoditas unggulan tanaman
pangan  dan memberikan keuntungan tertinggi bagi petani, sedangkan tanaman tebu, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan tanaman perkebunan di
wilayah studi. Keuntungan usahatani yang diperoleh pada umumnya masih dapat
ditingkatkan dengan cara menambah luasan  skala usahatani  minimal 1 hektar dan sistem pemeliharaannya dilakukan secara intensif.
DAFTAR  PUSTAKA
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Kelayakan Investasi Agribisnis Rambutan, Manggis, dan Mangga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
[BPS] Badan Pusat Statistik.  2007. Situbondo Dalam Angka 20062007. Situbondo: Pemerintah Kabupaten Situbondo Kerjasama BPS dan
BAPPEKAB  Situbondo. [BAPPEKAB] Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten dan [BPS]
Badan Pusat Statistik.  2008. Profil Kabupaten Situbondo. Situbondo: Pemerintah  Kabupaten Situbondo Kerjasama BAPPEKAB dan BPS
Situbondo.
[Disnak Situbondo] Dinas Peternakan Situbondo.  2006. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Situbondo. Situbondo: Dinas Peternakan Kabupaten Situbondo.
Djamin Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek.  Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kurnia G. 1999. Modernisasi dan Penguatan Ekonomi Rakyat di Perdesaan; Pembangunan Ekonomi Rakyat Perdesaan.  Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Pambudy R, T. Sipayung T, Priatna WB, Burhanuddin, Kriswantriyono A, Satria A. 2001. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis. Bogor:
Pustaka Wirausaha Muda. [Pemkab] Pemerintah Kabupaten Purbalingga.  2003. Profil Produk Potensial,
Andalan, dan Unggulan Kabupaten Purbalingga. Purbalingga: Pemerintah Kabupaten Purbalingga.
Santosa U.  2001.  Prospek Agribisnis Penggemukan  Pedet.  Jakartra:  Penebar Swadaya.
Saragih B.  2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB.
Sarwono B,  Arianto  HB.  2002.  Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Soehadji.  1995. Peluang Usaha Sapi Potong dan Kemitraan Usaha.  Jakarta: Dirjen Peternakan, Depertemen Pertanian.
Sugeng YB. 1998.  Sapi Potong.  Jakarta: Penebar Swadaya. -------------.  2002.  Budidaya Sapi Potong.  Jakarta: Penebar Swadaya.
VI. TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH BERBASIS PETERNAKAN DI KABUPATEN SITUBONDO