Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan

a. Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan

Pada sub model pengembangan lahan agropolitan terlihat hubungan komponen- komponen seperti lahan budidaya, lahan permukiman, lahan fasilitas, dan lahan hutankawasan lindung. Adapun pengaruh dari setiap komponen-komponen tersebut seperti digambarkan dalam bentuk stock flow diagram SFD pada Gambar 32. Gambar 32. Sub model pengembangan lahan agropolitan Simulasi model dinamik alokasi penggunaan lahan seperti pada Gambar 32 berawal dari luas lahan agropolitan yang luasnya mencapai 48 236.7 ha di 5 lima kecamatan yang merupakan lokasi studi. Lahan agropolitan dialokasikan pada dua jenis penggunaan yaitu lahan budidaya dan kawasan lindunghutan lindung dengan alokasi masing-masing 70 atau 33 765.7 ha untuk lahan budidaya dan 30 14 471 ha untuk kawasan lindunglahan hutan. Lahan budidaya diasumsikan dimanfaatkan selain untuk pengembangan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, juga dimanfaatkan untuk lahan permukiman dan lahan fasilitas dengan alokasi masing- masing sekitar 5. Berdasarkan asumsi-asumsi ini dihasilkan simulasi model penggunaan lahan di kawasan agropolitan seperti pada Tabel 49. Tabel 49 Simulasi perkembangan pemanfaatan lahan agropolitan ha di wilayah basis peternakan di Kabupaten Situbondo Tahun Agropolitan Lindung Budidaya Permukiman Pertanian Perkebunan 2010 48 236 29 908 18 328 2 450 10 781 4 900 2011 48 236 29 788 18 447 2 466 10 851 4 932 2012 48 236 29 668 18 568 2 482 10 922 4 964 2013 48 236 29 547 18 689 2 498 10 993 4 997 2014 48 236 29 425 18 811 2 514 11 065 5 029 2015 48 236 29 302 18 933 2 531 11 137 5 062 2016 48 236 29 179 19 057 2 547 11 210 5 095 2017 48 236 29 055 19 181 2 564 11 283 5 128 2018 48 236 28 930 19 306 2 581 11 356 5 162 2019 48 236 28 804 19 432 2 597 11 430 5 195 2020 48 236 28 677 19 559 2 614 11 505 5 229 2021 48 236 28 549 19 686 2 631 11 580 5 263 2022 48 236 28 421 19 815 2 649 11 655 5 298 2023 48 236 28 292 19 944 2 666 11 731 5 332 2024 48 236 28 162 20 074 2 683 11 808 5 367 2025 48 236 28 031 20 207 2 701 11 885 5 402 Pada Tabel 49 terlihat alokasi penggunaan lahan di kawasan agropolitan untuk lahan budidaya dan lahan hutankawasan lindung. Pada lahan budidaya, terjadi penambahan luas dari 18 328 ha pada tahun 2010 menjadi 20 207 ha pada tahun 2025 dengan rataan pertambahan luas lahan sebesar 2.0 per tahun. Demikian pula peningkatan luas lahan permukiman memperlihatkan peningkatan penggunaan lahan yang cukup tajam. Dari luas lahan permukiman sekitar 2 450 ha pada tahun 2010 naik menjadi 2 701 ha pada tahun 2025 dengan laju pertumbuhan lahan 1.5 per tahun. Sementara luas lahan hutankawasan lindung terjadi penurunan dari 29 908 ha pada tahun 2010 menjadi 28 031 ha pada tahun 2025 atau terjadi penurunan seluas 2 447.36 ha selama 15 tahun. Luas lahan pertanian memperlihatkan peningkatan dari 10 781 ha pada tahun 2010 menjadi 11 885 ha pada tahun 2025. Luas lahan perkebunan menunjukkan peningkatan dari 4 900 ha pada tahun 2010 menjadi 5 402 ha pada tahun 2025. Dengan asumsi pertambahan pemanfaatan lahan budidaya 2.0 per tahun, maka pada tahun 2025 pemanfaatan lahan budidaya belum terpakai secara keseluruhan dari alokasi penggunaan sebesar 70 atau seluas 33 766 ha. Hal ini memungkinkan untuk dilakukannya kegiatan ekstensifikasi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian di wilayah ini. Dari Tabel 49 dapat disimpulkan bahwa perkembangan luas lahan budidaya, permukiman, dan fasilitas seperti pada tabel di atas disebabkan oleh peningkatan kebutuhan lahan sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan luas lahan ini membentuk kecenderungan kurva pertumbuhan positif. Namun demikian, peningkatan ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan lahan hutankawasan lindung sebagai akibat dari pemafaatan kawasan hutan ini untuk tujuan pemanfaatan lainnya.

b. Sub Model Budidaya Peternakan di Kawasan Agropolitan