5.1. Pendahuluan
Kabupaten Situbondo merupakan daerah agraris. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah ini dimanfaatkan untuk pertanian. Potensi sektor pertanian
di Kabupaten Situbondo pada tahun 2007 yang memberikan kontribusi terbesar di antaranya adalah: produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan laut, tambak, dan kehutanan. Subsektor peternakan mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Hal ini berdasarkan beberapa fakta di
lapangan. Pertama, permintaan pasar terhadap komoditas peternakan cukup tinggi. Kedua, potensi lahan yang tersedia dan ketersediaan sumber pakan sangat
mendukung untuk pengembangan usaha peternakan. Ketiga, kesesuaian kondisi agroklimat terutama untuk ternak ruminansia. Keempat, budaya masyarakat dan
tenaga kerja yang terdapat di daerah ini cukup mendukung pengembangan usaha
peternakan. Kelima, dukungan pemerintah daerah terhadap sektor peternakan
cukup baik. Hal ini ditandai dengan disediakannya fasilitas-fasilitas peternakan, seperti: rumah potong hewan RPH, pasar hewan, inseminasi buatan IB, dan
penyediaan bibit rumput unggul. Keenam, pasar produk peternakan memberikan
peluang pasar yang sangat baik. Selain produk peternakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Situbondo, juga untuk melayani permintaan
dari kota-kota lain seperti Surabaya dan Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya ternak dan unggas yang dipotong serta ternak yang keluar setiap
tahunnya. Kontribusi sektor peternakan dan hasil-hasilnya pada tahun 2007 dapat menyumbangkan produk domestik regional bruto PDRB sebanyak 9.87 atau
sebesar Rp 146 804 670 000,- Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008. Sebagai suatu sistem, pengembangan peternakan pada saat ini masih
menghadapi berbagai kendala. Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Situbondo 2006 bahwa permasalahan-permasalahan yang sering muncul di daerah ini
adalah sebagai berikut: 1 harga obat hewan yang semakin tinggi, 2 kesulitan untuk memperoleh bibit, 3 kesulitan untuk akses ke sumber modal,
4 rendahnya nilai tambah yang diperoleh peternak, 5 rendahnya angka kelahiran dan masih tingginya angka kematian ternak, 6 masih tingginya angka
pemotongan ternak betina produktif, 7 manajemen pakan yang kurang baik, 8 masih rendahnya tingkat keberhasilan teknologi inseminasi buatan, dan
9 rendahnya upaya pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber pakan dan kotoran ternak sebagai pupuk organik secara intensif.
Wilayah Kabupaten Situbondo mempunyai potensi sumberdaya yang cukup besar untuk dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan adalah sektor peternakan disamping potensi sumberdaya lainnya. Dari luas wilayah
sebesar 48 236.7 ha lokasi Studi lima kecamatan sektor peternakan sangat potensial untuk dikembangkan. Dalam pengembangan sektor peternakan ini,
harus berintegrasi dengan pembangunan wilayah. Salah satu program pembangunan wilayah yang dapat dilakukan dengan mensinergikan potensi yang
dimiliki adalah pengembangan kawasan agropolitan. Melalui pengembangan kawasan agropolitan diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi yang tidak
terbatas sebagai pusat pelayanan sektor peternakan, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usahatani on farm dan off farm, industri kecil,
pariwisata, jasa pelayanan, dan pelayanan lainnya. Penelitian yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Situbondo masih belum pernah dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mendalam untuk mengetahui potensi yang dimiliki wilayah
Kabupaten Situbondo dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi yang dimiliki wilayah
Kabupaten Situbondo dalam pengembangannya sebagai kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu.
5.2. Metode Analisis Identifikasi Potensi Wilayah Kabupaten Situbondo a. Jenis dan Sumber Data