Kesimpulan SISTEM KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU

Menurut Muhammadi et al. 2001 bahwa uji sensitivitas dilakukan untuk melihat respon model terhadap suatu stimulus. Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perilaku danatau kinerja model. Stimulus diberikan dengan memberikan intervensi tertentu pada unsur atau struktur model. Hasil uji sensitivitas ini adalah dalam bentuk perubahan perilaku danatau kinerja model sehingga dapat diketahui efek intervensi yang diberikan terhadap satu atau lebih unsur atau model tersebut. Adapun perubahan perilaku kinerja model berdasarkan intervensi yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 54 yang diskenariokan dimana pada tabel tersebut terlihat besarnya perubahan dari setiap perubahan satu atau lebih unsur di dalam model tersebut. Pada Tabel 54 misalnya, dengan memberikan intervensi dengan meningkatkan input produksi dalam suatu kegiatan usahatani, maka produksi peternakan yang diharapkan juga akan semakin besar. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya PDRB dari skenario pesimis ke skenario moderat dan optimis. Dengan adanya perubahan nilai produksi pada setiap pertambahan tahun dapat disimpulkan bahwa model sangat sensitif terhadap intervensi yang diberikan.

8.4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong yang diharapkan adalah konsep peternakan sapi potong terpadu, yang melibatkan ternak dengan tanaman tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Di lokasi penelitian integrasi antara ternak dengan tanaman sudah diterapkan oleh petani di perdesaan, namun sistem pengelolaannya masih bersifat tradisional tanpa memperhitungkan nilai ekonomi. Pola ternak dengan tanaman merupakan salah satu kegiatan pertanian organik organic farming berbasis teknologi, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang didaur ulang secara efektif. Upaya peningkatan produktivitas lahan dan efisiensi usahatani dilakukan melalui penerapan teknologi inovatif, optimalisasi sumberdaya lahan dan tenaga kerja, serta membangun kelembagaan usaha bersama. Ruang lingkup budidaya ternak mencakup pengandangan ternak, sistem pemberian pakan, pengolahan hasil ternak dan limbah, serta pemanfaatan kompos untuk tanaman pertanian. Budidaya tanaman merupakan teknologi pengolahan produk, penyimpanan dan peningkatan kualitas limbah tanaman sebagai pakan ternak. Pola ini menerapkan pendekatan low external input sustainable agriculture LEISA. Pola pemeliharaan ternak sapi potong yang dilakukan secara intensif yang dipadukan dengan tanaman pangan padi dan jagung dan perkebunan tebu, lebih menguntungkan dibandingkan pola pemeliharaan ternak secara semi intensif. Pada pola ini peternak melakukan penggemukan secara intensif dengan memanfaatkan konsentrat yang cukup banyak dan lama penggemukan cukup singkat, yaitu selama 3 bulan saja, sehingga dalam 1 tahun peternak dapat menjual ternak sapi potong sebanyak 4 kali. Pemeliharaan pembibitan sapi potong memanfaatkan teknologi inseminasi buatan IB dengan menggunakan bibit sapi potong unggul, seperti: Simmental, Limousin, Angus, Hereford, Brahman, Peranakan Onggole. Dalam pola ini, beberapa peternak berkelompok membentuk kelompok tani dan membuat kandang kelompok atau kandang kolektif yang terletak di suatu areal tertentu yang tidak terlalu jauh dari lokasi perumahan penduduk. Dengan adanya kandang kelompok memudahkan peternak mengelola limbah peternakan feses dan urin menjadi pupuk kandang kompos. Petani dalam usahataninya juga menyisihkan sebagian lahan untuk menanam rumput unggul rumput raja yang mempunyai produktivitas dan kandungan gizi tinggi, sehingga ketersediaan pakan tidak hanya tergantung pada rumput alam dan limbah pertanianperkebunan. Untuk menunjang keberhasilan pola peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo, beberapa lembaga penunjang agribisnis, seperti: industri pakan ternak, industri pengolahan hasil ternak, kios sapronak, rumah potong hewan RPH, pasar ternak, lembaga keuangan mikro, koperasi ternak, Poskeswan, Balai Penyuluhan Pertanian BPP, Balai Penelitian Ternak dan Hijauan Makanan Ternak BPT-HMT sangat diperlukan keberadaannya di lokasi ini. Hasil simulasi setiap komponen penyusun sub model menunjukkan kecenderungan membentuk kurva pertumbuhan positif positive growth naik mengikuti kurva eksponensial. Namun pada beberapa komponen sub model seperti pertambahan penduduk dan peternak serta peningkatan luas lahan pertanian selalu diimbangi oleh laju pengurangan jumlah penduduk akibat kematian dan migrasi keluar dan laju konversi lahan ke non pertanian, sehingga dalam model ini terjadi hubungan timbal balik positif melalui proses reinforecing dan timbal balik negatif melalui proses balancing. Penigkatan jumlah penduduk dan peternak yang terus bertambah dapat memberikan tekanan terhadap sumberdaya yang ada termasuk sumberdaya lahan. Akibat dari tekanan ini, peningkatan yang terjadi terhadap semua komponen dalam sistem pada suatu saat akan sampai pada titik keseimbangan tertentu dan selanjutnya terjadi penurunan sebagai akibat tekanan terhadap sumberdaya yang tersedia penurunan daya dukung lingkungan. Untuk meningkatkan perubahan kinerja model maka skenario yang perlu dilakukan adalah skenario optimis dengan melakukan intervensi yang lebih besar terhadap variabel kunci yang berpengaruh dalam model. DAFTAR PUSTAKA Aminullah E. 2003. Berpikir Sistem dan Pemodelan Dinamika Sistem. Bogor: Program Pascasarjana. Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Situbondo Dalam Angka 20062007. Situbondo: Pemerintah Kabupaten Situbondo Kerjasama BPS dan BAPPEKAB Situbondo. [BAPPEKAB] Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten dan [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Profil Kabupaten Situbondo. Situbondo: Pemerintah Kabupaten Situbondo Kerjasama BAPPEKAB dan BPS Situbondo. Barlas Y. 1996. Formal Aspect of Model Validity and Validition of System Dynamics. System Dynamics Rev. 12. www. Albany educpsdssdcourses. Diakses tanggal 27 Oktober 2007. [Deptan] Departemen Pertanian. 2001. Program Pembangunan Pertanian 2001 – 2004. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian. [Deptan] Departemen Pertanian. 2004. Penerapan Konsep Kawasan Agropolitan. Jakarta: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia SDM Pertanian. [Disnak Situbondo] Dinas Peternakan Situbondo. 2006. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Situbondo. Situbondo: Dinas Peternakan Kabupaten Situbondo. [Dirjen] Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2002. Integrasi Ternak Sapi dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta: Direktorat Pengembangan Peternakan, Departemen Pertanian Republik Indonesia. -----------------------------------------. 2003. Buku Statistik Peternakan Tahun 2002. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Dirjen] Direktorat Jenderal Peternakan. 2004. Pedoman Teknis Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat BPLM Berbasis Pemberdayaan Kelompok Peternak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. [Dirjen] Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. [Dirjen] Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Diwyanto K. 2001. Model perencanaan terpadu: Integrasi tanaman-ternak crop- livestock system. Makalah Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor: Balai Penelitian Veteriner 17-18 September 2001. Diwyanto K, Prawiradiputra BR, Lubis D. 2002. Integrasi tanaman ternak dalam pengembangan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkerakyatan. Wartazoa 121:1-8. Diwyanto K, Handiwirawan E. 2004. Peran litbang dalam mendukung usaha agribisnis pola integrasi tanaman-ternak. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 Juli 2004 Djojomartono M. 2000 . Dasar-dasar Analisis Sistem Dinamik. Bogor: Program Pascasarjana Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, IPB. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid I. Ed ke-2. Bogor. IPB Press. ---------. 2002. Ilmu Sistem; Apa dan Bagaimana. Jakarta: Centre for System Studies and Development CSSD Indonesia. ---------. 2003. Ilmu Sistem; Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid I. Ed ke-3. Bogor: IPB. Fisheries. 1999. Rapfish Software for Excel. Fisheries Centre Research Reports. Friedmann J, Douglass M. 1976. Pengembangan Agropolitan: Menuju Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. Jakarta: Terjemahan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hardjosubroto W, Astuti M. 1993. Buku Pintar Peternakan. Jakarta: PT. Grasindo. Hardjowigeno S. 1992. Ilmu Tanah. Ed ke-3. Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Ilham N, Hastuti S, Karyasa IK. 2002. Pendugaan parameter dan elastisitas penawaran dan permintaan beberapa jenis daging di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi 2: -24. Irawan B, Pranadji T. 2002. Pem-berdayaan lahan kering untuk pengembangan agribisnis berkelanjutan. FAE 2:8-17. Iriawan N, Astuti SP. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Penerbit Andi. Kasaman, A Ella, A Nurhayu. 2004. Kontribusi kotoran sapi dalam sistem usahatani padi sawah irigasi di Sulawesi Selatan. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 Juli 2004. hlm 182-185 Kavanagh P. 2001. Rapid Appraisal of Fisheries Rapfish Project. Rapfish Software Description for Microsoft Exel. Vancouver: University of British Columbia, Fishries Centre.. Kay R, Alder J. 1999. Coastal Planning and Management. New York: Routledge. Kurnia G. 1999. Modernisasi dan Penguatan Ekonomi Rakyat di Perdesaan; Pembangunan Ekonomi Rakyat Perdesaan. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Manetch TJ, Park GL. 1977. System Analysis and Simulation with Application to Economic and Social System Part I. Third Edition, Departement of Electrical Engineering and System Science. Michigan: Michigan State University, East Lansing. Manwan I. 1989. Farming system research in Indonesia: its evolution and future outlock. Di dalam: Prosedures for Farming System Research. Mersyah R. 2005. Desain sistem budidaya sapi potong berkelanjutan untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bengkulu Selatan. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Midgley G. 2000. Systemic Intervention: Philosophy, Methodology, and Practice. New York: Kluwer Academic Plenum Publisher. Muhammadi, Aminullah E, Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, dan Manajemen. Jakarta: UMJ Press. Munasinghe M. 1993. Environmental Economic and Sustainable Development. Washington D.C: The International Bank for Reconstructioan and Development The World Bank. Musofie A. 2004. Kajian system pertanian organic dalam integrasi usahatani tanaman padi-sapi potong. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Denpasar, Bali 20-22 Juli 2004. hlm 116-125. Pambudy R. 1999. Perilaku komunikasi, perilaku wirausaha peternak, dan penyuluhan dalam sistem agribisnis peternakan ayam. [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pambudy R., Sipayung T, Priatna WB, Burhanuddin, Kriswantriyono A, Satria A. 2001. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Prasetyo T, Anwar H, Supadno H. 2001. Integrasi tanaman-ternak pada sistem usahatani di lahan irigasi. Di dalam: Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Jawa Tengah, September 2001, BPTP Ungaran. Rustiadi E, Saifulhakim S, Panuju DR. 2003. Perencanaan pengembangan wilayah, konsep dasar dan teori. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Rustiadi E, Hadi S, Muttaqien WA. 2006. Kawasan agropolitan konsep pembangunan desa-kota berimbang. Bogor: Crestpent Press, IPB. Santosa U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar Swadaya. Saragih B. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: USESE Foundation dan Pusat Studi Pembangunan IPB. Saragih B, Sipayung T. 2002. Biological utilization in developmentalism and environmentalism. Paper Presented at the International Seminar on Natural Resources Accounting Environmental Economic Held in Yogyakarta, Indonesia, April 29. Sarwono B, Arianto HB. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Jakarta: Penebar Swadaya. SEMAI. 1998. Saatnya kembali ke kompos. Informasi Agribisnis Nasional. Bulan Nopember. Soenarno. 2003. Pengembangan kawasan agropolitan dalam rangka pengembangan wilayah. Makalah Seminar Nasional Agroindustri dan Pengembangan Wilayah Februari 2003. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta. Sudaryanto B. 2006. Sistem pembibitan ternak mendukung ketersediaan sapi potong. http:www.nasih.staf.ugm.ac.id Sugeng YB. 2002. Budidaya Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya. Suryana A, Erwidodo, Prajogo UH. 1988. Issu strategis dan alternative kebijaksanaan pembangunan pertanian memasuki Repelita VII. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sutanto R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius. Suwandi. 2005. Agropolitan Merentas Jalan Meniti Harapan. Jakarta: Duta Karya Swasta.

IX. PEMBAHASAN UMUM