peternakan cukup baik. Hal ini ditandai dengan disediakannya fasilitas-fasilitas peternakan, seperti: rumah potong hewan RPH, pasar hewan, inseminasi buatan
IB, penyediaan bibit rumput unggul, serta bibit sapi potong unggul, seperti
Limousin, Simmental dan Brahman, Brangus, dan Hereford. 6 pasar produk
peternakan permintaan daging segar memberikan peluang pasar yang sangat baik. Selain produk peternakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat
Kabupaten Situbondo, juga untuk melayani permintaan dari kota-kota lain seperti Surabaya, Malang, dan Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya ternak yang
dipotong serta ternak yang keluar setiap tahunnya. Kontribusi sektor peternakan dan hasil-hasilnya pada tahun 2007 dapat menyumbangkan produk domestik
regional bruto PDRB sebanyak 9.87 atau sebesar Rp 146 804 670 000,- Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008.
b. Basis Komoditas Tanaman Pangan
Hasil analisis nilai LQ untuk komoditas tanaman pangan pada Tabel 30, menunjukkan bahwa setiap kecamatan di lima kecamatan wilayah studi memiliki
komoditas tanaman pangan yang dominan dikembangkan oleh masyarakat. Di Kecamatan Asembagus, komoditas tanaman pangan yang merupakan komoditas
dominan adalah jagung dan kacang tanah. Di Kecamatan Jangkar komoditas yang dominan adalah tanaman padi, jagung, dan kacang tanah, sedangkan di
Kecamatan Arjasa komoditas dominan adalah tanaman jagung, kacang tanah, dan ketela pohon. Di Kecamatan Mangaran tanaman padi merupakan komoditan
dominan. Tabel 30 Nilai LQ komoditas tanaman pangan di wilayah Kabupaten
Situbondo
No Komoditas
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
Kec. Kapongan
Kec. Mangaran
1. Padi
0.54
1.00 0.55
1.49 1.32
2. Jagung
1.31 1.08
1.13 0.42
0.58 3.
Kacang Tanah
1.56 2.91
2.06
0.53 0.21
4. Kedelai
0.48 0.89
0.27 1.81
0.51 5.
Ketela Pohon 0.08
0.12 4.81
0.48 0.19
Jenis tanaman pangan yang dominan ini didasarkan pada tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi wilayah di atasnya yaitu
Kabupaten Situbondo dan ini didasarkan pada nilai LQ 1. Nilai LQ 1 dapat dijadikan petunjuk bahwa kecamatan tersebut surplus akan komoditas tertentu dan
telah mengekspornya ke daerah lain atau memiliki tingkat kebutuhan konsumen yang tinggi yang berasal dari daerah lain di luar kecamatan tersebut. Komoditas-
komoditas ini juga telah banyak diminati oleh masyarakat setempat untuk dibudidayakan, dan cukup sesuai dengan kondisi agroklimat, sehingga dapat
dikatakan komoditas-komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan baik dilihat dari keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif. Namun
demikian perhitungannya masih sederhana yang hanya didasarkan pada nilai LQ saja, sehingga perlu analisis lebih lanjut untuk memasukkan ke dalam kategori
sebagai komoditas unggulan. Dalam rangka lebih meningkatkan pendapatan masyarakat, upaya
peningkatan produksi terhadap komoditas-komoditas tanaman pangan yang telah dikembangkan oleh masyarakat perlu terus digiatkan terutama terhadap komoditas
yang memiliki nilai LQ 1 mengingat komoditas-komoditas ini sudah banyak dikembangkan oleh masyarakat setempat secara turun-temurun. Upaya
peningkatan produksi tanaman pangan dapat dilakukan melalui kegiatan intensifikasi, yaitu dengan penggunaan sarana produksi pertanian dan
pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat, sehingga komoditas dominan tersebut masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk ditingkatkan baik
kualitas maupun kuantitasnya. Komoditas tanaman pangan, khususnya tanaman padi dan jagung sangat
potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Situbondo. Hal ini disebabkan antara lain: 1 masyarakat daerah ini sudah terbiasa menanam padi
dan jagung, luas panen padi tahun 2007, yaitu 32 602 ha dengan produksi 2 057 277.37 kwintal, sedangkan luas panen jagung: 42 089 ha dengan produksi 2 048
242.58 kwintal, 2 potensi lahan yang tersedia sangat mendukung untuk pengembangan usaha tanaman pangan, khususnya padi dan jagung. Kondisi ini
ditunjukkan oleh pemanfaatan tanah di Kabupaten Situbondo untuk kehutanan
44.80 , sawah 18.56 ; pertanian tanah kering 17.09 ; padang rumput 4.56 dari total luas wilayah 163 850 ha. 3 komoditas tanaman pangan cukup
sesuai dengan kondisi agroklimat daerah ini. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kabupaten Situbondo memiliki iklim tropis yang ditandai dengan
adanya dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau atau panas berlangsung antara bulan Mei – September, sedangkan musim
penghujan berlangsung antara bulan Oktober – April dengan curah hujan rata-rata 994 mm hingga 1 053 mm per tahun dengan temperatur lebih kurang antara
24.7 C – 27.9
C. Kondisi ini cukup ideal untuk pengembangan usaha tanaman pangan padi dan jagung. Namun sejak akhir tahun 1980 an, ketersediaan pasokan
air dari Sungai Sampean yang selama ini menjadi andalan petani Kabupaten Situbondo untuk pengairan lahan pertanian, ketersediaannya semakin berkurang.
Hal ini disebabkan hutan di hulu Sungai Sampean banyak yang rusak, apalagi kalau sudah menghadapi musim kemarau yang sangat panjang. Petani yang
sebelumnya bisa menanam padi sepanjang tahun 3 kali per tahun, saat ini paling banyak 1-2 kali dalam setahun dan sisanya ditanami palawija atau dibiarkan saja.
Untuk meningkatkan pendapatan, selain menanam tanaman pangan, petani juga banyak yang beternak secara semi intensif maupun intensif. Jenis ternak yang
dipelihara pada umumnya sapi, domba, dan kambing. Jenis ternak ini sangat mudah dipelihara dan petani dalam memberikan pakan kepada ternaknya pada
umumnya memanfaatkan limbah tanaman padi dan jagung jerami padi dan daun jagung yang cukup tersedia di daerah ini. Keuntungan dari beternak sapi potong
cukup menjanjikan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, di saat pendapatan usaha pertanian tanaman pangan dan perkebunan semakin menurun
dan prospeknya kurang menggembirakan, 5 dukungan pemerintah daerah terhadap sektor tanaman pangan dan perkebunan cukup baik. Hal ini ditandai
dengan disediakannya fasilitas-fasilitas tanaman pangan dan perkebunan, 6
pasar produk tanaman pangan dan perkebunan sangat baik. Selain produk tanaman pangan dan perkebunan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat
Kabupaten Situbondo, juga untuk melayani permintaan dari kota-kota lain seperti Surabaya, Malang, Denpasar, dan Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya
komodtas tanaman pangan dan perkebunan yang keluar setiap tahunnya.
Kontribusi sektor tanaman pangan dan perkebunan hasil-hasilnya pada tahun 2007 dapat menyumbangkan produk domestik regional bruto PDRB sebanyak 17,18
dan 12.37 Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008.
c. Basis Komoditas Perkebunan