4.5. Kondisi Pertanian di Wilyah Kabupaten Situbondo
4.5.1. Sistem Pertanian
Potensi sektor pertanian di Kabupaten Situbondo yang memberikan kontribusi terbesar diantaranya: produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan laut, tambak, dan kehutanan. Produksi pertanian meliputi: tanaman pangan padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai,
perkebunan tebu, tembakau, kopi, kelapa, dan kapuk, peternakan sapi, domba, kambing, ayam, dan itik, tambak udang dan ikan mujair, serta kehutanan kayu
jati dan kayu rimba. Sistem pertanian di Kabupaten Situbondo pada umumnya menggunakan
sistem pertanian semi intensif, dan sebagian lagi menggunakan intensif dengan mengusahakan beberapa komoditas unggulan. Lahan yang dimiliki oleh petani
pada umumnya lahan sawah dan sebagian kecil lahan kering atau tegalan. Lahan tersebut digunakan untuk usahatani tanaman pangan, perkebunan, dan komoditas
lainnya termasuk kegiatan peternakan. Dalam kegiatan usahatani, pada umumnya petani menanam beberapa komoditas unggulan. Sistem penanamannya adalah
monokultur, yaitu dengan cara menanam suatu komoditas tanaman dalam satu luasan petak usahatani, lahan kemudian dibagi menjadi petak-petak yang lebih
kecil dan setiap petakan kecil ditanami dengan tanaman yang berbeda. Para petani di wilayah ini, selain membudidayakan tanaman pangan dan
perkebunan, juga memelihara ternak, seperti: sapi potong, domba, dan kambing. Petani memanfaatkan limbah pertanian, seperti: jerami padi, daun jagung, daun
kacang tanah, dan daun pucuk tebu, serta limbah agroindustri, seperti: ampas tahu, dedak padi, tongkol jagung, dan tetes tebu untuk diberikan sebagai pakan ternak.
Sementara kandang diletakkan di sekitar rumah atau pekarangan rumah, sehingga usaha peternakan sapi potong, domba, dan kambing tidak mengurangi lahan
pertanian. Limbah peternakan yang berupa pupuk kandang dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk organik untuk diberikan kepada tanaman yang
dibudidayakan. Pola peternakan sapi potong terpadu dengan tanaman pangan dan perkebunan sebenarnya sudah diterapkan oleh petani di wilayah ini, namun sistem
pengelolaannya masih bersifat tradisional tanpa memperhitungkan nilai ekonomi.
Petani beberapa tahun belakangan ini menghadapi masalah yang cukup serius, yaitu masalah ketersediaan air irigasi yang bersumber dari Sungai
Sampeyan semakin berkurang dan kurang memadai untuk budidaya tanaman pangan. Kondisi ini mengakibatkan petani hanya bisa menanam padi 1-2 kali saja
dalam setahun, sedangkan sisanya ditanami palawija atau dibiarkan saja menunggu datangnya hujan. Dalam menghadapi situasi seperti ini, usaha
peternakan sapi potong merupakan salah satu solusi untuk menambah pendapatan petani yang semakin berkurang akhir-akhir ini. Usaha peternakan sapi potong di
wilayah ini cepat berkembang, karena tidak membutuhkan lahan yang luas, mudah dilaksanakan, pakan cukup tersedia, permintaan pasar cukup tinggi, sesuai
dengan kondisi agroklimat, bibit mudah diperoleh, dan dukungan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi potong cukup baik.
4.5.2. Pemanfaatan Lahan
Pemanfaatan lahan di wilayah Kabupaten Situbondo bervariasi, mulai dimanfaatkan untuk permukiman sampai perkebunan. Luas wilayah menurut
penggunaan tanah dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Luas wilayah menurut penggunaan tanah di Kabupaten Situbondo pada tahun 2008
No Pemanfaatan Lahan
Luas ha Persentase
1 Permukiman
2 841.72 1.73
2 Sawah
30 405.95 18.56
3 Pertanian Tanah Kering
27 997.13 17.09
4 Kebun Campuran
414.00 0.25
5 Perkebunan
1 780.26 1.09
6 Hutan
73 407.00 44.80
7 Rawa
174.00 0.11
8 Tambak
1 875.30 1.14
9 Padang Rumput
7 464.10 4.56
10 Tanah Tandus
17 052.10 10.41
11 Lain-lain
438.44 0.27
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Adapun luas pemanfaatan tanah di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19 Luas pemanfaatan tanah ha di lokasi penelitian pada tahun 2008
No Pemanfaatan Lahan Kec.
Asembagus Kec.
Jangkar Kec.
Arjasa Kec.
Kapongan Kec.
Mangaran
1 Sawah Berpengairan
2 964.00 2 858.00 3 338.00
2 296.00 1 567.00
2 Sawah Tadah Hujan
8.00 46.00
0.00 0.00
0.00 3
Tegal 223.30
304.50 790.93
1 433.33 0.00
4 Pekarangan
305.00 558.00
146.15 2 693.84
419.30 5
Lainnya 0.00
0.00 133.50
90.58 496.03
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
4.5.3. Produksi dan Produktivitas Komoditas Pertanian
Komoditas pertanian yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Situbondo pada umumnya sangat beragam, hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas
pendapatan pada waktu tertentu dan kesesuaian lahan yang diusahakan serta nilai ekonomis masing-masing komoditas pertanian. Diharapkan dengan keragaman
komoditas pertanian yang diusahakan, maka pendapatan petani menjadi lebih baik dan tidak mengalami kerugian dalam usahataninya. Saat ini secara umum petani
di Kabupaten Situbondo merasakan sarana produksi relatif agak mahal demikian juga ongkos tenaga kerja buruh tani relatif mahal, sehingga biaya produksi yang
dikeluarkan sangat besar. Sementara harga jual komoditas pertanian di kabupaten Situbondo relatif rendah. Dalam rangka menghadapi situasi seperti ini, sub sektor
peternakan menjadi alternatif sambilan atau pendamping yang sangat cocok dalam rangka meningkatkan pendapatan petani.
Hasil survey dan informasi masayarakat setempat serta data BPS Kabupaten Situbondo tahun 2008, menunjukkan banyak komoditas pertanian
yang dapat dikembangkan di daerah ini, antara lain: tanaman pangan dan hortikultura, tanaman perkebunan, tanaman sayuran, tanaman obat-obatan,
tanaman kehutanan, komoditas peternakan, dan komoditas perikanan. Komoditas-komoditas yang dikembangkan selain dapat memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, juga untuk komersial. Perkembangan beberapa komoditas pertanian di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Luas panen dan produksi komoditas pertanian di Kabupaten Situbondo pada tahun 2008
No Jenis Tanaman
Luas Panen ha Produksi kw
Rataan kwha
1 Padi Sawah
32 206 2 057 277.37
63.88 2
Padi Gogo 396
14 762.88 37.28
3 Jagung
42 087 2 048 242.58
48.67 4
Ubi Kayu 623
115 659.95 185.65
5 Kacang Tanah
406 7 774.55
19.15 6
Kacang Hijau 423
3 921.21 9.27
7 Kacang Kedelai
135 1 573.75
11.66 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Adapun luas panen dan produksi tanaman pangan di lokasi penelitian pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 21, sedangkan luas areal dan produksi
perkebunan pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 21 Luas panen dan produksi tanaman pangan di lokasi penelitian pada tahun 2008
No Uraian Kec.
Asembagus Kec.
Jangkar Kec.
Arjasa Kec.
Kapongan Kec.
Mangaran
1 Luas Panen Padi Sawah
1 357 2 925
2 419 3 388
2 478 2
Produksi Padi Sawah 80 172
191 841 162 648
226 742 150 166
3 Luas Panen Padi Gogo
16 20
81 4
Produksi Padi Gogo 596
746 3 020
5 Luas Panen Jagung
4 258 4 192
6 473 1 233
1 407 6
Produksi Jagung 197 809
219 467 297 395
59 767 113 139
7 Luas Panen Ubi Kayu
407 21
8 Produksi Ubi Kayu
75 560 3 899
9 Luas Panen Kcg Tanah
109 114
15 10 Produksi Kcg Tanah
2 083 2 188
288 11 Luas Panen Kcg Hijau
121 53
12 Produksi Kcg Hijau 1 122
491 13 Luas Panen Kedelai
17 14 Produksi Kedelai
202
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Tabel 22 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan pada tahun 2008
No Komoditas
Luas Areal ha Produksi ton
Produktivitas kgha
1 Tebu
9 943 62 399
6 275 2
Tembakau 1 882
1 331 707
3 Kapas
5 3
614 4
Jarak 405
24 60
5 Kelapa
4 343 4 730
1 493 6
Kopi 1 356
314 383
7 Cengkeh
18 2
285 8
Jambu Mete 45
18 610
9 Kapuk Randu
523 138
376 10
Siwalan 16
48 3 684
11 Pinang
241 135
781 12
Asam Jawa 234
374 2 092
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
4.5.4. Produksi dan Produktivitas Komoditas Peternakan
Usaha peternakan di Kabupaten Situbondo yang meliputi: sapi potong, kambing, domba, ayam ras dan bukan ras, serta itik pada awalnya hanya bersifat
sambilan dan hobi. Namun demikian, beberapa tahun belakangan ini dengan dicanangkannya program kawin suntik menggunakan bibit-bibit ternak unggul
dan dijumpainya beberapa kendala dalam pengelolaan pertanian misalnya: ketersediaan air irigasi semakin berkurang dan kurang memadai untuk budidaya
tanaman pangan dan perkebunan, pendapatan petani yang kurang optimal, harga jual produk pertanian yang tidak menentu, harga-harga sarana produksi yang
semakin mahal, ongkos tenaga kerja semakin mahal, pupuk sering sulit ketersediaannyahilang di pasaran, dan banyaknya hama serta penyakit yang
menyerang tanaman membuat petani banyak yang menekuni usaha peternakan sapi potong selain bercocok tanam. Usaha peternakan sapi potong di Kabupaten
Situbondo menjadi salah satu komoditas unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat.
Sistem pemeliharaan ternak sapi potong pada umumnya dilakukan secara semi intensif dan sebagian lagi secara intensif. Pakan ternak yang diberikan
sebagian besar adalah rumput lapangan dan limbah pertanian tanaman pangan dan perkebunan, serta limbah agroindustri yang banyak tersedia di wilayah ini.
Kandang ternak sapi potong diletakkan di sekitar rumah atau pekarangan rumah,
sehingga usaha peternakan sapi potong, tidak mengurangi lahan pertanian. Letak kandang yang berkumpul dengan rumah sedikit mengganggu estetika dan
menimbulkan bau yang kurang sedap. Limbah peternakan yang berupa pupuk kandang dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk organik untuk diberikan kepada
tanaman yang dibudidayakan. Pola peternakan sapi potong terpadu dengan tanaman pangan dan perkebunan merupakan salah satu kegiatan pertanian
organik, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal yang didaur ulang secara efektif.
Produksi subsektor peternakan dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 23.
Tabel 23 Populasi ternak ruminansia dan unggas ekor di Kabupaten Situbondo
No Jenis Ternak 2003
2004 2005
2006 2007
1 Sapi Potong
134 799 135 068
136 253 137 058
137 394 2
Sapi Perah 67
72 72
73 60
3 Kerbau
732 735
733 735
721 4
Kambing 47 465
47 804 48 222
48 507 48 601
5 Domba
77 292 77 872
78 540 78 993
79 108 6
Ayam Buras 564 321
568 222 562 116
557 916 530 988
7 Ayam Ras
24 900 25 500
26 529 27 618
29 000 8
Itik 45 069
45 600 46 893
47 753 48 295
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Populasi ternak tahun 2007 menunjukkan perkembangan yang positif, antara lain ditunjukkan oleh kenaikan populasi sapi potong dari 137 058 menjadi
137 394 atau naik 0.25 ; populasi ternak kambing dari 48 507 menjadi 48 601 atau naik 0.19 ; populasi ternak domba dari 78 993 menjadi 79 08 atau naik 0.15
; ayam ras dari 27 618 menjadi 29 000 naik 5 , populasi ternak itik 47 753 menjadi 48 295 naik 1.14 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23.
Jenis ternak sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, dan itik adalah jenis ternak yang banyak dipelihara oleh masyarakat di wilayah penelitian.
Populasi beberapa jenis ternak di lima kecamatan lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Populasi ternak ruminansia dan unggas ekor di lokasi penelitian tahun 2007
No Jenis Ternak
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
Kec. Kapongan
Kec. Mangaran
1 Sapi potong
10 806 26 129
12 749 14 528
11 052 2
Sapi Perah 6
8 3
Kerbau 14
15 4
Kambing 1 737
1 613 2 752
4 450 3 856
5 Domba
4 836 6 845
5 785 8 940
6 302 6
Ayam Buras 38 343
37 332 22 429
58 010 48 438
7 Ayam Ras
8 Itik
1 722 2 184
2 753 5 253
2 529 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Komoditas ternak yang paling banyak dipotong adalah ayam buras, ayam ras, sapi potong, domba, dan kambing. Jumlah ternak dan unggas yang dipotong
di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Jumlah ternak ruminansia dan unggas ekor yang dipotong di
Kabupaten Situbondo dari tahun 2003 - 2007
No Jenis Ternak
2003 2004
2005 2006
2007
1 Sapi Potong
7 987 8 019
8 279 8 323
8 464 2
Kerbau 3
Kambing 692
711 714
712 727
4 Domba
2 701 2 677
2 700 2 700
2 733 5
Ayam Buras 483 603
488 685 493 710
493 889 493 027
6 Ayam Ras
443 789 457 728
466 588 480 571
441 210 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Komoditas ternak yang paling banyak dipotong di lokasi penelitian adalah ayam rasbroiler, ayam buras, sapi potong, domba, dan kambing. Adapun jumlah
ternak dan unggas yang dipotong di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26 Jumlah ternak ruminansia dan unggas ekor yang dipotong di lokasi penelitian pada tahun 2007
No Jenis Ternak
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
Kec. Kapongan
Kec. Mangaran
1 Sapi Potong
2 078 18
32 25
45 2
Kerbau 3
Kambing 67
28 23
21 39
4 Domba
272 85
63 69
145 5
Ayam Buras 54 875
12 854 13 913
34 124 17 249
6 Ayam Ras
100 082 27 813
12 905 10 916
9 256 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Produksi daging, telur, susu, dan kulit di Kabupaten Situbondo dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Produksi komoditas
ternak di Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27 Produksi daging, telur, susu, dan kulit di Kabupaten Situbondo dari tahun 2004 – 2007
No Uraian
2004 2005
2006 2007
1 Daging ton
2 541.0 2 609.0
2 677.0 3 357.0
2 Telur ton
258.7 273.8
276.9 740.6
3 Susu liter
67 198.0 64 884.0
70 291.0 48 069.0
4 Kulit Sapi lembar
7 859.0 7 851.0
5 239.0 8 337.0
5 Kulit Kambing lembar
690.0 710.0
714.0 712.0
6 Kulit Domba lembar
2 614.0 2 621.0
2 600.0 2 678.0
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
4.5.5. Kelembagaan
Kelembagaan yang masih ada dan aktif di Kabupaten Situbondo antara lain: kelompok tani, kelompok ternak, Pos Pelayanan Terpadu Posyandu,
Poliklinik Desa Polindes, Tim Penggerak PKK, Karang Taruna 136, Palang Merah Remaja 1 083, Korps Sukarela 70, Himpunan Petani Pemakai Air
HIPPA 125. Kelompok pengajian, Ormas Islam, Majlis Ta’lim, dan kelompok
kebaktian di Kabupaten Situbondo terlihat aktif mengadakan pertemuan- pertemuan bulanan dan mingguan. Kelompok pengajian hampir terdapat di setiap
desa. Kelompok pengajian pada umumnya mengadakan pengajian-pengajian di
masjid atau di rumah-rumah warga manakala ada diantara anggotanya bersedia menyelenggarakan pengajian di rumahnya. Ada juga kelompok pengajian yang
berbentuk arisan yang dilaksanakan setiap minggu atau sebulan sekali, sedangkan kelompok kebaktian pada umumnya melaksanakan kebaktian di gereja-gereja
yang terdapat di ibukota kecamatan. Jumlah lembaga keagamaan di kabupaten Situbondo pada tahun 2007
adalah sebagai berikut: 315 Ormas Islam, 324 Majlis Ta’lim, 244 TPATPQ, 150 Penyuluhan Agama, dan 206 Seni Islam. Banyaknya lembaga keagamaan di
lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28 Jumlah lembaga keagamaan di lokasi penelitian pada tahun
2007
No Lembaga Kegamaan
Kec. Asembagus
Kec. Jangkar
Kec. Arjasa
Kec. Kapongan
Kec. Mangaran
1 Ormas Islam 47
4 118
11 9
2 Majlis Ta’lim 53
3 27
7 16
3 TPQTPA 15
12 9
10 5
4 Penyuluhan Agama 10
5 4
8 6
5 Seni Islam 24
11 4
17 14
Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Kelembagaan lain yang relatif aktif adalah Posyandu yang merupakan kegiatan rutin dilaksanakan pada setiap bulan untuk memantau perkembangan
balita. Kegiatan yang dilakukan antara lain: penimbangan bayi, kegiatan immunisasi, pemeriksaan ibu hamil, pemberian makanan pada balita, dan
pemberian vitamin A dosis tinggi.
4.6. Kondisi Sistem Agribisnis Kawasan