b. Komoditas Unggulan dan Andalan Tanaman Pangan
Komoditas unggulan dan andalan komoditas tanaman pangan terdiri atas 5 lima komoditas, yaitu: padi, jagung, kacang tanah, kedelai, dan ketela pohon.
Kelima komoditas tanaman pangan tersebut terseleksi dari dominansi luas tanaman masing-masing komoditas tanaman pangan tersebut. Setelah
menggunakan kriteria penilaian berikutnya, maka diperoleh bahwa ada 3 tiga komoditas yang tergolong dalam komoditas andalan, yaitu: kacang tanah, kedelai,
dan ketela pohon serta ada 2 dua komoditas tanaman pangan yang tergolong dalam komoditas unggulan, yaitu padi dan jagung. Hasil analisis komoditas
unggulan dan andalan tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33 Penilaian komoditas tanaman pangan di Wilayah Kabupaten
Situbondo tahun 2007
Komoditas Kriteria Penilaian
Total Bobot
Keputusan
1 2
3 4
5 6
7
Padi
12 567 4 4 6.39 4
0.89 2 5 1.75
5 5
29 Unggulan
Jagung
17 563 5 5 4.87 3
0.97 3 4 1.70
4 4
28 Unggulan
Kacang Tanah
292 2 2 1.92 2
1.66 4 2 0.80
2 2
16 Andalan
Kedelai
42 1 3 1.17 1
0.72 1 3 0.59
1 3
13 Andalan
Ketela Pohon
446 3 1 18.60 5
1.97 5 1 1.38
3 1
19 Andalan
Keterangan: 1 Luas panen ha, 2 Kesesuaian lahan, 3 Produktivitas tonha, 4 Keunggulan komparatif, 5 Keunggulan kompetitif, 6 LQ Produksi, dan
7 Peluang pengembangan
Sumber:
Data diolah dari data sekunder: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Pada Tabel 33 menunjukkan bahwa komoditas tanaman padi dan jagung unggul hampir pada semua kriteria yang dinilai dibandingkan dengan komoditas
lainnya, sehingga komoditas tanaman padi dan jagung tergolong komoditas unggulan di wilayah Kabupaten Situbondo. Komoditas ketela pohon unggul pada
tingkat produktivitas tonha dan keunggulan komparatif, sedangkan kacang tanah dan kedelai mempunyai kriteria penilaian yang agak rendah, sehingga ketiga
komoditas tanaman pangan tersebut ketela pohon, kacang tanah dan kedelai tergolong pada komoditas andalan.
Keunggulan tanaman padi dan jagung sebagai komoditas unggulan dibandingkan dengan komoditas tanaman pangan lainnya, selain disebabkan oleh
7 tujuh kriteria penilaian di atas tersebut, juga disebabkan antara lain intensifnya Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Situbondo memberikan
penyuluhan dan memperkenalkan varietas-varietas unggul kepada petani. c.
Komoditas Unggulan dan Andalan Tanaman Perkebunan
Penilaiankomoditas tanaman perkebunan di wilayah Kabupaten Situbondo dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 Penilaian komoditas tanaman perkebunan di Wilayah Kabupaten Situbondo tahun 2007
Komoditas Kriteria Penilaian
Total Bobot
Keputusan
1 2
3 4
5 6
7
Tebu
7 878 5 5 6 482 5
1.40 4 5 1.10
4 5
33 Unggulan
Tembakau
762 3 2 2 5003
0.74 3 4 0.57
3 4
22 Unggulan
Kopi
1 197 4 1
3 040 4 1.60 5 3
1.25 5
3
25 Unggulan
Kelapa
209 2 4
1 200 2 0.09 1 1
0.07 1
2 13
Andalan
Kapuk
39 1 3
376 1 0.14 2 2
0.11 2
1
12 Andalan
Keterangan:
1 Luas tanam ha, 2 Kesesuaian lahan, 3 Produktivitas tonha, 4 Keunggulan komparatif, 5 Keunggulan kompetitif, 6 LQ Produksi, dan
7 Peluang pengembangan
Sumber
: Data diolah dari data sekunder: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008
Komoditas unggulan dan andalan komoditas tanaman perkebunan terdiri atas 5 lima komoditas, yaitu: tanaman tebu, tembakau, kopi, kelapa, dan kapuk.
Kelima komoditas tanaman perkebunan tersebut terseleksi dari dominansi luas tanam komoditas tanaman pangan tersebut. Setelah menggunakan penilaian
berikutnya, maka diperoleh bahwa ada 3 tiga komoditas yang tergolong dalam komoditas unggulan, yaitu: tebu, kopi, dan tembakau serta hanya 2 dua
komoditas tanaman perkebunan yang tergolong dalam komoditas andalan, yaitu tanaman kelapa dan kapuk.
Pada Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa komoditas tanaman tebu unggul hampir pada semua kriteria yang dinilai dibandingkan dengan komoditas
lainnya, sehingga komoditas tanaman tebu tergolong komoditas unggulan di wilayah Kabupaten Situbondo. Tanaman kopi dan tembakau mempunyai kriteria
penilaian yang agak rendah di kesesuaian lahan, namun komoditas ini termasuk komoditas unggulan di daerah daerah studi. Komoditas tanaman kelapa dan kapuk
mempunyai kriteria penilaian yang agak rendah, sehingga kedua komoditas tanaman perkebunan tersebut tergolong pada komoditas andalan.
5.3.3. Analisis Usahatani a. Komoditas Peternakan
Data kegiatan usahatani peternakan yag dilakukan oleh peternak di wilayah Kabupaten Situbondo diperoleh melalui kegiatan survai terhadap rumah
tangga peternak. Jumlah responden sebanyak 1 350 orang peternak terdiri atas: 500 responden peternak sapi, 200 responden peternak domba, 250 responden
peternak kambing, 300 responden peternak ayam buras, 100 responden peternak itik, yang diambil dari lima kecamatan, yaitu: Kecamatan Asembagus, Jangkar,
Arjasa, Kapongan, dan Mangaran. Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang selain mengelola usaha ternaknya juga melakukan usaha lainnya,
seperti: dalam bidang pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan, dan lain sebagainya.
Umur responden peternak terdiri atas 14 berumur 21-30 tahun, 59 berumur 31-50 tahun, dan sisanya 27 berumur lebih dari 50 tahun. Pendidikan
responden peternak sebagian besar 66 hanya berpendidikan SD, 22 berpendidikan SLP, 11 berpendidikan SLA, dan hanya 1 yang berpendidikan
diplomasarjana. Rata-rata jumlah kepemilikan ternak yang dimiliki responden, yaitu untuk sapi potong 2 ekor, domba 11 ekor, kambing 9 ekor, ayam kampung
19 ekor, dan itik 89 ekor.
Komoditas peternakan yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Situbondo pada umumnya meliputi: sapi potong, domba, kambing, ayam
kampung, dan itik, sedangkan ternak kerbau dan sapi perah tidak berkembang dan tidak terlalu banyak diusahakan oleh masyarakat. Jenis komoditas peternakan
yang diusahakan oleh peternak sangat ditentukan oleh permintaan pasar yang tinggi baik pasar daerah sendiri maupun luar daerah serta kemudahan dalam
pemeliharaan. Untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani yang dilakukan secara
ekonomis menguntungkan atau merugi secara ekonomis dapat dilakukan analisis usahatani yang didukung data-data yang memadai baik data pengeluaran untuk
berbagai sarana produksi maupun biaya upah dan ongkos yang dikeluarkan. Hasil analisis usahatani beberapa komoditas ternak dapat dilihat pada Tabel 35 dan
Lampiran 3. Tabel 35 Hasil analisis usahatani beberapa komoditas ternak di Kabupaten
Situbondo
No Komoditas Total Biaya
Penerimaan Keuntungan
RC
1. Sapi Potong
Penggemukan 8 750 000,-
13 000 000,- 4 250 000,-
1.49 2.
Sapi Potong Pembibitan
12 030 000,- 15 000 000,-
2 970 000,- 1.25
3. Domba
5 720 000,- 7 100 000,-
1 380 000,- 1.24
4. Kambing
5 220 000,- 6 200 000,-
980 000,- 1.19
5. Ayam Buras
8 955 000,- 9 950 000,-
995 000,- 1.11
6. I t i k
12 987 600,- 15 150 000,-
2 162 400,- 1.17
Pada Tabel 35 menunjukkan bahwa seluruh komoditas peternakan yang dibudidayakan di Kabupaten Situbondo secara ekonomis menguntungkan untuk
dikembangkan. Kelayakan secara ekonomis untuk dikembangkan dapat dilihat dari nilai RC ratio yang lebih besar dari satu RC 1. Komoditas ternak sapi
potong menghasilkan pendapatan yang tertinggi dibandingkan komoditas ternak lainnya, selanjutnya berturut-turut disusul ternak domba, kambing, itik, dan ayam
buras.
Dari sisi pendapatan peternak dalam setahun, menunjukkan bahwa usahatani penggemukan ternak sapi potong menghasilkan keuntungan tertinggi,
yaitu sekitar Rp 4 250 000,- ekortahun, diikuti berturut-turut pembibitan sapi potong Rp 2 970 000,-ekortahun, ternak itik Rp 2 162 400,-55 ekortahun,
ternak domba Rp 1 380 000,-5 ekortahun, ayam buras Rp 995 000,-55 ekortahun, dan terendah adalah usahatani ternak kambing yaitu sekitar Rp 980
000,- 5 ekortahun. Hasil analisis tersebut memperlihatkan nilai keuntungan dari usahatani peternakan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya
tingkat produktivitas komoditas peternakan yang diusahakan peternak. Rendahnya produktivitas komoditas peternakan tersebut, antara lain disebabkan
jumlah ternak yang dikembangkan masih dalam skala kecil untuk sapi potong rata-rata 2 ekorpeternak dan umumnya dipelihara secara semi intensif, sehingga
produktivitasnya kurang optimal. Selain itu, sebagian besar peternak menggunakan biaya produksi yang relatif rendah. Pada umumnya peternak
pembibitan sapi potong, domba, dan kambing hanya mengandalkan rumput saja atau jerami padi serta jerami kacang tanah untuk pakan ternaknya. Demikian
juga dalam hal biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, dan biaya pakan. Pada umumnya peternak memanfaatkan tenaga kerja dalam rumah tangga sendiri untuk
merawat ternak dan mencari pakan hijauan. Peluang peningkatan pendapatan peternak yang diterima dalam usahatani
masih dapat ditingkatkan, baik melalui ekstensifikasi maupun intesifikasi usahaternak, yaitu dengan peningkatan jumlah ternak yang dipelihara, pemberian
pakan yang rasional, penggunaan bibit unggul, dan pemeliharaan ternak yang baik. Untuk mendapatkan keuntungan yang layak dan usaha peternakan dapat
dijadikan sebagai pekerjaan pokok, dengan penghasilan Rp 12 000 000,-tahun, maka ternak yang dipelihara minimal untuk penggemukan sapi potong sebanyak 3
ekor, pembibitan sapi potong sebanyak 4 ekor, domba 44 ekor, kambing 60 ekor, ayam buras 660 ekor, dan itik 300 ekor.
b. Komoditas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan