2 607 rataan=521 jiwakm KONDISI UMUM WILAYAH

memelihara jenis ternak ini. Menurut laporan Dinas Peternakan 2006 bahwa Kabupaten Situbondo merupakan salah satu lumbung ternak sapi potong di Provinsi Jawa Timur.

4.3.1. Kependudukan

Hasil perhitungan yang dilakukan Badan Pusat Statistik BPS, penduduk Kabupeten Situbondo pada tahun 2007 telah mencapai 638 537 jiwa, yang terdiri atas 311 199 penduduk laki-laki dan 327 338 penduduk perempuan. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan atau sex ratio sebesar 95.07 artinya dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat penduduk laki-laki 95 jiwa. Dengan demikian penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Jumlah penduduk di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah penduduk di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Kecamatan Jumlah jiwa Kepadatan Penduduk jiwa km 2 1 Asembagus 48 960 7.67 412 2 Jangkar 36 082 5.65 539 3 Arjasa 40 032 6.27 185 4 Kapongan 36 583 5.73 821 5 Mangaran 30 556 4.79 650 Jumlah 192 213

30.11 2 607 rataan=521 jiwakm

2 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008

4.3.2. Mata Pencaharian Penduduk

Berdasarkan hasil analisis data Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan mata pencaharian yang paling banyak dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Kondisi ini sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Situbondo yang merupakan daerah agraris dan cukup potensial untuk pengembangan sektor pertanian. Lima jenis mata pencaharian yang paling banyak dijumpai di Kabupaten Situbondo adalah pertanian, perdagangan, jasa-jasa, industri, dan komunikasi. Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Kabupaten Situbondo menurut mata pencaharian pada tahun 2008 No Mata Pencaharian Jumlah orang 1 Pertanian 180 798 52.67 2 Perdagangan 59 904 17.45 3 Jasa-jasa 55 501 16.17 4 Industri 23 352 6.80 5 Komunikasi 14 585 4.25 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008 Jumlah penduduk dari lima kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian mempunyai sebaran mata pencaharian seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Mata Pencaharian Kec. Asembagus Kec. Jangkar Kec. Arjasa Kec. Kapongan Kec. Mangaran 1 Petani 11 363 6 993 8 365 6 963 2 602 2 Buruh Tani 7 189 10 156 8 388 8 464 5 347 3 Nelayan 180 1 207 37 807 1 152 4 Peternakan 6 836 11 350 6 619 5 591 4 249 5 Penggalian 7 157 62 42 6 Industri 205 596 205 391 304 7 Perdagangan 4 533 2 426 1 697 2 005 1 677 8 Pengangkutan 1 228 679 256 692 473 9 BankKeuangan 29 15 3 10 7 PNS 851 111 217 237 318 11 TNI POLRI 163 22 21 21 19 12 Jasa Lainnya 607 717 881 431 510 13 Pensiunan 264 77 107 107 152 14 Pencari Kerja 1 150 511 549 774 839 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008

4.3.3. Tingkat Pendidikan Penduduk

Tingkat pendidikan masyarakat dapat dijadikan sebagai salah satu indikator yang menunjukkan kualitas sumberdaya manusia yang ada di suatu wilayah atau daerah. Artinya jika tingkat pendidikan masyarakat tinggi, berarti kualitas sumberdaya manusia juga akan menjadi baik. Dalam kaitannya dengan pengembangan sub sektor peternakan, maka tingkat pendidikan sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, pemahaman, kemampuan untuk berusaha dan pengelolaan peternakan. Tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Situbondo pada umumnya di dominasi oleh masyarakat yang belum tamat sekolah dasar. Namun demikian tidak sedikit masyarakat yang mampu melanjutkan sampai ke perguruan tinggi. Jumlah persentase penduduk yang berumur di atas 10 tahun adalah sebagai berikut: tidak tamat sekolah dasar 40.61 , tamat Sekolah Dasar 30.66 , tamat SLTP 12.52 , tamat SLTA 11.78 , dan tamat Diploma III 1.21 , tamat Akademi 0.53 , tamat Perguruan Tinggi 2.68 . Dari lima kecamatan yang ditetapkan sebagai lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di lokasi penelitian pada tahun 2008 No Pendidikan Kec. Asembagus Kec. Jangkar Kec. Arjasa Kec. Kapongan Kec. Mangaran 1 Tidak Tamat SD 16 737 12 335 13 685 12 506 10 445 2 SD 12 637 9 314 10 333 9 443 7 887 3 SLTP 5 161 3 803 4 220 3 856 3 221 4 SLTA 4 854 3 578 3 969 3 627 6 438 5 Diploma III 498 367 407 372 311 6 Akademi 220 162 180 164 137 7 Sarjana 1 107 816 905 827 691 Sumber: Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008 Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa penduduk di lokasi penelitian masih cukup banyak yang pendidikannya tidak tamat sekolah dasar 39.77 , tamat sekolah dasar 30.03 , tamat SLTP 12.26 , tamat SLTA 13.60. Namun demikian, sebagian masyarakat sudah ada yang melanjutkan sampai ke perguruan tinggi, yaitu: tamat Diploma III 1.18 , tamat Akademi 0.52 , dan tamat Sarjana 2.64 . Masyarakat yang pendidikannya rendah pada umumnya banyak yang berkecimpung menjadi buruh tani, petani, peternak, dan nelayan, sedangkan yang berpendidikan menengah sampai perguruan tinggi pada umumnya banyak menjadi PNS, bekerja di industri dan perdagangan. Masyarakat masih beranggapan bergerak di bidang pertanian pertanian, peternakan, dan perikanan tidak menjanjikan masa depan yang baik. 4.4. Kondisi Infrastruktur 4.4.1. Aksesibilitas