1. Uji Validasi Struktur SISTEM KAWASAN PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU

8.3.4. Uji Validasi Model

Secara garis besar uji validasi model dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu uji validasi struktur dan uji validasi kinerja.

b.1. Uji Validasi Struktur

Uji validasi struktur lebih menekankan pada keyakinan pada pemeriksaan kebenaran logika pemikiran atau dengan kata lain apakah struktur model yang dibangun sudah sesuai dengan teori. Secara logika terlihat bahwa pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat akan diikuti oleh peningkatan kebutuhan lahan. Pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk yang berasal dari kelahiran natalitas dan penduduk yang datang imigrasi, serta pengurangan jumlah penduduk akibat kematian mortalitas dan perpindahan penduduk keluar emigrasi. Pertumbuhan penduduk dan peningkatan luas lahan agropolitan mengikuti pola pertumbuhan kurva sigmoid sigmoid curve dimana pada suatu waktu tertentu akan menemui titik keseimbangan stable equilibrium sesuai dengan konsep limit to growth Muhammadi et al 2001. Dalam hal ini terjadi proses reinforcing yang diimbangi oleh proses balancing. Kondisi ini terjadi karena keterbatasan ketersediaan lahan yang dapat menjadi faktor pembatas dan menekan pertumbuhan penduduk. Lahan yang tersedia akan dimanfaatkan untuk alokasi permukiman penduduk, ruang fasilitas, penyediaan ruang terbuka hijau dan kawaan lindung, serta lahan untuk kegiatan budidaya pertanian. Karena keterbatasan luas lahan maka semakin luas penggunaan lahan untuk tujuan tertentu akan berpengaruh terhadap luas lahan untuk tujuan penggunaan lainnya. Dalam hal ini akan terjadi konversi lahan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan lahan. Berkaitan dengan lahan budidaya, terlihat bahwa semakin luas ketersediaan lahan budidaya akan berdampak pada semakin meningkatnya produksi usahatani yang dihasilkan petani. Hal ini juga berdampak terhadap peningkatan keuntungan yang diperoleh. Namun demikian, semakin tinggi intensitas penggunaan lahan budidaya akan menyebabkan tekanan terhadap lahan sehingga kualitasnya dapat menurun. Akibatnya produksi usahatani juga akan menurun yang diikuti menurunnya keuntungan yang diperoleh petani. Hal ini berarti konsep limit to growth juga terjadi terhadap produksi dan keuntungan usahatani agropolitan. Dengan melihat hasil simulasi model dinamik berdasarkan struktur model yang telah dibangun sesuai dengan konsep teori empirik seperti diuraikan di atas, maka model pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Kabupaten Situbondo dapat dikatakan valid secara empirik.

b.2. Uji Validasi Kinerja