8.1. Pendahuluan
Wilayah Kabupaten Situbondo memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar untuk dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, salah satu potensi yang dimiliki dan sesuai dengan karekteristik wilayah adalah sub sektor peternakan. Melihat potensi yang besar ini, maka pengembangan
kawasan agropolitan berbasis peternakan merupakan salah satu pilihan yang tepat sebagai konsep pembangunan desa-kota berimbang dengan menyesuaikan potensi
dan karekteristik wilayah yang bersangkutan. Pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo dimaksudkan agar terjadi keseimbangan
pembangunan antara perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Situbondo sehingga efek pengurasan sumberdaya backwash effect baik pengurasan sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia yang ada di perdesaan dapat dihindari. Menurut Rustiadi et al. 2006 melalui pengembangan kawasan agropolitan akan mendorong terjadinya
desentralisasi pembangunan dan wewenang di daerah, desa dan kota dapat saling memperkuat, serta terjadinya pengembangan ekonomi yang berbasis sumberdaya
lokal melalui pemberdayaan masyarakat setempat. Banyak permasalahan yang kompleks dihadapi masyarakat dalam
pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Kabupaten Situbondo, yang sulit diselesaikan dengan hanya menggunakan satu metode spesifik saja. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang kompleks tersebut adalah dengan pendekatan sistem system approach. Manestch
dan Park 1977 menyatakan bahwa pendekatan sistem dapat memberikan penyelesaian masalah dengan baik bagi permasalahan multidisiplin yang kompleks.
Penbekatan sistem didefinisikan sebagai suatu metodologi penyelesaian masalah yang dimulai dengan secara tentatif mendefinisikan atau merumuskan tujuan dan hasilnya
adalah suatu sistem operasi yang secara efektif dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan Eriyatno 1998.
Dalam pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo dengan pendekatan sistem ini, perlu dikatahui hubungan antar beberapa
komponen yang saling berpengaruh satu sama lain baik pada usaha on farm maupun off farm-nya. Untuk melihat hubungan antar komponen dalam pengembangan
kawasan agropolitan tersebut perlu dibangun model yang merupakan simplikasi dari sistem. Sebagaimana diketahui bahwa model dapat dibedakan dua jenis, yatiu model
statik dan model dinamik, namun yang banyak digunakan adalah model diamik karena memiliki variabel yang dapat berubah sepanjang waktu sebagai akibat dari
perubahan input dan interaksi antar elemen-elemen sistem. Melalui model dinamik dalam pengembangan kawasan agropolitan di wilayah Kabupaten Situbondo ini,
dapat menggambarkan dunia nyata yang terjadi selama ini sekaligus sebagai proses peramalan dari suatu keadaan untuk masa yang akan datang. Melihat besarnya peran
permodelan dalam pengembangan kawasan, maka dilakukan penelitian permodelan di wilayah Kabupaten Situbondo dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan
berbasis peternakan sapi potong terpadu. Penelitian bertujuan untuk membangun model pengembangan kawasan agropolitan berkelanjutan berbasis peternakan sapi
potong terpadu di Kabupaten Situbondo.
8.2. Metode Analisis Sistem Kawasan Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Situbondo