6. Uji Kestabilan Model 7. Uji Sensitivitas Model Hasil dan Pembahasan Sistem Kawasan Peternakan Sapi Potong Terpadu

antara 5 – 10 Muhammadi et al. 2001. Adapun rumus untuk menghitung nilai AME dan AVE seperti di bawah ini. Rumus AME absolute means error = Si - Ai Ai x 100 Si = Si N Keterangan: S = nilai simulasi Ai = Ai N A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan Rumus AVE absolute variation error = Ss – Sa Sa x 100 Ss = Si – Si 2 N Keterangan: Sa = deviasi nilai aktual Sa = Ai – Ai 2 N Ss = deviasi nilai simulasi N = interval waktu pengamatan

c. 6. Uji Kestabilan Model

Uji kestabilan model pada dasarnya merupakan bagian dari uji validasi struktur. Uji ini dilakukan untuk melihat kestabilan atau kekuatan model dalam dimensi waktu. Model dikatakan stabil apabila struktur model agregat dan disagregat memiliki kemiripan. Caranya adalah dengan menguji struktur model agregat yang diwakili oleh sub-sub model yang ada.

c.7. Uji Sensitivitas Model

Uji sensitivitas model merupakan respon model terhadap suatu stimulus. Respon ini ditunjukkan dengan perubahan perilaku danatau kinerja model. Stimulus diberikan dengan memberikan perlakuan tertentu pada unsur atau struktur model.

8.3. Hasil dan Pembahasan Sistem Kawasan Peternakan Sapi Potong Terpadu

di Kabupaten Situbondo 8.3.1. Simulasi Model Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu Model dinamik pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo dibangun melalui logika hubungan antara komponen yang terkait dan interaksinya. Komponen-komponen yang terkait adalah pertumbuhan penduduk, luas lahan kawasan agropolitan, luas lahan permukiman, luas lahan budidaya, produksi dan keuntungan usahaternak, kondisi lingkungan di kawasan agropolitan, jumlah industri, pendapatan pemanfaatan industri, jumlah limbah yang dihasilkan, biaya pengolahan, pendapatan dari hasil pengolahan, keuntungan dan sumbangan pengembangan agropolitan terhadap produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Situbondo. Model dinamik yang dibangun terdiri atas 3 tiga sub model yang mewakili dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial, yaitu: 1 sub model lahan agropolitan yang menggambarkan perkembangan kebutuhan lahan untuk permukiman, budidaya, fasilitas, dan lahan untuk hutankawasan lindung; 2 sub model budidaya peternakan yang menggambarkan perkembangan produksi, kondisi lingkungan akibat pengembangan agropolitan, produk domestik regional bruto PDRB, serta dinamika pertumbuhan penduduk, 3 sub model pengolahan industri hasil ternak yang menggambarkan jumlah industri, pendapatan, dan jumlah limbah yang dihasilkan. Perilaku model dinamik pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan di Kabupaten Situbondo dianalisis menggunakan program powersim constructor versi 2.5 dengan struktur model seperti pada Gambar 31 dan formula pada Lampiran 20. Analisis dilakukan untuk 15 tahun yang akan datang dimulai pada tahun 2010 dan berakhir pada tahun 2025. Waktu 15 tahun ini diharapkan dapat memberikan gambaran perkembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Situbondo untuk masa jangka panjang. Beberapa data awal dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam permodelan ini antara lain: 1. Jumlah penduduk adalah akumulasi dari lima kecamatan yang merupakan cakupan wilayah studi dengan jumlah penduduk sebesar 189 734 jiwa pada tahun 2007 Bappekab dan BPS Kabupaten Situbondo 2008. Pertumbuhan penduduk diasumsikan mengalami pertumbuhan normal tanpa dipengaruhi oleh mobilisasi penduduk dalam jumlah yang besar seperti transmingrasi, dengan tingkat kelahiran 0.53 per tahun. 2. Luas untuk pengembangan agropolitan yang meliputi lima kecamatan sekitar 48 236.7 hektar dengan alokasi penggunaan lahan masing-masing untuk sawah 12 567 ha 28.51, sawah tadah hujan 228.3 ha 0.47, tegal 10 432.5 ha 21.63, permukiman 3 903.3 ha 8.09, tambak 674.1 ha 1.40, perkebunan 1 751.7 ha 3.63, kehutanan 17 059 ha 35.04, dan padang penggembalaanpadang rumput 3 291.6 ha 6.83. 3. Komoditas peternakan yang dimodelkan adalah ternak sapi potong yang merupakan komoditas unggulan di lokasi studi, sedangkan komoditas pertanian, seperti: jagung dan padi merupakan komoditas pertanian yang sangat dominan dibudidayakan oleh masyarakat petani di daerah ini dan merupakan sumber pakan ternak. Produksi setiap komoditas dihitung berdasarkan luas panen pada tahun 2007 adalah: produksi jagung sebesar 88 758 ton dengan luas tanam sekitar 17 563 ha, padi 81 157 ton dengan luas tanam sekitar 12 567 ha. Populasi ternak sapi potong sebanyak 69 264 ekor dan luas padang penggembalaanpadang rumput sekitar 3 291.6 ha 4. Hasil jagung akan diolah menjadi pakan ternak dan untuk mengolah bahan tersebut dibutuhkan industri pengolahan jagung berkapasitas 15 000 ton per tahun, sehingga diperlukan jumlah industri sebanyak 6 enam unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang untuk setiap unit industri. Jerami padi, daun jagung, dan daun pucuk tebu yang merupakan limbah pertanian akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak, demikian juga dedak yang dihasilkan dari hasil sampingan penggilingan padi akan dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak. 5. Ternak sapi potong yang dihasilkan sebagian akan diolah menjadi daging olahan dan untuk mengolah daging segar tersebut dibutuhkan industri pengolahan daging, yang mempunyai kapasitas 3 650 ekor per tahun. Ternak sapi potong yang disediakan untuk pengolahan daging berjumlah sekitar 18 000 ekor per tahun, sehingga dibutuhkan sekitar 5 unit industri pengolahan daging dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 orang untuk satu unit industri pengolahan daging. Hasil sampingan dari pemotongan ternak adalah kulit ternak. Pengolahan kulit ternak dibutuhkan industri khusus yang mengelola kulit ternak menjadi kulit samak. Industri kecil pengolahan kulit ternak mempunyai kapasitas sekitar 18 250 lembar kulit per tahun dengan jumlah tenaga kerja 4 orang untuk satu unit industri pengolahan kulit. Feses yang dihasilkan oleh setiap peternak dikelola menjadi pupuk kandang kompos, yang merupakan hasil sampingan dari budidaya peternakan. 6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemasaran hasil olahan adalah struktur pasar, regulasi, dan infrastruktur. 7. Sumbangan pengembangan agropolitan terhadap produk domestik regional bruto PDRB Kabupaten Situbondo dihitung dari PDRB peternakan dan pertanian yang meliputi komoditas ternak sapi potong dan jagung berdasarkan harga berlaku. PROD_JG_PER_HA PROD_JG Fr_L_PERT L_PERT JML_I ND_PAK TK_I ND_PAK MOD_BGN_I ND FP_TEK_I ND Fr_KELI NG_I ND Fr_TEK_I ND Fr_KONT_PAK KONT_I ND_PAK F_KLTS_SDM PDPT_MASY_I ND Fr_PERTAMB_I ND I RMOD FK_TEK_I ND FR_LI MB_I ND KERLI NG_I ND LI MB_I ND I TK_I ND_PAK I G_TK_I ND_PAK TEK_I ND FP_I ND_PAK Fr_KLTS_I ND KLBG FK_LI MB_I ND LAJU_I ND_PAK KLTS_I ND I TK_I ND_DO JUMLH_I ND_DO I G_TKI ND_DO K_BDY K_LI NDUNG L_KW S_AGROP L_PERMK L_I NFS POP_SAPOT POP_SAPOT POP_SAPOT PEGGR PDRB_AGRB Fr_TKSPOT TK_AGRI B Lj_I MI Fr_KI ND_SPT KELEMB_DO TOT_I ND JML_I ND_SPT I RM_I ND_SPT KERLI ND I ND_LI ND_SPT MB_I ND_SPT FK_LI MB_I ND_SPT LI MB_I ND_SPT FP_TI ND_SPT FK_TI ND_SPT Fr_KERLI ND_SPT TI ND Fr_TI ND_SPT FK_SDM_I ND_SPT I G_TK_I ND PM_I ND_SPT I TK_I ND_SPT TK_I ND_SPT Fr_PI ND KELEMB LI ND_SPT Fr_KONT KONT FP_I ND_SPT KI ND_SPT KO KO Fr_KO FK_SDM_I ND_DO FK_LI ND_DO Fr_TEK_I ND_DG_OL H TEK_I ND_DG_OLH FP_I ND_DO KI ND_DO Fr_PI ND_DO LI MB_I ND_DO MB_I ND_DO I ND_LI ND_DO KERLI ND_DO I RM_I ND_DO TKI ND_DO FP_TEKI ND_DO FK_TEKI ND_DO PM_I ND_DO LI ND_DO KONT_DO Fr_KI ND_DO Fr_KERLI NG_I ND_D G_OLH Fr_KONT_DG_OLH DG_OLH DG_OLH Hrg_KO Hrg_PO Hrg_DGSGR Hrg_SPOT PDRB_TOT Hrg_KTO TK_TRSRP POT_BHN_BAKU Fr_SGR OLH DG_SGR DG_SGR Lj_PO Lj_OLH PO PO Fr_OLH Fr_KAP Fr_PO Fr_KPO Fr_KPKO BKO BHN_KLT Fr_KTO KTO KTO Fr_KLT PMT_LUAR PMT_LUAR Lj_MI GR TK_TSD Fr_TK JKK JKK Lj_KO FK_I NC_KON PMNT_DGSP_LOK I NCOME PDDK PDDK Fr_TKDGSGR Fr_FESES NET_LJ_PTB Fr_KMT_SAPOT Fr_BTN Fr_BSP Fr_BSP Fr_SAPI TK_I ND TK_KONS_DG Fr_PTRNK Fr_LHR_SAPOT TOT_PEMOT TOT_PEMOT Fr_KK Lj_PERTUMB Fr_KLHR HHDP HHDP_KSJH PDRB_TO_I NCOME RI NCOME Fr_I MI Fr_EMI Hrg_OLH Fr_L_RMH Fr_I NFS DDK PDRB_I ND Fr_TKOLH Fr_TKKTO Fr_TKEKSP Fr_TKPO Fr_TKKO BHN_PO J_PTRNK Lj_KLHR Lj_KMT Lj_EMI L_KrPA R_KrPA L_KrPT R_KrPT L_PERKBUN Fr_L_PERKBUN PROD_PADI _PER_H A PROD_PADI HARGA PADI NI LAI JUAL PADI HARGA JG NI LAI JUAL JG PROD_TEBU PROD_TEBU-PER-HA HARGA_TEBU NI LAI JUAL TEBU SKENARI O PDRB 1 SKENARI O PDRB 2 SKENARI O PDRB 3 PDRB EKSI STI NG Gambar 31 Struktur model dinamik pengembangan kawasan agropolitan berbasis peternakan sapi potong terpadu di Kabupaten Situbondo

a. Sub Model Pengembangan Lahan Agropolitan