Komoditas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

Dari sisi pendapatan peternak dalam setahun, menunjukkan bahwa usahatani penggemukan ternak sapi potong menghasilkan keuntungan tertinggi, yaitu sekitar Rp 4 250 000,- ekortahun, diikuti berturut-turut pembibitan sapi potong Rp 2 970 000,-ekortahun, ternak itik Rp 2 162 400,-55 ekortahun, ternak domba Rp 1 380 000,-5 ekortahun, ayam buras Rp 995 000,-55 ekortahun, dan terendah adalah usahatani ternak kambing yaitu sekitar Rp 980 000,- 5 ekortahun. Hasil analisis tersebut memperlihatkan nilai keuntungan dari usahatani peternakan masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas komoditas peternakan yang diusahakan peternak. Rendahnya produktivitas komoditas peternakan tersebut, antara lain disebabkan jumlah ternak yang dikembangkan masih dalam skala kecil untuk sapi potong rata-rata 2 ekorpeternak dan umumnya dipelihara secara semi intensif, sehingga produktivitasnya kurang optimal. Selain itu, sebagian besar peternak menggunakan biaya produksi yang relatif rendah. Pada umumnya peternak pembibitan sapi potong, domba, dan kambing hanya mengandalkan rumput saja atau jerami padi serta jerami kacang tanah untuk pakan ternaknya. Demikian juga dalam hal biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, dan biaya pakan. Pada umumnya peternak memanfaatkan tenaga kerja dalam rumah tangga sendiri untuk merawat ternak dan mencari pakan hijauan. Peluang peningkatan pendapatan peternak yang diterima dalam usahatani masih dapat ditingkatkan, baik melalui ekstensifikasi maupun intesifikasi usahaternak, yaitu dengan peningkatan jumlah ternak yang dipelihara, pemberian pakan yang rasional, penggunaan bibit unggul, dan pemeliharaan ternak yang baik. Untuk mendapatkan keuntungan yang layak dan usaha peternakan dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok, dengan penghasilan Rp 12 000 000,-tahun, maka ternak yang dipelihara minimal untuk penggemukan sapi potong sebanyak 3 ekor, pembibitan sapi potong sebanyak 4 ekor, domba 44 ekor, kambing 60 ekor, ayam buras 660 ekor, dan itik 300 ekor.

b. Komoditas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

Komoditas tanaman pangan yang dikembangkan di wilayah studi pada umumnya tanaman padi dan jagung yang luasannya cukup luas, yaitu 12 567 ha dan 17 563 ha, sedangkan kacang tanah, kedelai, dan ketela pohon tidak terlalu banyak diusahakan oleh masyarakat, yaitu berturut-turut: 292 ha, 42 ha, dan 446 ha. Komoditas tanaman perkebunan yang paling dominan dikembangkan di wilayah ini adalah tanaman tebu luas tanam 7 878 ha, sedangkan tanaman tembakau seluas 762 ha dan terpusat di Desa Kayumas, yaitu seluas 666 ha. Jenis komoditas tanaman pangan dan perkebunan yang diusahakan oleh petani sangat ditentukan oleh permintaan pasar yang tinggi baik pasar daerah sendiri maupun luar daerah serta kemudahan dalam pemeliharaan dan modal yang dibutuhkan dalam usahatani. Untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan atau merugi secara ekonomis dapat dilakukan analisis usahatani yang didukung data-data yang memadai baik data pengeluaran untuk berbagai sarana produksi maupun biaya upah dan ongkos yang dikeluarkan. Hasil analisis usahatani tanaman padi, jagung, dan tebu dapat dilihat pada Tabel 36 dan Lampiran 3 Tabel 36 Hasil analisis usahatani beberapa komoditas pertanian di Kabupaten Situbondo No Komoditas Total Biaya Penerimaan Keuntungan RC Komoditas Tanaman Pangan per Hektar 1. Padi 9 325 000 15 000 000 5 675 000 1.61 2. Jagung 7 880 000 16 000 000 8 120 000 2.03 Komoditas Tanaman Perkebunan per Hektar 1 Tebu 19 611 450 31 189 575 11 578 125 1.59 Pada Tabel 36 menunjukkan bahwa seluruh komoditas pertanian, tanaman pangan maupun tanaman perkebunan yang dibudidayakan di Kabupaten Situbondo secara ekonomis menguntungkan untuk dikembangkan. Kelayakan secara ekonomis untuk dikembangkan dapat dilihat dari nilai RC ratio yang lebih besar dari satu RC 1. Komoditas tanaman pangan jagung menghasilkan pendapatan yang tertinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan lainnya, selanjutnya berturut-turut disusul tanaman padi, dan tebu. Dari sisi pendapatan petani dalam setahun, menunjukkan bahwa usahatani tanaman jagung menghasilkan keuntungan tertinggi, yaitu sekitar Rp 8 120 000 hektarmusim, diikuti berturut-turut tanaman padi Rp 5 675 000,-hektarmusim, dan tanaman tebu Rp 11 578 125,-hektartahun. Hasil analisis tersebut memperlihatkan nilai keuntungan dari usahatani pertanian masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat produktivitas komoditas pertanian yang diusahakan petani. Rendahnya produktivitas komoditas pertanian tersebut, antara lain disebabkan jumlah luasan lahan yang dikembangkan masih dalam skala kecil, yaitu sekitar 0.5 hektar dan umumnya dipelihara secara semi intensif, sehingga produktivitasnya kurang optimal. Selain itu, sebagian besar petani menggunakan biaya produksi yang relatif rendah. Demikian juga dalam hal biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, dan biaya bibit. Pada umumnya petani memanfaatkan tenaga kerja dalam rumah tangga sendiri. Peluang peningkatan pendapatan petani yang diterima dalam usahatani masih dapat ditingkatkan, yaitu melalui intesifikasi usahatani yang tepat, meliputi pemakaian bibit unggul, pengolahan tanah yang benar, pemakaian pupuk berimbang, pencegahan penyakit, pengairan yang cukup, pemeliharaan yang baik, dan pengelolaan pasca panen. Untuk mendapatkan keuntungan yang layak dan usaha pertanian dapat dijadikan sebagai pekerjaan pokok, dengan penghasilan Rp 12 000 000,-tahun, maka lahan yang diusahakan oleh petani minimal satu hektar.

5.4. Kesimpulan