48
manajemen dan staf proyek yang mememmi syarat kecakapan dan kemajuan baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten.
2.5.7.2. Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi P4MI
Untuk meningkatkan pendapatan, petani harus dapat merespon peluang pasar dengan berinovasi dalam produksi dan pemasaran pertanian. Hal ini
menemui kendala dikarenakan terbatasnya teknologi yang tepat guna, kurangnya investasi, dan keterbatasan akses petani terhadap informasi. Untuk itu diperlukan
peningkatan akses petani terhadap informasi pertanian, dukungan pengembangan inovasi pertanian, serta upaya pemberdayaan petani.
Poor Farmer’s Income Improvement through Innovation Project
PFI3P atau disebut Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi P2MI.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atau Balitbangtan Kementerian Pertanian atau Kemtan. bermaksud: membangun sistem agribisnis di
lahan marjinal, melalui pemberdayaan petani, pengembangan kelembagaan desa, dan perbaikan sarana dan prasarana pendukung di desa investasi desa secara
partisipatif, serta meningkatkan akses pada jaringan informasi untuk menunjang inovasi teknologi, guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
miskin. Adapun tujuan program P4MI adalah meningkatkan pendapatan petani
miskin melalui inovasi produksi pertanian dan pemasaran agribisnis dengan cara: 1 memberdayakan petani melalui mobilisasi kelompok dan pengembangan
kelembagaan serta memperbaiki sarana dan prasarna tingkat desa yang dibutuhkan petani dalam mendukung pengembangan agribisnis, 2 meningkatkan
akses petani terhadap informasi pertanian; dan 3 melakukan reorientasi penelitian di daerah marjinal lahan kering atau tadah hujan.
Target dari program P4MI adalah desa-desa miskin atau desa yang dihuni oleh 75 keluarga miskin. Ciri petani miskin yang dijadikan target dalam
kegiatan P4MI yaitu: 1 memiliki lahan sempit atau kurang dari 0,1 hektar, 2 berproduktivitas relatif rendah, 3 hanya mengusahakan makanan pokok,
4 pendapatan rata-rata di bawah Rp.1.000.000,- kapitatahun, dan 5 merambah sumber daya hutan dan laut untuk mencukupi kebutuhan dasar hidupnya.
49
Program ini dirancang untuk masa 5 lima tahun dan terdiri atas empat komponen, yaitu: 1 pemberdayaan petani, 2 pengembangan sumber informasi
nasional dan lokal, 3 dukungan pengembangan inovasi pertanian dan diseminasinya, dan 4 manajemen program.
2.5.7.3. Participatory Integrated Development in Rainfed Areas PIDRA
Program PIDRA adalah program pengembangan pertanian di lahan kering yang diarahkan dalam upaya pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan atas
kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan IFAD. Pendanaan program bersumber pada pinjaman lunak dari IFAD sebesar US 23.570.000,-- dengan
bunga pinjaman 0,75 per tahun, grace period 10 tahun dan jangka waktu pengembalian pinjaman selama 30 tahun tanpa management fee. Jangka waktu
pelaksanaan program selama 8 tahun yang dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase I 2001-2004 dan fase II 2005-2008.
Pelaksanaan kegiatan komponen PIDRA berorientasi program yang dicirikan 1 berbasis membangun kelembagaan masyarakat miskin secara
partisipatip untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dan berkesinambungan, 2 tumbuhnya perhatian dan kontribusi pemerintah daerah bersama unsur instansi
teknis terkait dalam memperkuat dan memperluas program, 3 kontribusi lembaga non pemerintah untuk memperkuat basis kelembagaan masyarakat yang
mandiri yang mendukung kelangsungan program, dan 4 kaderisasi fasilitator dari
masyarakat untuk
mendampingi masyarakat
miskin secara
berkesinambungan. Tujuan program adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan
produksi pertanian berwawasan lingkungan, dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara berkesinambungan, serta memperbaiki taraf hidup 100.000
penduduk miskin, yang akan dicapai melalui: 1 pembentukan dan penumbuhan kelompok mandiri dengan memperkuat kemampuan manajemen kelompok, baik
pada kelompok pria, wanita maupun campuran, 2 peningkatan produksi pertanian melalui konservasi dan perbaikan sumber daya alam, dan 3 perbaikan
prasarana dan sarana pedesaan.
50
Sasaran program diarahkan kepada 3 propinsi: Jawa Timur Jatim, Nusa Tenggara Barat NTB, dan Nusa Tenggara Timur NTT. Lokasi di Propinsi
Jatim mencakup 6 kabupaten yaitu Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Lumajang, dengan sasaran sebanyak 225 desa atau 34.000 hingga
56.000 kepala keluarga. Lokasi di Propinsi NTB mencakup 3 kabupaten, yaitu Sumbawa, Dompu, dan Bima dengan sasaran sebanyak 75 desa atau 11.000
hingga 19.000 kepala keluarga. Lokasi di Propinsi NTT mencakup 5 kabupaten, yaitu Timor Tengah Utara TTU, Timor Tengah Selatan TTS, Sumba Barat,
Sumba Timur, dan Alor dengan sasaran sebanyak 200 desa atau 30.000 hingga 50.000 kepala keluarga. Desa-desa tersebut dipilih berdasarkan kriteria desa
miskin yang meliputi aspek-aspek: topografi dan geografi, tingkat kesejahteraan desa, persentase lahan kering, persentase perempuan sebagai kepala rumah
tangga, akses terhadap ketersediaan air bersih dan sarana transportasi serta persentase tenaga kerja yang pergi ke luar negeri.
Pendekatan yang dilakukan dalam program ini meliputi: 1 partisipatif, upaya pemberdayaan masyarakat dalam membangun dan meningkatkan
kemampuan sendiri; 2 fleksibel, mengakomodasi aspirasi keluarga miskin selaku perencana, pelaksana dan pengawas dalam pembangunan; dan 3
pemberdayaan yang berperspektif jender, semua komponen program dilaksanakan dengan mengacu pada kesetaraan dan keadilan jender; 4 pendampingan oleh
LSM, pembinaan proses transformasi untuk meningkatkan kemampuan kelompok dan anggotanya;5 keberlanjutan, pelaksanaan program didasarkan untuk
tumbuhnya kemandirian dalam menetapkan dan mengembangkan usaha yang bermanfaat dan menguntungkan yang dilakukan secara terus menerus; 6
desentralisasi, pendelegasian penuh dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program, dari tingkat masyarakat desa sebagai pelaksana sampai dengan
manajemen program tingkat kabupaten; manajemen program tingkat propinsi dan pusat sebagai pelaksana koordinasi, pemantauan dan pengawasan.
2.6. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan