Perumusan Masalah Rainfed areas quality control model based on community empwerment in Ponorogo district

10 Permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan fisik di antaranya ialah sumberdaya air, keadaan pohon tanaman keras, keadaan curah hujan, keadaan suhu dan kelembaban udara. Sumberdaya air yang dapat dipergunakan untuk mengairi lahan kering di Kabupaten Ponorogo relatif sulit; sumber air utama ialah dari air hujan, sementara angka curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.590 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 91 hari per tahun. Waktu atau musim hujan di daerah ini sulit diprediksi untuk merencanakan waktu tanam setiap tahun. Pada musim hujan air berlebihan sehingga mengikis lahan dengan hara yang dikandungnya dan menyebabkan lahan semakin lama semakin kurang subur, sebaliknya pada musim kemarau lahan kekurangan air dan mengakibatkan lahan menjadi kurang berfungsi baik. Keadaan jumlah pohon tanaman keras di sekitar lahan kering usahatani pada umumnya relatif kurang memadai, padahal pohon di sekitar lahan sangat diperlukan dalam jumlah tertentu untuk menampung atau menyimpan air dalam tanah. Layanan pemerintah kepada masyarakat petani lahan kering yang belum optimal diantaranya berkenaan dengan frekuensi dan mutu layanan penyuluhan dan bimbingan teknis pertanian kepada masyarakat oleh penyelenggara program. Keadaan ini diduga berkaitan dengan masalah keterbatasan dana, sarana, tenaga, dan lainnya, baik di tingkat kabupaten, kecamatan, maupun tingkat desa, atau dengan kata lain berkaitan dengan masalah kebijakan sistem pengelolaan lahan kering dan implementasinya. Masalah-masalah tersebut di atas perlu dianalisis lebih mendalam melalui penelitian sehingga diketahui penyebab terjadinya masalah, apa saja dampak negatif dari masalah tersebut, bagaimana upaya penyelesaiannya. Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan mutu lahan kering di Kabupaten Ponorogo? 2. Apa kebutuhan stakeholder dalam rangka pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo? 3. Bagaimana urutan kepentingan relatif dari elemen-elemen pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo? 4. Apa saja faktor kunci strategi pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo? 11 5. Bagaimana model pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo yang paling tepat? 6. Bagaimana skenario kebijakan atau strategi pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo yang efektif?

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini penulis harapkan bermanfaat pada masa kini dan masa yang akan datang: 1. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ponorogo dalam rangka pengambilan keputusan pengendalian mutu lahan kering. 2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau sebagai bahan referensi dan kajian lebih lanjut tentang pengendalian mutu lahan kering.

1.6. Kebaruan Novelty Penelitian

Kebaruan atau novelty hasil penelitian ini yakni terbangunnya model pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo dengan pendekatan sistem ekonomi, sosial, dan ekologis dan berdasarkan kebutuhan stakeholder. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs World Commission on Environment and Development - WCED 1987. The term sustainability expresses the human desire for an environment that can provide for our needs now and for future generations. Our collective journey to find a way to live harmoniously with each other and within our social, economic, and ecological environments is a quest for sustainability. Di dalam definisi pembangunan berkelanjutan terkandung dua gagasan penting: 1 gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan esensial kaum miskin sedunia, yang harus diberi prioritas utama; dan 2 gagasan keterbatasan yang bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan. Pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia adalah tujuan utama pembangunan. Kebutuhan esensial sejumlah besar penduduk di negara-negara berkembang: pangan, sandang, rumah, pekerjaan, belum terpenuhi dan di luar kebutuhan dasar itu orang-orang tersebut mempunyai cita-cita akan kehidupan yang lebih baik. Dunia yang di dalamnya kemiskinan dan kepincangan sudah endemik akan selalu mudah terserang krisis ekologi dan krisis-krisis lainnya. Pembangunan berkelanjutan mengharuskan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar bagi semuanya dan diberinya kesempatan kepada semua untuk mengejar cita-cita akan kehidupan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi selalu membawa risiko kerusakan lingkungan, karena hal itu meningkatkan tekanan pada sumberdaya –sumberdaya lingkungan WCED 1987. Menurut Munasinghe 1993, tiga tujuan pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai secara simultan dengan kombinasi ketiganya sesuai dengan kondisi dan tingkat kemajuan masyarakat yaitu 1 tujuan ekonomi: pertumbuhan