Strategi Perubahan Sosial Pemberdayaan Masyarakat
45
anggotanya untuk melakukan kontak dan hubungan sosial. Masyarakat petani yang sangat terikat dengan kohesifitas ekosistem dan kohesifitas sosial memiliki
social interplay yang relatif tinggi dan hal ini dimanifestasikan dalam bentuk
komunikasi setara multi-arah horisontal multilateral secara baik. Kondisi seperti ini hendaknya dimanfaatkan dalam berbagai program pembangunan dengan misi
meningkatkan produktivitas sektor secara lebih baik melalui inovasi teknologi. Dalam prosesnya, upaya mencapai tujuan seperti diatas seringkali memanfaatkan
kondisi social interplay melalui penerapan berbagai strategi pendekatan yang disesuaikan dengan norma sosial dan kelembagaan spesifik lingkungan dimana
kegiatan dilaksanakan. Lebih jauh lagi patut pula dipertimbangkan daya lenting sosial social resilience kelompok stakeholder yang akan menerima perubahan
kelembagaan tersebut. Daya lenting sosial seringkali berperan sebagai salah satu elemen kunci dalam suatu proses perubahan karena calon penerima perubahan
memerlukan waktu dan kelenturan mental sebelum menerima perubahan yang akan mengubah jalan hidupnya. Kondisi seperti ini akan lebih dipersulit lagi oleh
pertanyaan dalam bentuk apa dan sejauh mana perubahan tertentu harus diterapkan? Apa yang harus dilakukan terhadap kelompok yang tersisihkan karena tidak mampu
menerima dan menjalankan perubahan tersebut? Dengan memahami pola pikir seperti di atas, strategi pendekatan
perubahan sosial masyarakat pedesaan menghadapi dua pilihan: a strategi intrusif, dan b strategi introduksi. Strategi intrusif menerapkan paradigma
evolusi sesuai dengan perjalanan evolusi kelembagaan secara alami dimana inovasi kelembagaan dilakukan sedekat mungkin dengan bentuk dan struktur
kelembagaan lokal yang masih berjalan. Strategi ini memakan waktu relatif lama dan perubahan terjadi secara bertahap karena kelompok stakeholder diberi cukup
waktu untuk memahami dan melakukan eksperimentasi penerapan inovasi secara gradual. Sebaliknya, strategi introduksi menerapkan paradigma revolusi di mana
kelembagaan lokal yang ada digantikan secara total dengan lembaga baru dengan struktur yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan. Hal ini terjadi dalam era
orde baru dimana kelembagaan lokal lembaga kepala suku digantikan secara total oleh lembaga kepemimpinan formal organisasi struktural pemerintahan.
Dalam beberapa kondisi strategi ini memberikan hasil yang diharapkan, namun
46
dalam kenyataan ternyata lebih banyak keberhasilan yang bersifat artifisial karena sifat pendekatan koersif top-down dalam pembentukan lembaga baru tersebut.
Implementasi strategi perubahan sosial melibatkan seluruh stakeholder institusi di seluruh hierarki struktural pemerintahan dan lembaga-lembaga terkait.
Kelompok ilmuwan bersama dengan lembaga penyuluhan, lembaga perancang pembangunan daerah dan masyarakat bersama-sama merancang bentuk dan pola
lembaga baru yang diarahkan guna mengembangkan, mengubah atau mengintroduksi nilai dan norma sosial yang diperlukan. Upaya perubahan sosial
diawali dengan diagnosa situasi lintas sektor dan lintas aspek terhadap elemen- elemen terkait di suatu wilayah. Dalam tahap ini kelompok perekayasa
kelembagaan peneliti dan ilmuwan merupakan aktor utama dalam proses identifikasi dan diagnosa masalah lapangan. Semakin jauh waktu berjalan dan
semakin dekat proses ke fase terakhir, semakin menurun peran peneliti dan ilmuwan. Sebaliknya, peran penyuluh semakin meningkat sehingga pada akhirnya
keberhasilan proses rekayasa kelembagaan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi petugas lapang. Tahap diagnostik dilanjutkan
dengan tahap rancang bangun di mana peran lembaga penyuluhan meningkat secara teknis, dan lembaga perancangan pembangunan secara politis mulai
berperan dalam kegiatan koordinasi dan administratif kewilayahan. Lembaga- lembaga sektor di tingkat otonom merancang kegiatan uji lapang di lokasi-lokasi
percontohan. Fase selanjutnya adalah tahap uji lapang di mana seluruh komponen pembangunan kelembagaan mengevaluasi dan memantau proses perubahan sosial
di lingkungan setempat. Pilihan strategi intrusif atau introduksi dipilih dan disepakati dalam fase uji lapang. Fase verifikasi dan implementasi merupakan
tahap terahir dimana lembaga penyuluhan beserta aparatnya memikul tanggung jawab terbesar dalam sosialisasi dan penyebaran kelembagaan dan norma sosial
yang baru.