Pembangunan Berkelanjutan Rainfed areas quality control model based on community empwerment in Ponorogo district

15 tumbuhan, dan 2 sebagai matrik tempat akar tumbuh berjangkar dan air tanah tersimpan, tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan Arsyad 2000. Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu selama setahun Hidayat et al. 2000. Keberadaan lahan kering di Indonesia, pada saat ini telah menempati lahan tanpa kendala atau pembatas, kesuburan rendah, lahan dengan tanah retak-retak, lahan dengan tanah dangkal, dan lahan perbukitan Hidayat et al. 2000. Relief tanah yang ditentukan oleh kelerengan dan perbedaan ketinggian sangat menentukan mudah dan tidaknya pengelolaan tanah tersebut untuk usaha tani yang produktif. Sebagai gambaran, lahan kering disebut berelief perbukitan jika memiliki kelerengan 15 sampai 30 dan dengan perbedaan ketinggian 50 sampai 300 meter. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, proporsi lahan kering berelief perbukitan di Jawa Tengah paling besar 40, demikian pula di Daerah Istimewa Yogyakarta 60. Ditinjau dari bentuk, kesuburan dan sifat fisik lainnya, pengelolaan lahan kering relatif lebih berat dibanding dengan lahan basah sawah. Hingga kini, perhatian pemerintah dan pelaku ekonomi pasar terhadap pengelolaan lahan kering secara berkelanjutan relatif rendah dibandingkan dengan perhatian terhadap lahan sawah dataran rendah. Lahan perlu dikelola dengan baik agar dapat tetap berfungsi untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa yang akan datang. Menurut Sitorus 2001 sistem pengelolaan lahan mencakup lima unsur yaitu: 1 perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, 2 tindakan- tindakan konservasi tanah dan air, 3 menyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik, 4 menggunakan sistem pergiliran tanaman yang tersusun baik, dan 5 menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman. 16

2.3.1. Beberapa Hasil Penelitian Tentang Lahan Kering

Sebagai bahan acuan dan perbandingan penelitian berikut ini Tabel 1 penulis kemukakan hasil penelitian dalam periode tahun 1996-2007 berkaitan dengan usahatani lahan kering oleh Basit 1996, Moore and Hill 2000, Syamsudin 2001, Pranaji 2005, dan Pujiharti 2007, dan Mulatsih 2006. Tabel 1 Beberapa hasil penelitian tentang lahan kering dalam periode tahun 1996 -2007 No Penulis Judul Thn. Hasil Penelitian 1 Abdul Basit Analisis Ekonomi Pe- nerapan Teknologi Usa- ha Tani Konservasi La- han Kering Berlereng di Wilayah Hulu DAS Jra- tunseluna Jawa Tengah 1996 Teknologi usahatani konservasi tersebut merupakan faktor yang paling menentukan dalam peningkatan dan pedapatan petani, selain itu peningkatan intensitas penyuluhan merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki produksi dan pendapatan usaha lahan kering wilayah hulu DAS. 2 Moore dan Hill Models of Community Development Practice. 2000 Model Menghasilkan Reflective practice, yang elemen utamanya adalah pengalaman lapang yang perlu didukung oleh elemen model pemberdayaan. 3 Syamsuddin Model Evaluasi Keber- hasilan usaha tani di lahan kering Studi ka- sus penanaman Jambu mete di Kabupaten Lombok Barat 2001 Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan adanya peningkatan pendapatan petani, tingkat erosi menunjukan keberhasilan pengelolaan usaha tani secara berkelanjutan 4 Tri Pranadji Model pemberdayaan masyarakat pedesaan untuk pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering. Studi penguat- an modal sosial dalam desa-desa Hulu Das Ex proyek, Bangun Desa, Kabupaten Gu-nung Kidul dan Ex Proyek Pertanian Lahan Kering Kab. Boyolali. 2005 Peningkatan manajemen pertanian lahan kering melalui program UACP dan BDP tidaklah berhasil, perbedaan dari modal sosial dalam masyarakat dapat dijadikan indikator dari lemahnya masyarakat pedesaan dalam mengatur UAE dan juga lemahnya sistem pemerintahan di pedesaan. Rusaknya nilai- nilai dalam masyarakat menjadi menjadi faktor yang dominan dalam menciptakan suatu kemunduran sosial. Usaha untuk mengem-bangkan lahan kering ke depannya pemberdayaan lahan kering harus diintegrasikan dengan transformasi dari kebudayaan dan kondisi ekonomi pedesaan. Pemberdayaan yang efektif harus dibangun melalui peningkatan modal sosial dalam suatu masyarakat, dan akan lebih efektif jika didukung oleh kepemimpinan lokal, manajemen sosial, dan organisasi sosial pada wilayah yang kecil 5 Yulia Pujiharti Model Pengelolaan La- han Kering Berkelan- jutan pada Sistem Agri- bisnis Tanaman Pangan 2007 Teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan lahan kering adalah pola usaha tanaman ternak yang menerapkan pola pergiliran tanaman jagung ubi. Penggunaan pupuk belum berim-bang dan tidak menggunakan pupuk kandang adalah pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan, karena menurunkan kesuburan dan pendapatan petani. 6 Sri Mulatsih Faktor Sosial Ekonomi dan Kondisi Lahan yang Mempengaruhi Penggunaan Lahan Ke- ring. 2006 Faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan lahan kering adalah: 1 faktor sosial: pendidikan petani dan pengetahuan mengenai agroforestri; 2 faktor ekonomi: sumber utama pendapatan keluarga, kemampuan membentuk modal, dan luas persil lahan kering; 3 faktor kondisi lahan: jarak lokasi dengan rumah petani, kemiringan lahan dan status lahan.