Diagram lingkar sebab akibat

126

5.5.3.2. Diagram Input-Output

Pada sistem pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat, variabel-variabel yang mempengaruhi sistem tersebut adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 15. Gambar 15 Diagram Input-Output pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo Dari Gambar 15 tampak bahwa secara garis besar ada enam kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja suatu sistem, yaitu : 1 variabel output yang dikehendaki, ditentukan berdasarkan hasil analisa kebutuhan, 2 variabel output yang tidak dikehendaki, 3 variabel input yang terkontrol, 4 variabel input yang tidak terkontrol, 5 variabel input lingkungan dan 6 variabel kontrol sistem Manecth dan Park, 1977. Dalam sistem pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat masukan atau input yang mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan adalah input lingkungan, input terkontrol, dan input tak Input Lingkungan Peraturan dan Perundangan ;Tingkat mutu lahan kering; Kualitas Lingkungan Model Pengendalian Mutu Lahan Kering Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Output yang dikehendaki : 1. Peningkatan pendapatan petani 2. Minimalisasi kerusakan lahan kering 3. Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian lahan kering 4. Menurunnya angka kemiskinan 5. Pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik dalam mengelola lahan kering Output tidak dikehendaki : 1. Menurunnya kohesi social, individualistik 2. Penggunaan pupuk buatan yang berlebihan 3. Over -production yang tidak memperhatikan prospek pasar 4. Margin keuntungan petani dinikmati oleh tengkulak 5. Persaingan yang tidak sehat antar desa Umpan Balik Input tak terkontrol 1. Harga produksi lahan kering 2. Perkembangan Penduduk 3. Regulasi 4. Ekonomi Regional Input terkontrol 1. Kurang optimalnya kerjasama lintas program dan sektoral pihak pemerintah 2. Kurangnya frekuensi dan mutu penyuluhan dan pemerintah 3. Kurangnya kesiapan sikap positif petani 4. Kurangnya kesiapan masyarakat menerima pengetahuan dan berperilaku tani yang baik 5. Kurangnya kemampuan teknis masyarakat dalam pengelolaan lahan kering 127 terkontrol. Input lingkungan mencakup peraturan dan perundangan, tingkat mutu lahan kering, dan kualitas lingkungan. Input terkontrol merupakan input yang dapat dikendalikan pelaksanaan manajemennya dalam sistem, sedangkan input tidak terkontrol merupakan input yang tidak dapat dikendalikan oleh pelaku sistem. Variabel-variabel yang mencakup input terkontrol ialah: 1 kerjasama lintas program dan sektoral di semua tingkat administrasi pemerintahan; 2 frekuensi dan mutu layanan penyuluhan dan bimbingan petugas pertanian kepada masyarakat; 3 kesiapan masyarakat untuk bersikap positif dalam mengelola lahan kering; 4 kesiapan masyarakat menerima pengetahuan dan berperilaku tani lebih baik; dan 5 kemampuan teknis masyarakat tani dalam mengelola lahan kering secara baik.Variabel-variabel yang termasuk input tidak terkontrol antara lain harga produksi lahan kering, perkembangan penduduk, regulasi dan ekonomi regional. Dalam proses umpan balik terhadap input terkontrol dan tidak terkontrol akan diperoleh output yang dikehendaki dan tidak dikehendaki yang dapat digunakan untuk menilai kinerja sistem. Output yang dikehendaki adalah output dari hasil umpan balik input yang diharapkan muncul dalam sistem, sedangkan output yang tidak dikehendali merupakan output yang tidak dikehendaki terjadi. Output atau keluaran yang dikehendaki dari pelaksanaan sistem antara lain peningkatan pendapatan petani, minimalisasi kerusakan lahan kering, meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian lahan kering, menurunnya angka kemiskinan, serta pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik dalam mengelola lahan kering. Sementara itu output atau keluaran yang tidak dikehendaki antara lain pendapatan petani menurun, kerusakan lahan kering meningkat, menurunnya produksi dan produktivitas pertanian lahan kering, angka kemiskinan bertambah, serta tidak adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih baik dalam mengelola lahan kering.

5.5.3.3. Diagram alir model pengendalian mutu lahan kering berbasis

pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo 5.5.3.3.1. Sub model ekonomi Sub-model ekonomi dalam sistem pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ekonomi, seperti produk domestik 128 regional bruto PDRB dan kesejahteraan masyarakat petani. Pengaruh variabel- variabel sosial tersebut terhadap sistem kemudian disajikan dalam stock flow diagram , seperti terlihat pada Gambar 16. Gambar 16 Stock flow diagram sub-model ekonomi dalam sistem pengendalian mutu lahan kering Keterangan Gambar 16: PDRB = PDRB Kabupaten Ponorogo KPDRB = laju berkurangnya PDRBH LPDRB = laju pertambahan PDRB FPPK = fraksi pendapatan per kapita Ksjhtr = kesejahteraan petani Pend_Pet = pendapatan petani lahan kering PPerKapita = pendapatan per kapita FPP = fraksi pendapatan petani Ksm_Pet = rata-rata pengeluaran petani Berdasarkan Gambar 16 diketahui bahwa nilai PDRB dipengaruhi adanya pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan PDRB, sedangkan kesejahteraan dipengaruhi oleh pendapatan petani dikurangi konsumsi petani. Pada sub model ekonomi yang telah dirumuskan dapat digunakan dengan bebarapa asumsi yang akan membatasi keberlakuan model, yaitu laju angka pertumbuhan PDRB dianggap tetap dengan tidak terjadi perubahan fraksinya.