Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Mutu Lahan
97
sistem kehidupan alam semesta. Manusia perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan yang benar-benar memadai sesuai dengan lapangan kerja yang ia
hadapi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Cuu Long Delta Rice Research Insitutue
1992 bahwa para tenaga kerja budidaya tanaman padi perlu penyuluhan yang intensif tentang budidaya tanaman karena mereka ini
memerlukan lebih banyak pengetahuan dan keterampilan di dalam pertanian, khususnya di dalam manajemen tanaman.
Berdasarkan hasil analisis Structure Equation Model SEM terhadap data dari 300 responden diperoleh hasil analisis empiris yang menggambarkan
pengaruh antara karakteristik petani, faktor sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap keberdayaan masyarakat tani lahan kering Gambar 7, Gambar 8, dan
Gambar 9. Analisis SEM pada penelitian ini menggunakan program software statistik LISREL-8w Joreskog Sorbom 1989, untuk pengujian validitas
konstrak yang sering dilakukan dalam analisis data ilmu-ilmu sosial. Validitas konstrak berhubungan dengan ide Campbell dan Fiske, diacu dalam Melby et al.
1995b tentang validitas konvergen convergent validity dan diskriminan discriminant validity. Validitas ini dapat diukur dengan cara melakukan korelasi
antar variabel-variabel yang secara teoritis berhubungan erat validitas konstrak dan konvergen atau tidak berhubungan validitas diskriminan Bollen 1989.
Untuk menyimpulkan suatu ukuran adalah valid, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu dengan mengetahui bahwa ukuran tersebut harus
berhubungan kovarian covary dengan ukuran-ukuran lain yang ada pada konstrak yang sama dan berhubungan dengan ukuran-ukuran lain pada konstrak
yang lain dalam suatu model teoritis yang bermakna Bollen 1989; Anastasi dalam Melby et al. 1995b.
Hasil analisis SEM Gambar 8 dan Gambar 9, menunjukkan bahwa nilai Chi-Square
, GFI Goodness of Fit Index, dan RMSE Root Mean Square Error berturut-turut adalah 728,44 p=0,00 dan 0,97 dan 0,079; dengan demikian
maka dikatakan cocok atau fit dengan data yang dikumpulkan, karena angka- angka tersebut telah melampui batas Cutt-off-Value, sehingga bisa dikatakan suatu
model fit. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa keberdayaan masyarakat tani
lahan kering yang diindikasikan melalui indikator ketahanan gizi dan pangan,
98
tempat tinggal dan sanitasi, dan pendidikan nilai
γ = 1, 0,23 dan 0,24
dipengaruhi secara positif oleh kemampuan petani dalam melakukan coping strategy
β=0,41.
Gambar 7 Skema hubungan coping strategy dengan tingkat keberdayaan masya-
rakat tani lahan kering
Berdasarkan T-Hitung diketahui bahwa variabel indikator teramati yang signifikan mengindikasikan karakteristik individu KI adalah jenis kelamin.
Sedangkan faktor sosial FS diindikasikan oleh tingkat kosmopolitan, modal sosial dan peran pendamping sebagaimana model teoritis yang diajukan. Faktor
ekonomi FE diindikasikan oleh variabel oleh kepemilikan asset dan kemampuan
Tingkat Keberdayaan Masyarakat Tani Lahan
Kering MKL
Ketahanan Pang an dan Gizi V22_A
KetahananTempat Tinggal d an Sanitasi
V23_A Ketahanan Kesehatan
V24_A Ketahanan Pendidikan
V25_A
Faktor Sosial FS
Tingkat cosmopolitan V4_A
Modal Sosial V5_A Peran pendamping V6_A
Faktor Ekonomi FE
Kepemilikan Aset V12_A
Tingkat Pendapatan V13_A
Kemampuan Akses Pasar V14_A
Faktor Ekologi Lingkungan
FEL
Kondisi Lahan V15_A Keragaan Praktek
Konservasi V16_A Penggunaan Teknologi
Pertanian V17_A
Coping strategy Masyarakat Tani
Lahan Kering dalam Proses Kegiatan:
CS
Produksi V18_A Konsumsi V19_A
Pengolahan V20_A
PemasaranV21_A
Karekteristik Individu KI
Jenis Kelamin V1_A Umur V2_A
Tingkat Pendidikan V3_A
Tingkat Kecakapan Hidup
life skill Masyarakat Tani
Lahan Kering
LS
Personal V7_A Sosial V8_A
Berfikir V9_A Akademis V10_A
Vokasional V11_A
99
akses pasar. Adapun faktor ekologilingkungan PEL diindikasikan oleh variabel teramati kondisi lahan, praktek konservasi dan penggunaan teknologi pertanian.
Sesuai hasil T-Hitung diketahui juga bahwa variable yang berpengaruh nyata terhadap coping strategy adalah FE. Karakteristik individu, faktor sosial, dan
faktor ekologilingkungan tidak berpengaruh secara nyata terhadap coping strategy.
Sedangkan coping strategy berpengaruh secara nyata terhadap tingkat keberdayaan masyarakat tani lahan kering MLK.
Jika [T-Hitung] 1.96 maka tidak signifikan dalam gambar berwarna merah
Gambar 8 Pengaruh karakteristik petani, faktor sosial, ekonomi dan lingkungan
terhadap keberdayaan petani lahan kering T-Hitung
Semakin baik kemampuan petani melakukan coping strategy maka tingkat keberdayaan petani akan semakin baik. Upaya coping strategy yang diukur dalam
penelitian ini adalah tingkat kemampuan petani dalam mengelola emosi stress dan upaya pemecahan nyata atas persoalan yang dihadapi hal-hal yang terkait
T-Hitung
-24.45 3.87
-7.63 -5.41
-0.20
4.40 -1.04
9.41 0.11
2.18 -1.34
V1_A
0.00
V2_A 12.23
V3_A 12.23
V4_A 12.24
V5_A 9.87
V6_A 12.17
V12_A 12.23
V13_A 12.23
V14_A
0.00
V15_A 11.68
V16_A 4.23
V17_A 10.65
KI
FS
FE
FEL LS
CS
MLK
V7_A
11.35
V8_A
8.36
V9_A
8.17
V10_A
11.74
V11_A
10.80
V18_A
5.84
V19_A
11.31
V20_A
10.33
V21_A
8.71
V22_A
0.00
V23_A
12.23
V24_A
12.23
V25_A
12.23
Chi-Square=728.44, df=256, P-value=0.00000, RMSEA=0.079
9.19 9.22
-6.62 8.23
5.57 3.29
4.57 4.19
19.55 3.93
0.17 4.46
24.45 -1.67
-1.16 6.82
14.31 2.90
2.18 -1.69
100
dalam kegiatan produksi, konsumsi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dari hasil analisis SEM menunjukkan bahwa empat hal di atas significant
mencerminkan coping strategy dengan nilai
γ berturut-turut adalah 0,59, 0,42,
0,37, dan 0,27 untuk produksi, pemasaran, pengolahan dan konsumsi hasil pertanian.
Gambar 9 Pengaruh karakteristik petani, faktor sosial, ekonomi dan lingkungan
terhadap keberdayaan petani lahan kering
Hasil analisis di atas sejalan dengan pendapat Lazarus Susan 1984 strategi coping yang menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun
perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping
merupakan suatu proses di mana individu berusaha untuk menangani dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang
dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya. Coping adalah merupakan respon terhadap
ketegangan eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, atau mengendalikan tekanan emosional. Menurut Monat dan Richard 1977 proses
V1_A 0.00
V2_A 0.99
V3_A 1.00
V4_A 0.86
V5_A 0.44
V6_A 0.97
V12_A 0.98
V13_A 0.99
V14_A
0.00
V15_A 0.93
V16_A 0.50
V17_A 0.84
KI
FS
FE
FEL LS
CS
MLK
V7_A
0.71
V8_A
0.33
V9_A
0.32
V10_A
0.78
V11_A
0.56
V18_A
0.66
V19_A
0.93
V20_A
0.86
V21_A
0.83
V22_A
0.00
V23_A
0.95
V24_A
1.00
V25_A
0.94
Chi-Square=728.44, df=256, P-value=0.00000, GFI Goodness of Fit = 0,97, RMSEA=0.079
0.54
0.82 0.83
-0.47 0.66
0.59 0.27
0.37 0.42
1.00 0.23
0.01 0.24
1.00 -0.10
-0.07 0.37
0.75 0.18
0.13 -0.10
-1.00 0.26
-0.71 -0.40
-0.30
0.41 -0.05
1.01 0.16
0.22 -0.18
101
coping adalah usaha mengatasi kondisi bahaya Monat dan Richard 1977, diacu
dalam Sussman Steinmetz 1986, ancaman atau tantangan dan tuntutan lingkungan harus memberikan solusi untuk berperilaku yang harus disesuaikan
untuk dapat menghadapi stres. Menurut Stuart dan Sundeen 1991, mekanisme coping
adalah berbagai usaha yang dilakukan individu untuk menanggulangi stres yang dihadapi. Menurut Lazarus dan Folkman 1984 keadaan stres yang dialami
seseorang akan menimbulkan efek yang kurang menguntungkan baik secara fisiologis maupun psikologis. Individu tidak akan membiarkan efek negatif ini
terus terjadi, individu tersebut akan melakukan suatu tindakan untuk mengatasi atau menangani hal ini. Tindakan yang diambil individu ini dinamakan coping.
Mekanisme coping sering dipengaruhi oleh latar belakang budaya pengalaman dalam menghadapi masalah, faktor lingkungan kepribadian, konsep diri individu,
faktor sosial dan lain-lain, itu sangat berpengaruh pada kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang lazim digunakan oleh individu, yaitu: 1 problem-solving focused coping, di mana individu secara aktif
mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan 2 emotion-focused coping, di mana individu melibatkan
usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh
tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang
lingkup kehidupan sehari-hari Lazarus Susan 1984. Sebagaimana disinggung di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
coping strategy masyarakat tani dipengaruhi secara positif oleh faktor ekonomi
β=0,22. Artinya semakin baik keadaan ekonomi petani akan meningkatkan kemampuan masyarakat tani dalam melakukan coping strategy. Masyarakat yang
sukses secara ekonomi, telah membuktikan dirinya bertahan survive dalam mengarungi kehidupan yang serba sulit terbatas di lahan kering. Hal ini sejalan
dengan dengan pendapat Lazarus Susan 1984 yang mengatakan bahwa faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat
tergantung pada kepribadian seseorang dan besarnya tingkat stres dari suatu
102
kondisi atau masalah yang dialaminya terutama yang terkait dengan himpitan ekonomi; contoh seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused
coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol
seperti masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan
pada masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau
acquired immunodeficiency syndrome AIDS.
Hampir senada dengan penggolongan jenis coping seperti dikemukakan di atas, dalam literatur tentang coping juga dikenal dua strategi coping, yaitu active
avoidant coping strategy sementara Lazarus 1984 mengkategorikan menjadi Direct Action Palliative
. Active coping merupakan strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres, sementara
avoidant coping merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan
diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Apa yang
dilakukan individu pada avoidant coping strategy sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak
negatif bagi individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang bersangkutan. Permasalahan akan semakin menjadi lebih
rumit jika mekanisme pertahanan diri tersebut justru menuntut kebutuhan energi dan menambah kepekaan terhadap ancaman.
Menurut John et al. 1998, ada dua jenis mekanisme coping yang terjadi pada individu yaitu coping yang berpusat pada masalah problem foused form of
coping mechanism dan coping yang berpusat pada emosi emotion focused of
coping . Coping yang berpusat pada masalah diarahkan untuk mengurangi
tuntutan situasi yang menimbulkan stres atau mengembangkan sumberdaya atau mengatasinya. Mekanisme coping ini bertujuan untuk menghadapi tuntutan
secara sadar, realistis, objektif, dan rasional. Menurut Stuart dan Sundeen 1991, hal-hal yang berhubungan dengan mekanisme coping yang berpusat pada masalah
adalah: 1 coping konfrontasi adalah mengambarkan usaha-usaha untuk mengubah keadaan atau masalah secara agresif, juga menggambarkan tingkat
103
kemarahan serta pengambilan resiko; 2 isolasi, individu berusaha menarik diri dari lingkungan atau tidak mau tahu dengan masalah yang dihadapi; 3
kompromi, menggambarkan usaha untuk mengubah keadaan secara berhati- hati, meminta bantuan dari orang lain dan kerja sama dengan orang lain.
Menurut Stuart dan Sundeen 1991, jenis mekanisme coping yang berpusat pada emosi adalah: 1 denial, menolak masalah dengan mengatakan hal
tersebut tidak terjadi pada dirinya; 2 rasionalisasi, menggunakan alasan yang dapat diterima oleh akal dan diterima oleh orang lain untuk menutupi
ketidakmampuan dirinya; dengan rasionalisasi kita tidak hanya dapat membenarkan apa yang kita lakukan, tetapi kita juga merasa sudah selayaknya
berbuat demikian menurut keadilan. 3 kompensasi, menunjukan tingkah laku untuk menutupi ketidakmampuan dengan menonjolkan sifat yang baik, atau
karena frustasi dalam suatu bidang maka dicari kepuasan secara berlebihan dalam bidang lain; kompensasi timbul karena adanya perasaan kurang mampu; 4
represi, yaitu dengan melupakan masa-masa yang tidak menyenangkan dari ingatan dengan hanya mengingat waktu-waktu yang menyenangkan; 5 regresi,
yaitu sikap seseorang yang kembali ke masa lalu atau bersikap seperti anak kecil yang dalam regresi secara tidak sadar manusia mencoba berperilaku pada masa
lalu; 6 sublimasi, yaitu seseorang mengekspresikan atau menyalurkan perasaan, bakat atau kemampuan dengan bersikap positif; 7 identifikasi, yaitu meniru cara
berfikir, ide dan tingkah laku orang lain; pada umumnya seseorang manusia ini mengidentifikasikan dirinya dnegan seseorang yang mirip sekali dengan dirinya;
8 proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain tentang kesulitannya sendiri atau melampiaskan kepada orang lain; 9 konversi, yaitu mentransfer atau
memindahkan reaksi psikologi ke gejala fisik; 10 displacement, yaitu reaksi emosi terhadap seseorang atau suatu benda yang diarahkan kepada seseorang atau
suatu benda lain; 11 reaksi formasi, yaitu membentuk reaksi baru yang bertolak belakang atau tidak sesuai dengan perasaan sendiri.
Menurut Lazarus dan Susan 1984, secara umum strategi coping dapat dibagi menjadi dua yaitu coping berfokus pada masalah dan coping berfokus pada
emosi. Coping berfokus pada masalah, individu melakukan suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Individu akan cenderung menggunakan
104
perilaku ini bila dirinya menilai masalah yang dihadapi dapat dikontrol dan diselesaikan. Yang termasuk dalam jenis coping ini adalah: 1 planful
problem solving yaitu bereaksi dengan melakukan usaha-usaha tertentu yang
bertujuan untuk mengubah keadaan, diikuti pendekatan analitis dalam menyelesaikan masalah; 2 confrontative coping yaitu bereaksi untuk mengubah
keadaan yang dapat menggambarkan tingkat resiko yang harus diambil; 3 seeking social support yaitu bereaksi dengan mencari dukungan dari pihak
luar, baik berupa informasi, bantuan nyata, maupun dukungan emosional.