Modal Sosial Pemberdayaan Masyarakat

30 investasi dalam hubungan sosial dengan mengharapkan keuntungan dalam suatu pasar. Methapora pasar ini dapat diterapkan pada berbagai bidang seperti ekonomi, politik, ketenagakerjaan ataupun masyarakat. Karena dilihat dari berbagai bidang atau sudut pandang, adalah wajar bila dalam perkembangannya, pemahaman tentang modal sosial ini menjadi beragam begitu pula pendefinisiannya Woolcock 2004; Rohe 2004. Modal sosial sebenarnya bukanlah sebuah konsep yang baru, makna modal sosial ini sudah lama dikenal sebagai ikatan yang membuat mekanisme hidup kemasyarakatan menjadi efektif. Sebagaimana Light 2004 menyebutkan bahwa makna seperti ini sudah lama dikenal seperti konsep quangxi yang sudah dikenal sejak zaman China kuno. Konsep quangxi ini mirip seperti apa yang dimaksudkan oleh para ilmuwan sekarang sebagai modal sosial. Selain itu sebagai contoh lainnya, ia juga mengutip Hanifan 1920 dan Diani 2001 yang juga sudah membahas modal sosial. Bila Hanifan menyebut modal sosial yang mengacu pada dasar penyatuan dari pusat-pusat kemasyarakatan, yang memungkinkan keefektifan mereka, maka Tocqueville menyebutkan kontribusi dari asosiasi sukarela terhadap demokrasi Amerika. Pembahasan Tocqueville inilah yang diangkat oleh Putnam 2001 berkenaan dengan modal sosial. Hal yang sama dari konsep modal sosial yang dikenal oleh para ilmuwan sekarang, dan membedakannya dengan konsep modal sosial pada masa lalu, adalah modal sosial dipandang sebagai suatu kumpulan dari ide-ide yang komplek a collection of constructs Rohe 2004. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa modal sosial ini paling baik dipandang sebagai sebuah model dari keterhubungan dari ide-ide yang komplek a model of linking constructs. Apa yang dimaksudkan dengan linking constructs ini adalah modal sosial menghubungkan bersama-sama konsep-konsep seperti pelibatan masyarakat, kepercayaan interpersonal, dan tindakan bersama yang efektif. Konsep-konsep ini sudah lama menjadi perbincangan di antara para ahli sosiologi dan perencanaan pembangunan masyarakat. Memandang modal sosial sebagai linking constructs yang menjadi kebaruan dari konsep modal sosial dan menjadikannya penting. Meskipun modal sosial dipandang sebagai sesuatu yang berharga untuk diinvestasikan, tetapi beberapa penulis mengingatkan bahwa modal sosial juga dapat menimbulkan dampak yang negatif Gaag 2005; Lin 31 2001; Grootaert 1998. Bentuk-bentuk dampak negatif dari modal sosial misalnya bersikap jujur dan setia kepada sesama anggota dalam suatu kelompok, tetapi berlaku sebaliknya terhadap orang di luar kelompok, jaringan dan norma pada kelompok mafia, norma sosial yang membatasi kemajuan individu dengan melarang perempuan untuk sekolah, dan lain-lain. Bila kita melihat konsep modal sosial ini sebagai suatu fenomena alamiah dari kehidupan manusia, sebagaimana konsep perencanaan di atas maka modal sosial dapat pula dilihat sebagai ciri alamiah dari manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri; ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia mendapatkan kebutuhannya melalui kehidupan kemasyarakatan di mana ia hidup, yang memiliki karakter dan norma-norma tertentu. Dalam kehidupan kemasyarakatan ini, seseorang memupuk jaringan kerja dan kepercayaan dengan orang lain. Dengan jaringan kerja dan kepercayaan dari orang lain yang ia dapatkan, maka seseorang akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, dalam kehidupan masyarakat desa yang masih bersifat tradisional, mereka terbiasa dengan kegiatan gotong royong dalam musim tanam dan musim panen. Bila seseorang ikut bergotong royong untuk menanam padi pada sawah orang lain, maka sekaligus ia akan mendapat kepercayaan dari si pemilik sawah dan orang-orang yang terlibat dalam gotong royong tersebut, bahwa bila diminta pertolongan maka ia akan membantu. Kegiatan gotong royong ini tentunya bersifat timbal balik reciprocal, dan orang yang terlibat didalamnya sekaligus pula memupuk aset sesuatu yang berharga, yaitu norma tolong menolong yang bersifat timbal balik, dan orang yang memupuknya bisa mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang dapat diterima tidak hanya bersifat material namun juga imaterial. Keuntungan material adalah seperti bantuan tenaga dalam contoh gotong royong di atas, sedangkan keuntungan imaterial seperti hubungan persahabatan, mendapat dukungan moril dan dihibur ketika mendapat musibah, ataupun setidaknya mendapatkan nasehat atau informasi dari teman. Dalam kehidupan modem, pentingnya jaringan dan kepercayaan sudah lama diakui dalam perdagangan, misalnya seperti penerapan multi level marketing. Dalam kehidupan seseorang sebagai pegawai birokrasi, diakui pula bahwa untuk bisa naik ke jenjang karir yang lebih tinggi, diperlukan jaringan dan kepercayaan dari 32 lingkaran terdalam kekuasaan. Woolcock et al. 2000 menjelaskan bahwa ide mendasar dari modal sosial adalah keluarga, teman dan asosiasi yang memiliki aset penting, sesuatu yang dapat digunakan dalam krisis, dinikmati sebagai milik sendiri, dan digunakan untuk mendapatkan keuntungan material.

2.5.3. Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat

Dalam dunia pekerjaan sosial social work, kesejahteraan sosial oleh Baker 1993 diartikan sebagai berikut: “A condition of physical health, emotional comfort and economic security also the effect of society to help its citizens achieve that condition. The term is also the use popularly as a synonym for public assistance or other program that provide for the economic and social service of the poo r”. Kesejahteraan diartikan sebagai kondisi mengenai kesehatan fisik, ketenangan emosi atau batin serta ketenangan di bidang ekonomi, juga kemampuan masyarakat untuk menolong warga dalam mencapai kondisi tertentu yang dirasakan bersama oleh seluruh warga masyarakat, atau kesejahteraan sosial mencakup tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Taraf hidup tidak diukur secara ekonomi dan fisik tetapi aspek sosial, mental dan kehidupan spiritual. Menurut Adi 2003, kesejahteraan sosial dapat dikaji dan dicermati dalam 4 golongan: 1 kesejahteraan sebagai suatu keadaan; 2 kesejahteraan sebagai suatu ilmu; 3 kesejahteraan sebagai suatu kegiatan; dan4 kesejahteraan sebagai suatu gerakan. Konsep kesejahteraan yang dipakai di sini adalah konsep kesejahteraan sebagai suatu keadaan, yaitu keadaan terpenuhinya kebutuhan pelayanan kesehatan, sanitasi, air bersih, pendidikan yang layak, dan peningkatan pendapatan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.

2.5.4. Life Skill Kecakapan Hidup

Mengenai pengertian dari pendidikan life skill atau pendidikan kecakapan hidup terdapat bermacam-macam pendapat, akan tetapi esensinya tetap sama. Life skill atau kecakapan hidup adalah sebagai pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar menjadi independen dalam kehidupan. Fadjar 2002 mengatakan bahwa life skill adalah kecakapan yang dibutuhkan untuk 33 bekerja selain kecakapan dalam bidang akademik. Broad Base Education Kementerian Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan bahwa life skill adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan proaktif sehingga dapat menyelesaikannya. Slamet 2005 mendefinisikan life skill adalah kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut mencakup segala aspek sikap perilaku manusia sebagai bekal untuk menjalankan kehidupannya. World Health Organization WHO mendefinisikan life skill sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang untuk menghadapi tantangan sehari-hari. Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya Depdiknas 2006. Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum general life skills dan kecakapan hidup yang bersifat khusus specific life skills. Menurut Fadjar 2003 kecakapan hidup yang bersifat umum terdiri dari kecakapan personal dan sosial, sedangkan kecakapan hidup yang bersifat spesifik terdiri dari kecakapan akademik dan vokasional. Kecakapan hidup tersebut sesuai dengan empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO. Empat pilar yang dicanangkan UNESCO apabila diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah akan mampu membekali siswa dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan siswa untuk bekal hidup di masyarakat. Empat pilar pendidikan tersebut adalah belajar untuk mengetahui learning to know, belajar untuk berbuat atau bekerja learning to do, belajar untuk menjadi jati diri learning to be dan belajar untuk hidup bermasyarakat learning to live together. Empat pilar pendidikan tersebut merupakan prinsip yang perlu dijadikan landasan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah, yang ditujukan untuk menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa sesuai dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia. 34 Untuk mencapai empat pilar pendidikan yang disertai kepemilikan bekal kecakapan hidup life skills yang sangat dibutuhkan, seyogyanya siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang mempraktekkan berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial, agar siswa memahami pengetahuan yang terkait dengan lingkungan sekitarnya learning to know. Proses pembelajaran tersebut bertujuan memfasilitasi siswa dalam melakukan perbuatan atas dasar pengetahuan yang dipahaminya untuk memperkaya pengalaman belajar learning to do. Siswa diharapkan dapat membangun kepercayaan dirinya supaya dapat menjadi jati dirinya sendiri learning to be; dan sekaligus juga berinteraksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beraneka ragam, yang akan membentuk kepribadiaanya, memahami kemajemukan, dan melahirkan sikap toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan yang dimiliki masing-masing individu learning to live together sesuai dengan haknya masing-masing. Konsep kecakapan hidup life skill dirumuskan secara beragam, sesuai dengan landasan filosofis penyusunnya atau tergantung pada sudut pandang dan tingkat kepentingan masing-masing. Namun demikian kesemuanya memiliki kesamaan di antaranya yaitu bahwa kecakapan hidup adalah merupakan urutan pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilannya yang spesifik. Secara konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat kehidupan psikologis yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik. Sumber lain memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dewasa untuk dapat hidup secara mandiri Brolin diacu dalam Goodship 2002. Atau kecakapan hidup merupakan pedoman pribadi untuk tubuh manusia yang membantu anak belajar bagaimana menjaga kesehatan tubuh, tumbuh sebagai individu, bekerja dengan baik, membuat keputusan logis, menjaga mereka sendiri ketika diperlukan dan menggapai tujuan hidup Davis 2000. Kecakapan hidup juga dimaknai sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.