3
masyarakat mutlak pula diwujudkan untuk lebih menjamin pengelolaan lahan kering bersifat lestari karena berbasis prinsip: dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Masyarakat yang berdaya, dalam arti memiliki pengetahuan, sikap, motivasi, disiplin, dana, sarana, keterampilan, dan perilaku positif yang memadai akan turut
menentukan kesuksesan dan efektivitas program yang dijalankan. Tujuan yang perlu diwujudkan oleh pemerintah dan masyarakat adalah tercukupinya kebutuhan
pangan, papan, terciptanya lapangan kerja dan berusaha, menurunnya angka kemiskinan, serta terjaganya kelestarian lingkungan hidup secara berkelanjutan.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah terbangunnya model pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut ialah: 1 menganalisis peranan kependudukan, lingkungan, layanan pemerintah, dan teknologi dalam
pengendalian mutu lahan kering; 2 menganalisis kebutuhan stakeholder dalam pengendalian mutu lahan kering; 3 membangun model dan merumuskan
alternatif kebijakan dan strategi yang tepat dalam pengendalian mutu lahan kering berbasis pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Ponorogo.
1.3. Kerangka Pemikiran
Tanah atau lahan sebagai bagian dari sumberdaya alam dan lingkungan mempunyai peranan penting dalam kehidupan pada masa kini dan masa yang
akan datang. Karena itu pendayagunaan lahan harus cermat, tepat, dan terkendali sedemikian rupa sehingga senantiasa bermutu baik, berfungsi atau tidak rusak.
Penggunaan tanah harus sesuai dengan kemampuannya dan memberikan perlakuan kepada tanah sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah
tidak rusak dan dapat dipergunakan serta dapat tetap produktif untuk waktu yang tidak terbatas Arsyad 1985. Pendayagunaan lahan atau tanah yang kurang tepat
akan menyebabkan lahan atau tanah rusak kritis dan kehilangan fungsinya. Luas tanah yang rusak di Indonesia diperkirakan bertambah sekitar satu sampai dua
persen setiap tahun Hong 1976. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan
tanah yang optimum, dan meminimalkan dampak negatif dari aktivitas manusia.
4
Pengelolaan lahan secara berkelanjutan mutlak dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya peningkatan mutu lahan di daerah-daerah pada umumnya berjalan walaupun dengan kebijakan, strategi, dan program yang bervariasi sesuai dengan
situasi dan kondisi masing-masing. Di Kabupaten Ponorogo kebijakan dan strategi yang dikembangkan yaitu mengarah kepada peningkatan pemberdayaan
masyarakat tani. Pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku, dan motivasi masyarakat dalam mengelola lahan
kering sehingga produktivitas meningkat, pendapatan naik, sehingga masyarakat mampu mewujudkan kecukupan pangan dan gizi serta kebutuhan-kebutuhan
keluarganya dalam lingkungan yang berkualitas baik. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang berkaitan dengan pengembangan usahatani lahan
kering salah satunya dengan mengalokasian dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD pada tahun 2002, 2008, dan 2009 untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat tani lahan kering. Kebijakan ini pada umumnya telah diimplementasikan oleh petugas pemerintah dan masyarakat di lapangan. Selain
program rutin, juga dikembangkan program pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan peningkatan mutu lahan kering di daerah ini yaitu program PIDRA: tahun
2001 mencakup tiga desa, tahun 2002 mencakup tiga desa, dan tahun 2003 mencakup enam desa. Program PIDRA yang merupakan bantuan dari IFAD
tersebut berakhir pada tahun 2008. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tani lahan kering tersebut
pada hakekatnya telah memberikan hasil yang cukup banyak dan bermanfaat bagi masyarakat, namun belum seluruhnya sampai pada taraf hasil yang diharapkan.
Jumlah hasil produksi usaha tani lahan kering yang diperoleh masyarakat belum optimal berkontribusi dalam penurunan angka kemiskinan masyarakat. Data dan
informasi dari BPS Kabupaten Ponorogo menunjukkan bahwa sampai dengan Maret 2009 angka rumah tangga miskin di Kabupaten Ponorogo masih 102.900
jiwa atau 11,45 dari total penduduk Badan Pusat Statistik-BPS Kabupaten Ponorogo 2010. Hal ini merupakan tantangan dan masalah yang perlu
diselesaikan dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat agar tidak memberi dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat.
Kerusakan ekologilingkungan akan berdampak pada ekonomi dan sosial di mana ketiganya saling terkait, satu dengan lainnya. Hal ini tampak teramati
5
pada lokasi penelitian, bahwa dalam kehidupan sehari-hari terlihat keterkaitan yang erat antara degradasi lahan dengan kemiskinan masyarakat tani. Lahan
kering yang rusakterdegradasi akan menjadi lahan kritis sehingga lahan tersebut rendah produktifitasnya. Rendahnya produktifitas lahan akan menyebabkan
turunnya tingkat pendapat petani. Mengingat sumber pendapatan petani lahan kering sebagian besar bertumpu pada lahan kering, apabila lahan kering menurun
produktifitasnya, maka petani juga akan mengalami penurunan pendapatannya. Dampak negatif dari kemiskinan masyarakat tani lahan kering dapat memicu
terjadinya gejolak sosial yang bisa mengganggu kehidupan masyarakat, seperti meningkatnya kejahatan pencurian, persengketaan lahan dan sebagainya.
Dampak lain dari kemiskinan masyarakat adalah terjadinya perusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati, akibat tindakan yang tidak disadari atau tidak
bertanggungjawab, seperti penebangan pohon-pohon tanaman keras penyangga tanah, yang tidak diikuti oleh penanaman atau penghijauan kembali. Keterkaitan
antara degradasi lahan dan kemiskinan serta persoalan sosial yang muncul, saling terkait seperti lingkaran setan. Agar lingkaran setan ini terputus maka perlu
ditelaah berbagai faktor yang berhubungan dengan degradasi lahan ini. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan degradasi lahan kering di
Kabupaten Ponorogo perlu ditelaah secara intensif dan perlu diidentifikasi kebutuhan stakeholder dalam kondisi eksisting yaitu: pertama, faktor
kependudukan; kedua, faktor lingkungan; dan ketiga, faktor layanan pemerintah. Aspek yang perlu ditelaah dalam faktor kependudukan yaitu kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi penduduk. Aspek kesehatan komponen yang perlu ditelaah yaitu umur harapan hidup UHH, angka kematian ibu melahirkan
AKIM, dan angka kematian bayi AKB; aspek pendidikan yang perlu ditelaah yaitu angka melek huruf AMH, angka rata-rata lama sekolah ARLS; dan
dalam aspek ekonomi yang perlu ditelaah yaitu mata pencaharian penduduk, dan pertumbuhan ekonomi. Aspek kependudukan juga yang perlu ditelaah yaitu
strategi coping coping strategy yang menunjukkan pada berbagai upaya masyarakat tani lahan kering, baik mental maupun perilaku, untuk menguasai,
mentoleransi, mengurangi, atau meminimalkan suatu situasi atau kejadian atau tekanan yang ada. Untuk itu dilakukan analisis hubungan antara strategi coping