131
PPdk = laju berkurangnya tingkat pendidikan
A_Kel = angka kelahiran penduduk
A_Kem = jumlah angka kematian per tahun
FB = jumlah penduduk bekerja
FKT = fraksi kelompok tani terhadap jumlah penduduk
FLIPM = fraksi laju pertumbuhan index pembangunan manusia
FLPCK = fraksi laju pertumbuhan pencari kerja
FPddkM = fraksi penduduk miskin
FPMK = fraksi penduduk miskin terhadap kesehatan
FPPdk = fraksi berkurangnya skor terhadap tingkat pendidikan
Klp_Tani = jumlah kelompok tani Kabupaten Ponorogo
LPLLT = laju pertumbuhan lahan tani
Pddk_Miskin = jumlah penduduk miskin Persepsi
= persepsi masyarakat terhadap pengelolaan lahan kering yang baik Pet
= jumlah petani lahan kering PrPddk_Miskin = persentase jumlah penduduk miskin
APMK = konstanta penduduk miskin terhadap kesehatan
FLKshtn = fraksi laju pertambahan terhadap skor tingkat pendidikan
FLPdk = fraksi laju pertambahan terhadap skor tingkat pendidikan
FLPLLT = laju pertumbuhan lahan tani
FPKshtn = fraksi berkurangnya skor terhadap tingkat pendidikan
5.5.3.3.3. Sub model ekologi
Sub-model ekologi merupakan bagian pemodelan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ekologi, seperti luas lahan tani, luas lahan kering dan
lahan produktif dari lahan tani yang ada. Pengaruh variabel-variabel ekologi tersebut terhadap sistem kemudian disajikan dalam stock flow diagram, seperti
terlihat pada Gambar 18. Berdasarkan Gambar 18 diketahui bahwa produktifitas dipengaruhi adanya luas lahan tani yang diusahakan dengan fraksi lahan produktif
dan optimalisasi penggunaan lahan kering. Dengan diketahuinya nilai optimal lahan yang diusahakan dapat diketahui pengaruhnya terhadap nilai ekonomi
kesejahteraan petani. Pada sub model ekologi yang telah dirumuskan dapat digunakan dengan
bebarapa asumsi yang akan membatasi keberlakuan model, yaitu fraksi laju pertumbuhan lahan tani dan lahan kering tetap, kondisi curah hujan yang ada
cenderung sama tidak terjadi perubahan yang sangat drastis. Berdasarkan sub model ekologi memperlihatkan bahwa fraksi lahan produktif sebagai laju
masukan pada nilai lahan produktif dari lahan yang diusahakan. Nilai lahan produksi yang optimal sebagai auxiliary merupakan perkalian dari lahan kering,
curah hujan, fraksi optimalisasi lahan kering dan lahan produktif yang tersedia, sehingga dapat berpengaruh terhadap pengelolaan lahan yang baik sebagai usaha
pengendalian mutu lahan yang ada.
132
Gambar 18 Stock flow diagram sub-model ekologi dalam sistem pengendalian
mutu lahan kering
Keterangan Gambar 18: FProd
= fraksi lahan produktif Luas_Lahan_Kering
= luas lahan kering di Kabupaten Ponorogo Luas_lahan_tani
= luas lahan tani di kabupaten ponorogo LFP
= laju fraksi produktifitas LFPP
= laju fraksi pengurangan lahan produktif LLLK
= laju pertambahan luas lahan kering LLLT
= laju pertambahan luas lahan tani Curah_Hujan
= angka curah hujan per tahun LProd
= luas lahan produktif OLK
= lahan kering optimal dengan curah hujan yang ada ALFP
= angka laju fraksi lahan produktif ALFPP
= angka laju fraksi pengurangan lahan produktif FLLLK
= fraksi laju pertumbuhan luas lahan kering FLLLT
= fraksi laju pertumbuhan luas lahan tani FOLK
= fraksi optimal lahan kering dari curah hujan yang ada
5.5.4. Simulasi model
5.5.4.1. Sub model ekonomi
Simulasi sub-model ekonomi terdiri dari 2 variabel yang menjadi nilai pengamatan yakni PDRB dan tingkat kesejahteraan petani. Gambaran secara
grafis tampak pada Gambar 19.
133
Gambar 19 Simulasi sub model ekonomi berdasarkan produk domestik regional bruto PDRB dalam Juta Rupiah dan kesejahteraan petani
Terlihat pada Gambar 19 bahwa PDRB mengalami peningkatan, begitu pula PDRB di Kabupaten Ponorogo, di mana pada tahun 2005 adalah sebesar
Rp. 4.064.979.000,000,-- mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 34.503.130,000,000,-- Sedangkan kesejahteraan petani peningkatannya sangat
lambat, yaitu sebesar Rp.138.224,-- pada tahun 2005, mengalami penurunan pada tahun-tahun setelahnya, yang kemudian meningkat kembali sehingga pada tahun
2030 kesejahteraan petani sebesar Rp. 210.434,--.
5.5.4.2. Sub model sosial
Simulasi sub-model sosial terdiri dari 8 variabel yang menjadi nilai pengamatan yakni jumlah penduduk, pencari kerja, penduduk miskin, kelompok
tani, IPM, kesehatan, pendidikan dan persepsi dalam batasan penelitian yang ada. Gambaran secara grafis tampak pada Gambar 20. Gambar 20 memperlihatkan
jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo yang ada terus mengalami peningkatan; pada tahun 2005 sebanyak 880.701 jiwa, pada tahun 2009 sebanyak 899.383 jiwa,
dan pada tahun 2030 menjadi 997.033 jiwa.