: { } "Setelah itu Kami bangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur."

: { } "Setelah itu Kami bangkitkan kamu setelah kamu mati, agar kamu bersyukur."

Rabi' bin Anas mengatakan: "Kematian mereka itu merupakan hukuman bagi mereka, lalu dibangkitkan kembali hingga datang ajal hidupnya." Hal senada juga disampaikan oleh Qatadah.

Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. 2:57)

Setelah Allah SWT mengingatkan adzab yang telah disingkirkan dari mereka, Dia juga mengingatkan mereka berbagai nikmat yang telah dikarunia-kan-Nya kepada mereka. Allah SWT berfirman: {

} "Dan Kami naungi kamu dengan awan."

, disebut demikian karena ia menutupi langit. Yaitu awan putih yang menaungi mereka dari terik matahari di padang pasir. Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh an-Nasa-i dan perawi lainnya dari Ibnu 'Abbas ra.

jama' dari kata

Firman-Nya: { } "Dan Kami turunkan kepada kalian manna." Di kalangan mufassir, terjadi perbedaan pendapat mengenai makna manna. Menurut 'Ali bin Thalhah, dari Ibnu 'Abbas ra, al-Manna itu turun kepada mereka jatuh tepat di atas pohon, lalu mereka mendatanginya pada pagi hari dan memakan darinya sesuai yang dikehendakinya.

Mujahid berpendapat bahwa al-Manna berarti getah. Sedangkan menurut 'Ikrimah, al-Manna adalah sesuatu yang diturunkan Allah SWT kepada mereka semacam embun yang menyerupai sari buah yang kasar.

Kata as-Suddi, mereka mengatakan: "Hai Musa, bagaimana kami bisa hidup di sini, di mana ada makanan?" Maka Allah SWT pun menurunkan al-Manna kepada mereka yang jatuh di atas pohon jahe.

Maksudnya, bahwa semua penjelasan para mufassir mengenai al-Manna itu saling berdekatan. Ada di antara mereka yang menafsirkannya sebagai minuman dan juga yang lainnya. Yang jelas, Wallahu a'lam, segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada Bani Israil, baik berupa makanan maupun minuman dan lain sebagainya, yang mereka peroleh tanpa melalui usaha dan kerja keras.

Jadi al-Manna yang sangat terkenal itu jika dimakan tanpa dicampuri apa-apa, maka ia berrungsi sebagai manakan dan manisan. Jika dicampur dengan air, maka ia akan menjadi minuman segar. Dan jika dicampur dengan yang lain-nya, ia akan menjadi jenis makanan yang berbeda. Namun bukan hanya itu yang dimaksud oleh ayat di atas.

Dalil yang menjadi landasan hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, dari Sa'id bin Zaid, katanya, Nabi telah bersabda:

"Jamur itu berasal dari manna dan airnya menjadi obat untuk mata." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan sejumlah perawi dalam

kitab mereka, kecuali Abu Dawud. At-Tirmidzi mengatakan: "Hadits tersebut hasan shahih." Dan diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari riwayat al- Hakam, dari Hasan al-'Arani, dari 'Amr bin Harits.

Sedangkan mengenai kata Salwa, 'Ali bin Abi Thalhah berkata, dari Ibnu 'Abbas ra: "Salwa itu seekor burung yang menyerupai puyuh, mereka makan dari burung-burung tersebut."

Menurut 'Ikrimah: "Salwa adalah seekor burung seperti yang ada di dalam Surga, lebih besar dari burung layang-layang atau sejenisnya."

Wahab bin Munabbih mengatakan: "Salwa adalah seekor burung yang banyak dagingnya seperti burung merpati. Burung itu mendatangi mereka dan mereka pun mengambilnya seminggu sekali pada hari Sabtu."

Ibnu 'Athiyyah mengatakan: "Menurut kesepakatan para mufassir, salwa itu adalah burung. Sedang al-Hudzali telah melakukan suatu kesalahan dengan menyatakan salwa itu adalah madu."

Firman-Nya: { } "Makanlah dari makanan yang baik- baik yang telah Kami berikan kepadamu. "Ini merupakan perintah yang mengandung makna pembolehan, bimbingan, dan penganugerahan.

Firman Allah SWT selanjuntya: { } "Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." Artinya, kami telah memerintahkan mereka untuk memakan makanan yang telah Kami rizkikan kepada mereka dan mereka dapat mengisi hidupnya untuk beribadah semata. Sebagaimana firman-Nya:

} "Makanlah dari rizki Rabb-mu dan bersyukurlah kepada-Nya". (QS. Saba': 15). Namun mereka melanggar dan ingkar. Dengan demikian mereka telah menzhalimi diri mereka sendiri, padahal mereka me-nyaksikan tanda-tanda kekuasaan-Nya, berbagai penjelasan dan mukjizat yang sudah pasti, serta hal-hal yang luar biasa.

Dari keterangan di atas tampak jelas keutamaan para Sahabat Nabi Muhammad SAW atas Sahabat para Nabi lainnya dalam hal kebenaran, keteguhan, dan tidak menyusahkan dalam perjalanan yang mereka lakukan bersama beliau, ataupun di tengah peperangan. Sebagai contoh pada perang Tahuk yang sangat terik dan melelahkan. Mereka tidak meminta hal yang diluar kebiasaan serta tidak meminta pengadaan sesuatu, meskipun hal itu sangat mudah bagi Rasulullah SAW . Setelah benar-benar dililit rasa lapar, barulan mereka minta untuk diperbanyak jatah makanan mereka, dengan mengumpulkan semua yang ada pada mereka. Lalu terkumpullah setinggi kambing yang sedang menderum. Selanjutnya beliau berdo'a kepada Allah SWT memohon berkah atasnya. Setelah itu beliau menyuruh mereka untuk memenuhi wadah mereka masing-masing. Demikian juga ketika mereka membutuhkan air, Nabi memohon kepada Allah SWT, maka datanglah kepada Dari keterangan di atas tampak jelas keutamaan para Sahabat Nabi Muhammad SAW atas Sahabat para Nabi lainnya dalam hal kebenaran, keteguhan, dan tidak menyusahkan dalam perjalanan yang mereka lakukan bersama beliau, ataupun di tengah peperangan. Sebagai contoh pada perang Tahuk yang sangat terik dan melelahkan. Mereka tidak meminta hal yang diluar kebiasaan serta tidak meminta pengadaan sesuatu, meskipun hal itu sangat mudah bagi Rasulullah SAW . Setelah benar-benar dililit rasa lapar, barulan mereka minta untuk diperbanyak jatah makanan mereka, dengan mengumpulkan semua yang ada pada mereka. Lalu terkumpullah setinggi kambing yang sedang menderum. Selanjutnya beliau berdo'a kepada Allah SWT memohon berkah atasnya. Setelah itu beliau menyuruh mereka untuk memenuhi wadah mereka masing-masing. Demikian juga ketika mereka membutuhkan air, Nabi memohon kepada Allah SWT, maka datanglah kepada

Inilah sikap yang paling sempurna bagi seorang pengikut, sabar dalam menghadapi ketentuan Allah SWT dan dalam mengikuti Rasulullah SAW.

Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Magdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya dengan bersujud, dan katakanlah: 'Bebaskanlah kami dari dosa,' niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. 2:58) Lalu orang-orang yang zhalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu siksaan dari langit, karena mereka berbuat fasik. (QS. 2:59)

Ayat ini ditujukan untuk mencela mereka, karena mereka menolak untuk berjihad dan memasuki Tanah Suci (Baitul Maqdis) ketika tiba dari Mesir bersama Musa AS. Allah SWT memerintahkan mereka untuk memasuki Tanah Suci yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka, Israil (Ya'qub). Juga untuk memerangi kaum 'Amalik yang kafir, namun mereka menolak berperang, dan bersikap lemah dan lesu. Maka Allah SWT mencampakkan mereka ke tengah padang sahara yang menyesatkan sebagai hukuman bagi mereka. Sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam surat al-Maa-idah.

Oleh karena itu di antara dua pendapat mengenai hal itu yang paling tepat adalah pendapat yang menyatakan bahwa negeri itu adalah Baitul Maqdis, sebagaimana yang telah dinashkan oleh as-Suddi, Rabi' bin Anas, Qatadah, Abu Muslim al-Isfahani. dan lain-lainnya. Berkisah mengenai Musa AS, Allah SWT berfirman:

{ } "Wahai kaumku, masuklah kamu ke Tanah suci yang telah ditentukan Allah SWT bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang. " (QS. Al-Maa-idah: 21).

Yang benar adalah pendapat yang menyatakan bahwa negeri tersebut adalah Baitul Maqdis.

Peristiwa ini terjadi setelah mereka berhasil keluar dari padang pasir, di mana mereka sempat mendekam selama 40 tahun bersama Yusya' bin Nun. Kemudian Allah SWT membukakan negeri itu bagi mereka pada sore hari Jum'at. Pada hari itu perjalanan matahari ditahan sebentar (oleh Allah SWT) hingga akhir-nya mereka mendapatkan kemenangan. Kemudian Allah SWT memerintahkan mereka memasuki pintu negeri itu (Baitul Maqdis) sambil bersujud, sebagai pernyataan syukur kepada Allah Ta'ala atas nikmat yang telah diberikan kepada mereka, berupa kemenangan, pertolongan dan kembalinya negeri mereka, serta selamatnya mereka setelah tersesat di padang Sahara.

Dalam tafsirnya, al-'Aufi meriwayatkan, dari Ibnu 'Abbas ra, katanya: Firman Allah SWT: {