Dan firman-Nya berikutnya: { } "Katakanlah, Tidak, tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus." Artinya, kami tidak mau
Dan firman-Nya berikutnya: { } "Katakanlah, Tidak, tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus." Artinya, kami tidak mau
mengikuti apa yang kalian serukan, yaitu memeluk agama Yahudi dan Nasrani, tetapi sebaliknya, kami mengikuti "Agama Ibrahim AS yang hanif," artinya, yang lurus.
Demikian dikatakan Muhammad Bin Ka'ab al-Qurazhi dan 'Isa bin Jariyah. Dan Khushaif meriwayatkan dari Mujahid, ia mengatakan: "(Hanif berarti) ikhlas."
Sedangkan menurut riwayat dari Ibnu ‘Abbas ra, hanif berarti mengerjakan ibadah haji. Demikian juga yang diriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, adh-Dhahhak, 'Athiyyah, dan as-Suddi.
Mujahid dan Rabi' bin Anas mengemukakan, hanif berarti mengikuti. Sedangkan Abu Qilabah mengatakan: "Al-Hanif” adalah orang yang beriman kepada para Rasul secara keseluruhan, dari pertama hingga yang terakhir."
Dan Qatadah menuturkan: "Al-Hanifiyyah" berarti Syahadat La ilaha illallah (kesaksian bahwasanya tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah SWT). Tercakup pula di dalamnya diharamkannya menikahi ibu kandung, anak-anak kandung perempuan, para bibi dari pihak ibu, dan para bibi dari pihak ayah, serta segala yang diharamkan oleh Allah SWT . Dan tercakup pula pelaksanaan khitan.
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan kepada Nabi-nabi dari Rabb-nya. Kami tidak membeda- bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS. 2:136)
Allah Ta’ala membimbing hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka melalui Rasul-Nya, Muhammad SAW secara rinci, serta apa yang diturunkan kepada para Nabi yang terdahulu secara global. Allah Ta’ala telah menyebutkan beberapa nama Rasul, menyebutkan secara global Nabi-nabi lainnya. Dan hendaklah mereka tidak membeda-bedakan salah satu di antara mereka, bahkan hendaklah mereka beriman kepada seluruh Rasul, serta tidak menjadi seperti orang yang difirman-kan oleh Allah Ta’ala:
"Sesungguhnya orang-orangyang kafir kepada Allah SWT dan Rasul-rasul-Nya, dan ber-maksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah SWT dan Rasul-rasul- Nya dengan mengatakan: 'Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir ter- hadap sebagian (lainnya).' Serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya." (QS. An-Nisaa': 150 -151).
Dalam kitab Shahih Bukhari diriwayatkan, dari Abu Hurairah ra, ia mengatakan, para Ahlul Kitab itu membaca Kitab Taurat dengan menggunakan bahasa Ibrani dan menafsirkannya dengan menggunakan bahasa Arab untuk orang- orang yang memeluk agama Islam, maka Rasulullah SAW bersabda:
"Janganlah kalian membenarkan Ahlul Kitab dan jangan pula kalian mendustakan mereka, namun katakanlah, Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang di- turunkan-Nya." (HR. Al-Bukhari).
Muslim, Abu Dawud, dan an-Nasa-i, meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW dalam mengerjakan shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat Subuh, lebih sering membaca (pada rakaat pertama) ayat: {
} "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturun-kan kepada kami." (QS. Al-Baqarah: 136) dan pada rakaat kedua membaca: {
} "Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orangyang berserah diri." (QS. Ali 'Imran: 52).
Al-Khalil bin Ahmad dan juga lainnya mengatakan: "Al-Asbath di kalangan Bani Israil adalah seperti kabilah-kabilah yang ada di tengah mereka."
Imam al-Bukhari mengatakan: "Al-Asbath adalah kabilah-kabilah Bani Israil." Hal itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan al-Asbath di sini adalah
suku-suku Bani Israil dan wahyu yang diturunkan Allah Ta’ala kepada para Nabi yang ada dari kalangan mereka.
Dan Allah SWT berfirman: { } "Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku." (QS. Al-A'raaf: 160 ).
Al-Qurthubi mengemukakan: "Mereka disebut " " diambil dari kata ”as- sabthu” (berurutan), jadi mereka itu merupakan kelompok. Ada juga yang mengatakan,
dari kata ”as-sabathu” yang berarti pohon, artinya mereka itu banyak bagaikan pohon. Bentuk tunggalnya yaitu "sibathoh.
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepada-Nya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui. (QS. 2:137) Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah. Dan hanya kepada-Nyalah kami me-nyembah. (QS. 2:138)
Allah SWT berfirman: "Jika mereka beriman," yaitu orang-orang kafir dari kalangan Ahlul Kitab dan juga yang lainnya "Kepada apa yang kamu imani," hai orang-orang yang beriman, yaitu iman kepada semua Kitab Allah SWT, para Rasul- Nya, serta tidak membedakan antara satu Nabi dengan Nabi lainnya, "Niscaya mereka telah mendapat petunjuk." Artinya, jika demikian niscaya mereka berada dalam kebenaran dan memperoleh jalan menuju kepada-Nya. "Dan jika mereka berpaling," yaitu dari kebenaran menuju kepada kebatilan setelah adanya hujjah atas diri mereka: {
} "Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu), maka sesungguhnya Allah akan memelihara kamu dari mereka." Artinya, Allah Ta’ala akan menolongmu dari mereka serta memenangkanmu atas mereka. "Dan Dialah yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui."
Sedangkan mengenai firman-Nya: { } "Shibghah Allah," adh- Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra, yaitu, "Agama Allah SWT." Hal senada diriwayatkan dari Mujahid, Abu 'Aliyah, 'Ikrimah, Ibrahim, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, adh-Dhahhak, 'Abdullah bin Katsir, 'Athiyah al-'Aufi, Rabi' bin Anas, as- Suddi dan lain-lainnya.
Penggunaan Shibghatullah ini dimaksudkan sebagai dorongan (semangat) seperti yang terdapat dalam firman-Nya: "Fitratallah." maksudnya, hendaklah kalian berpegang teguh kepadanya.
Sebagian ulama berpendapat, hal itu dimaksudkan sebagai badal (pengganti) bagi firman-Nya: {
} "Millah (agama) Ibrahim."
Sedangkan Sibawaih mengemukakan, kata itu merupakan mashdar yang ditekankan dan berfungsi memberikan keterangan bagi firman Allah SWT sebelum- nya: {
} "Kami beriman kepada Allah,"(QS. Al-Baqarah: 136) seperti firman-
Nya: { } "Allah SWT telah membuat satu janji " (QS. An-Nisaa': 122). Wallahu a'lam.
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Rabb Kami dan Rabb Kamu; bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati," (QS. 2:139) ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya'kub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang menyembunyikan syahadah (persaksian) dari Allah yang ada padanya?" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:140 ) Itu adalah ummat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan diminta pertanggung-jawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 2:141)
Allah SWT berfirman dalam rangka membimbing Nabi-Nya, Muhammad SAW untuk menolak perdebatan orang-orang musyrik: "Katakanlah: 'Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang Allah.' " Artinya, kalian mendebat kami mengenai pengesaan Allah SWT, ketulusan ibadah serta ketunduk patuhan kepada- Nya, mengikuti semua perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya. "Padahal Dia adalah Rabb kami dan Rabb-mu. " Yaitu Rabb yang mengatur dan mengurus diri kami dan juga kalian, hanya Dia-lah yang berhak atas pemurnian ibadah, tiada sekutu bagi-Nya. {
} "Bagi kami semua amalan-amalan kami dan bagimu amalan-amalan kamu. " Artinya, kami berlepas diri dari kalian dan apa yang kalian sembah, dan kalian juga lepas dari kami. Sebagaimana firman-Nya dalam ayat yang lain:
"Jika mereka mendustakanmu, maka katakanlah: 'Bagiku amalku dan bagimu amal- mu. Kamu terlepas dari apa yang aku kerjakan dan aku pun terlepas dari apa yang
kamu kerjakan.'"(QS. Yunus: 41).
Dan dalam surat al-Baqarah ini, Allah berfirman: " Bagi kami semua amalan- amalan kami dan bagimu semua amalan-amalanmu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlas-kan hati "Artinya, kami berlepas diri dari kalian sebagaimana kalian berlepas diri dari kami, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, yaitu dalam beribadah dan menghadapkan diri.
Kemudian Allah Ta’ala mengingkari pengakuan mereka bahwasanya Ibrahim serta para Nabi yang disebutkan sesudahnya, al-Asbatb menganut agama mereka, baik agama Yahudi ataupun agama Nasrani, dan juga Dia berfirman: {
} "Katakanlah: 'Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?'" Maksudnya, tetapi Allah Ta’ala yang lebih mengetahui, dan Dia telah memberitahukan bahwa mereka bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani, sebagaimana firman-Nya: {
} "Ibrahim AS bukan seorang Yahudi dan bukan (pufa) seorang Nasrani, akan tetapi ia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah SWT) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik." (QS. Ali 'Imran: 67).
Dan firman Allah SWT selanjutnya: { } "Dan Allah sekali-kali tiada lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.'' Yang demikian itu merupakan ancaman yang sangat keras. Yakni bahwa ilmu Allah Ta’ala me-liputi semua amal perbuatan kalian dan Dia akan memberikan balasan atasnya.