} "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya."

} "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya."

Yang benar, Allah SWT mengajari Adam nama segala macam benda, baik dzat, sifat, maupun afal (perbuatannya). Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas ra, yaitu

nama segala benda dan afal yang besar maupun yang kecil. Oleh karena itu, Dia berfirman: {

} "Kemudian Dia mengemukakannya kepada } "Kemudian Dia mengemukakannya kepada

Firman-Nya: { } "Lalu Dia berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda tersebut, jika kamu memang orang- orang yang benar.'"

Mengenai firman-Nya: { } "Jika kamu memang orang-orang yang benar, "dari Ibnu 'Abbas ra, adh-Dhahak mengatakan: "Artinya, jika kalian memang mengetahui bahwa Aku tidak menjadikan khalifah di muka bumi."

As-Suddi meriwayatkan, dari Ibnu ' Abbas ra, Murrah, Ibnu Mas'ud, dan dari beberapa orang Sahabat: "Jika kalian benar bahwa anak cucu Adam itu akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah."

Ibnu Jarir mengatakan: "Pendapat yang paling tepat dalam hal ini adalah penafsiran Ibnu ' Abbas ra dan orang-orang yang sependapat dengannya, artinya yaitu Allah SWT berfirman: 'Sebutkanlah nama-nama benda yang telah Aku perlihatkan kepada kalian, hai para Malaikat yang mempertanyakan, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Yaitu dari kalangan selain kami, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu? Jika ucapan kalian itu benar bahwa jika Aku menciptakan khalifah di muka bumi ini selain dari golongan kalian ini, maka ia dan semua keturunannya akan durhaka kepada-Ku, membuat kerusakan, dan menumpahkan darah. Dan jika Aku menjadikan kalian sebagai khalifah di muka bumi, maka kalian akan senantiasa mentaati-Ku, mengikuti semua perintah-Ku, serta menyucikan diri-Ku. Maka jika kalian tidak mengetahui nama-nama benda yang telah Aku perlihatkan kepada kalian itu, padahal kalian telah menyaksikannya, berarti kalian lebih tidak mengetahui akan sesuatu yang belum ada dari apa-apa yang nantinya bakal terjadi.'"

{ } ' Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau beritahukan kepada kami Sesungguhnya Engkau yang mahamengetahui lagi Maha-bijaksana.'" Inilah penyucian bagi Allah SWT yang dilakukan oleh para Malaikat bahwasanya tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui sesuatu dari ilmu-Nya kecuali dengan kehendak- Nya, dan bahwa mereka tidak akan pernah mengetahui sesuatu kecuali apa yang telah diajarkan-Nya.

Oleh karena itu mereka berkata, {

} " mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau beritahukan kepada kami. Sesungguhnya Engkau yang Mahamengetahui lagi Mahabijaksana." Artinya, Dia Mahamengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam penciptaan, perintah, pengajaran dan pencegahan terhadap apa-apa yang Engkau kehendaki. Bagi-Mu hikmah dan keadilan yang sempurna. "

" menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Abbas ra, artinya penyucian Allah SWT terhadap diri-Nya sendiri dari segala keburukan.

'Umar pernah mengatakan kepada 'Ali dan para Sahabat yang ada bersamanya: "Laa Ilaaha Illa Allah (tiada Ilah yang hak selain Allah), kami telah mengetahuinya. Lalu apa itu “SubhanAllah”. Maka 'Ali pun berkata ke-padanya: "Itulah kalimat yang disukai dan diridhai Allah SWT untuk diri-Nya sendiri serta Dia sukai untuk diucapkan."

Firman Allah SWT: }

"Allah SWT berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini 'Maka setelah itu diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Aku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.'"

Zaid bin Aslam mengatakan bahwa Adam berkata: "Engkau ini Jibril, engkau Mikail, engkau Israiil, dan seluruh nama-nama, sampai pada burung gagak."

Mengenai firman Allah SWT: { } "Allah SWT berfirman: 'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda.'" Mujahid mengatakan: "Yaitu nama-nama burung merpati, burung gagak, dan nama-nama segala sesuatu."

Setelah keutamaan Adam AS atas Malaikat itu terbukti dengan menyebutkan segala nama yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya, maka Allah SWT berfirman kepada para Malaikat: "Bukankah sudah Aku katakan kepadamu babwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi serta mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

Ibnu Jarir mengatakan: "Pendapat yang paling tepat mengenai hal itu adalah pendapat Ibnu 'Abbas ra, bahwa makna firman-Nya: {

} "Dan Aku mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan." Yaitu selain pengetahuan-Ku mengenai segala hal yang ghaib di langit dan di bumi, Aku juga mengetahui apa yang kalian nyatakan melalui lisan kalian dan apa yang kalian sembunyikan dari-Ku, baik itu apa yang kalian sembunyikan atau kalian perlihatkan secara terang-terangan. Yang mereka tampakkan melalui lisan mereka adalah ucapan mereka: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya." Sedangkan yang dimaksud dengan apa yang mereka sembunyikan, ialah apa yang disembunyi-kan oleh Iblis untuk menyalahi (perintah) Allah SWT dan enggan untuk mentaati-Nya.

Lebih lanjut Ibnu Jarir mengemukakan: "Hal ini dibenarkan sebagaimana masyarakat Arab suka mengucapkan: 'Pasukan telah terbunuh dan terkalahkan.' Padahal yang terbunuh dan terkalahkan adalah satu atau sebagiannya saja. Lalu berita tentang satu orang yang terkalahkan dan terbunuh itu dinyatakan sebagai berita kekalahan kelompok mereka secara keseluruhan. Contohnya firman Allah Tabaraka ta’ala: {

} "Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari luar kamar(mu)." (QS. Al-Hujuraat: 3). Disebutkan bahwa yang memanggil itu sebenarnya hanyalah satu orang saja dari Bani Tamim. Demikian juga, } "Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari luar kamar(mu)." (QS. Al-Hujuraat: 3). Disebutkan bahwa yang memanggil itu sebenarnya hanyalah satu orang saja dari Bani Tamim. Demikian juga,

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kajtr. (QS. 2:34)

Ini merupakan kemuhaan besar dari Allah SWT bagi Adam yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya. Dimana Dia memberitahukan bahwa Dia telah menyuruh para Malaikat untuk bersujud kepada Adam.

Adapun maksudnya, bahwa ketika Allah SWT menyuruh para Malaikat bersujud kepada Adam, maka Iblis pun termasuk dalam perintah itu. Karena, meskipun Iblis bukan dari golongan Malaikat, namun ia telah menyerupai mereka dan meniru tingkah laku mereka. Oleh karena itu, iblis termasuk dalam perintah yang ditujukan kepada para Malaikat, dan tercela atas pelanggaran yang dilakukan terhadap perintah-Nya.

Masalah ini, insya Allah SWT akan kami uraikan pada penafsiran firman Allah SWT {

} Maka bersujudlah mereka kecuali Iblis. Ia adalah dar igolongan jn, maka ia mendurhakai perintah Rabb- nya"(QS.Al- Kahfi:50).

Ibnu Jarir, meriwayatkan dari al-Hasan al-Bashri, katanya: "Iblis itu bukan dari golongan Malaikat. Iblis adalah asli bangsa jin, sebagaimana Adam adalah asli bangsa manusia." Dan isnad riwayat ini shahih dari al-Hasan al-Bashri.

Hal yang sama juga dikatakan oleh 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam. Mengenai firman-Nya: {

}"Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepadapara Malaikat, bersujudlah kepada Adam," Qatadah mengatakan: "Ketaatan itu untuk Allah SWT sedangkan sujud ditujukan untuk Adam. Allah SWT memuliakan Adam dengan menyuruh para Malaikat bersujud kepadanya.

Sebagian orang mengatakan: "Sujud tersebut adalah penghormatan, penghargaan, dan pemuliaan. Sebagaimana firman-Nya: {

} "Dan ia (Yusuf) menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya bersujud."

Hal itu merupakan syari'at ummat-ummat terdahulu (sebelum ummat Nabi Muhammad SAW. Namun cara memuliakan seperti itu dihapuskan dalam agama kita. Mu'adz pernah bercerita, aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu Hal itu merupakan syari'at ummat-ummat terdahulu (sebelum ummat Nabi Muhammad SAW. Namun cara memuliakan seperti itu dihapuskan dalam agama kita. Mu'adz pernah bercerita, aku pernah datang ke Syam, setibanya di sana aku menyaksikan mereka bersujud kepada para pendeta dan pemuka agama mereka. Lalu

"Tidak, seandainya aku dibolehkan memerintah manusia untuk bersujud kepada seseorang, maka aku akan menyuruh seorang isteri untuk bersujud kepada suaminya,

karena keagungan haknya atas (isterinya)." (HR. Abu Dawud, al-Hakim, at-Tirmidzi, dengan sanad hasan.)

Makna tersebut ditarjih oleh ar-Razi. Dan sebagian lagi mengatakan: "Sujud tersebut ditujukan bagi Allah SWT, dan

Adam S hanya menjadi tempat kiblat saja. Sebagaimana firman Allah SWT {