} "Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang."
} "Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang."
Dalam ayat ini juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penyeru kepada kekufuran atau bid'ah jika ia bertaubat kepada Allah SWT, maka Allah SWT pasti akan menerima taubatnya. Dalam sebuah hadits telah dijelaskan bahwa untuk ummat- ummat yang terdahulu, taubat orang seperti mereka itu tidak akan diterima, tetapi hal ini merupakan bagian dari syari'at Nabi Muhammad SAW .
Selanjutnya Allah Ta’ala memberitahukan tentang orang-orang yang kufur dan terus-menerus dalam kekufuran sampai menemui ajalnya, bahwa ------------------------- {
* } "Mereka itu mendapat laknat dari Allah, para Malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu."
Artinya mereka akan terus menerus mendapatkan laknat sampai hari Kiamat kelak. Lalu laknat itu menjadi teman setia mereka di dalam Neraka Jahanam yang -------- ---- - {
} "Tidak akan diringankan siksa dari mereka." Artinya, apa yang mereka rasakan itu tidak akan pernah berkurang,
60 Diriwayatkan Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab as-Shahih, dan al- Baihaqi dalam Syu'abulIman, yang berupa hadits panjang.
{ } "Dan tidak pula mereka diberi tangguh." Maksudnya, siksa itu tidak akan dialihkan dari mereka meski hanya sekejap saja, tetapi siksa itu akan terus menerus dan berkesinambungan. Na'udzubabi min dzalik.
Catatan:
Tidak ada perbedaan pendapat mengenai dibolehkannya melaknat orang-orang kafir (secara umum). 'Umar bin al-Khaththab RA sendiri dan para pemimpin setelahnya juga pernah melaknat orang-orang kafir dalam qunut dan di luar qunut. Sedangkan mengenai laknat terhadap orang kafir tertentu (fulan dan fulan." Pent ), maka sekelompok ulama berpendapat bahwasanya laknat seperti ini tidak diperbolehkan. Karena kita tidak tahu; dalam keadaan bagaimana Allah Ta’ala akan mengakhiri hidupnya. Dan sebagian ulama berargumentasi dengan firman Allah SWT: {
} "Sesungguh-nya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah SWT, para Malaikat, dan manusia seluruhnya."
Kelompok yang lain membolehkan laknat terhadap orang kafir tertentu. Pendapat ini dipilih oleh Abu Bakar bin al-'Arabi al-Maliki, namun ia berlandasan pada hadits lemah. Sedangkan kelompok yang lain berdalil dengan sabda Rasulullah SAW dalam kisah orang yang dibawa ke hadapan Nabi dalam keadaan mabuk, maka beliau menjatuhkan had (hukuman/siksa) baginya lalu ada seseorang yang berkata: "Semoga Allah SWT melaknatnya, betapa seringnya ia melakukan hal itu." Maka Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah engkau melaknatnya, karena sesungguhnya ia mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya." (HR. Ahmad).
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang tidak mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya boleh dilaknat. Wallahu a'lam.
Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Mahaesa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. (QS. 2:163)
Allah SWT memberitahukan bahwa hanya Dialah yang berhak atas segala macam ibadah, tiada sekutu dan tandingan bagi-Nya. Dia Mahaesa dan tunggal, Rabb tempat bergantung, yang tiada Ilah selain Dia, dan Dia Maha-pengasih lagi Mahapenyayang. Penafsiran mengenai kedua nama (ar-Rahman dan ar-Rahim) ini telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya pada awal surat al-Faatihah. Kemudian Allah SWT menyebutkan dalil yang menunjukkan keesaan-Nya dalam uluhiyah (ibadah) dengan penciptaan langit, bumi, dan segala yang ada di dalamnya, serta berbagai macam makhluk yang menunjuk-kan keesaan-Nya.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringjnya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis heivan, dan pengisaran angin dan awan yang di-kendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah SWT) bagi kaum yang memikirkan. (QS. 2:164)
Allah Ta’ala berfirman: { } "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi," yaitu dalam hal ketinggian, kelembutan, dan keluasannya, serta bintang-bintang yang bergerak dan yang diam, juga peredaran pada garis edarnya; dataran rendah dan dataran tinggi, gunung, laut, gurun pasir, kesunyian, keramaian, dan segala manfaat yang terdapat di dalamnya, pergantian siang dan malam; satu pergi yang lain datang mengganti-kannya dengan tidak saling
mendahului dan tidak sedikit pun mengalami keterlambatan meski hanya sekejap. Sebagaimana firman Allah Tabaraka Ta’ala: