Dan Firman-Nya: { } "Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram." Sebagaimana dinyatakan dalam Shahih al-

Dan Firman-Nya: { } "Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram." Sebagaimana dinyatakan dalam Shahih al-

Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan (disucikan) Allah SWT pada hari pen- ciptaan langit dan bumi, dan ia menjadi haram melalui pengharaman Allah SWT sampai hari Kiamat kelak. Dan tidak dihalalkan kecuali sesaat pada siang hari. Dan sesungguhnya pada saat ini adalah haram dengan pengharaman Allah SWT sampai hari Kiamat. Pepohonannya tidak boleh ditebang dan rerumputannya tidak boleh dicabut. Jika ada seseorang mencari-cari keringanan dengan dalil peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, maka katakanlah: 'Sesungguhnya Allah SWT mengizinkan bagi Rasul-Nya dan tidak memberikan izin kepada kalian." '

Maksudnya Allah SWT mengizinkan beliau memerangi penduduknya pada waktu penaklukan kota Makkah, karena beliau menaklukkan Makkah dengan kekerasan dan ada beberapa orang lelaki yang terbunuh di Khandamah. Ada pula yang mengatakan bahwa penaklukan itu dilakukan secara damai, karena ucapan beliau:

"Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya maka ia aman, barangsiapa masuk masjid maka ia juga aman, dan barangsiapa masuk rumah Abu Sufyan maka ia juga aman." (HR. Muslim)

Firman-Nya: { } "Kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. " Artinya, janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram kecuali jika mereka mulai menyerang lebih dahulu. Maka ketika itu kalian boleh memerangi dan membunuh mereka di sana untuk mempertahankan diri dari penyerangan, sebagaimana Nabi SAW telah membai'at para Sahabatnya pada saat perjanjian Hudaibiyah di bawah sebuah pohon untuk berperang ketika kaum Quraisy dan pendukung mereka dari Bani Tsaqif dan kumpulan dari berbagai kabilah pada tahun itu berkomplot memusuhi beliau. Kemudian Allah SWT menahan peperangan itu terjadi di antara mereka, Dia berfirman: {

} "Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan menahan tangan dari (membinasakan) mereka di tengah kota Makkah sesudah Allah SWT memenangkan kamu atas mereka." (QS Al-Fat-h: 24).

Firman Allah SWT: { } "Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagiMahapenyayang. " Artinya, jika mereka meninggalkan peperangan di tanah suci Makkah dan kembali kepada Islam serta bertaubat, maka sesungguhnya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa mereka meskipun mereka telah membunuh banyak kaum muslimin di tanah suci. Dan tiada suatu dosa yang terasa berat bagi Allah SWT untuk diampuni-Nya bagi orang yang bertaubat kepada-Nya dari dosa itu.

Selanjutnya Allah SWT memerintahkan memerangi orang-orang kafir dan berfirman: {

} "Sehingga tidak ada fitnah lagi."Maksudnya tidak ada lagi kemusyrikan. Demikian dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbas ra, Abul ' Aliyah, Mujahid, al-Hasan al-Bashri, Qatadah, Rabi' bin Anas, Muqatil bin Hayyan, as-Suddi, dan Zaid bin Aslam.

{ } "Dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah ." Maksudnya, sehingga agama Allah Ta’ala yang benar-benar menang dan unggul di atas semua agama. Sebagaimana telah ditegaskan dalam kitab Shahih al- Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Musa al-Asy'ari, Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai seseorang yang berperang karena keberanian, ber-perang karena kesombongan, dan berperang karena riya', manakah yang termasuk berperang di jalan Allah SWT? Beliau SAW menjawab:

"Barangsiapa berperang dengan tujuan agar kalimat Allah SWT menjadi yang paling tinggi, maka ia telah berperang di jalan Allah SWT."

Dan diriwayatkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, bahwa Nabi SAW bersabda:

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk diibadahi selain Allah SWT. Apabila mereka

mengatakannya, maka darah dan harta kekayaan mereka mendapat per-lindungan dariku, kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka terserah kepada Allah SWT ."

Dan firman-Nya: { } "Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak permusuhan lagi kecuali terhadap orang-orang yang zhalim. " Allah SWT berfirman, jika mereka menghentikan perbuatan mereka berupa kemusyrikan dan pembunuhan terhadap orang-orang mukmin, maka hentikanlah penyerangan terhadap mereka. Dan orang yang tetap memerangi mereka setelah itu, maka ia termasuk zhalim, dan tiada permusuhan kecuali kepada orang- orang zhalim.

Demikian itulah makna ungkapan Mujahid: "Tidak diperbolehkan bagi seseorang memerangi kecuali terhadap orang yang memerangi."

Ayat tersebut juga bermakna, jika mereka berhenti, berarti mereka membebaskan diri dari kezhaliman, yaitu kemusyrikan, karenanya tidak ada lagi permusuhan setelah itu terhadap mereka.

Dan yang dimaksud dengan permusuhan di sini adalah pembalasan dan penyerangan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut ini:

{ } "Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadap kamu." (QS. Al-Baqarah: 194).

Oleh karena itu, 'Ikrimah dan Qatadah mengatakan: "Orang zhalim adalah orang yang menolak mengucapkan laa ilaaha ilia Allah (tiada Ilah yang haq selain Allah)."

Mengenai firman Allah Ta’ala: "Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi, " Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu ‘Umar ra bahwa ia pernah didatangi oleh dua orang pada saat fitnah Ibnu Zubair. Kedua orang itu berkata: "Sesungguhnya orang-orang telah berbuat kerusakan, dan engkau putera 'Umar, serta Sahabat Nabi, apa yang menghalangimu untuk keluar berperang?" Ibnu ‘Umar ra menjawab: "Yang menghalangiku adalah bahwa Allah SWT telah mengharamkan darah saudaraku." Mereka (berdua berkata lagi: "Bukankah Allah SWT telah berfirman:

Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi?'" Ibnu ‘Umar ra pun menjawab: "Kami telah berperang sehingga tidak ada lagi fitnah dan ketaatan hanya untuk Allah SWT. Sedangkan kalian hendak berperang dengan tujuan agar terjadi fitnah dan supaya segala macam ketaatan untuk selain Allah SWT."

Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwa-lah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. 2:194 )

'Ikrimah meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas ra, adh-Dhahhak, as-Suddi, Qatadah, Muqsim, Rabi' bin Anas, 'Atha', dan ulama lainnya: "Ketika Rasulullah SAW berangkat umrah pada tahun ke-6 Hijrah, beliau bersama se-rombongan kaum muslimin dihalang-halangi dan dirintangi oleh orang-orang musyrik untuk masuk dan sampai ke Baitullah pada bulan Dzulqa'dah yang merupakan bulan haram sehingga beliau membuat perjanjian dengan mereka untuk masuk pada tahun berikutnya. Kemudian beliau bersama kaum muslimin masuk ke Baitullah pada tahun berikutnya dan Allah SWT pun memberikan balasan terhadap kaum musyrikin, maka turunlah pada saat itu ayat:

"Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yangpatut dihormati berlaku hukum qishash."

Imam Ahmad meriwayatkan, dari Jabir bin 'Abdullah: "Rasulullah SAW tidak pernah berperang pada bulan haram (yang dihormati) kecuali bila diserang dan

mereka menyerang. Jika bulan haram tiba maka beliau menghentikan peperangan sampai bulan haram berlalu." (HR. Ahmad). Hadits mi berisnad shahih.

Oleh karena itu ketika sampai berita kepada Rasulullah SAW, yang pada waktu itu beliau sedang berada di perkemahan Hudaibiyah bahwa 'Utsman dibunuh, padahal 'Utsman beliau utus menemui orang-orang musyrik untuk suatu misi, maka beliau membaiat para sahabat yang berjumlah 14 orang di bawah sebatang pohon untuk memerangi orang-orang musyrik. Setelah beliau menerima berita bahwa 'Utsman tidak terbunuh, maka beliau pun mengurungkan niatnya tersebut dan mengalihkan kepada perdamaian dan perjanjian sehingga terjadilah perjanjian Hudaibiyah.

Dan firman-Nya: { } "Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu." Allah memerintahkan berlaku adil bahkan terhadap kaum musyrikin sekalipun. Sebagaimana Dia telah berfirman: