} "Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir." Yaitu mereka yang sedang tenggelam dalam kesewenang-wenangan, kesesatan, dan
} "Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir." Yaitu mereka yang sedang tenggelam dalam kesewenang-wenangan, kesesatan, dan
kebodohan adalah seperti binatang gembalaan yang tidak memahami dan mengerti apa yang dikatakan kepadanya, bahkan apabila ia diseru penggembalanya, maka ia sama sekali tidak memahami ucapan si penggembala itu, dan ia hanya dapat mendengar suaranya saja. Hal senada juga diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra, Abul 'Aliyah, 'Ikrimah, 'Atha', al-Hasan al-Bashri, Qatadah, dan Rabi' bin Anas.
Sedangkan firman Allah SWT: { } "Mereka tuli, bisu, dan buta." Artinya, mereka tidak dapat mendengar kebenaran, tidak mengatakannya, dan tidak dapat melihat jalan menuju kebenaran itu.
Firman-Nya selanjutnya: { } "(Oleh sebab itu) mereka tidak mengerti ." Artinya, mereka tidak dapat mengerti dan memahami sesuatu apa pun.
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada
Allah kamu menyembah. (QS. 2:172) Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang-siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS. 2:173)
Melalui firman-Nya, Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman agar memakan makanan yang baik-baik dari rizki yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada mereka, dan supaya mereka senantiasa bersyukur kepada-Nya atas rizki tersebut, jika mereka benar-benar hamba-Nya. Memakan makanan yang halal merupakan salah satu sebab terkabulnya do'a dan diterimanya ibadah. Sebagaimana memakan makanan yang haram meng-halangi diterimanya do'a dan ibadah. Hal itu sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah ra , Rasulullah SAW bersabda:
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah SWT itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman apa yang telah diperintahkan kepada para Rasul. Dia berfirman: 'Hai para Rasul, makanlah makanan yang baik-baik dan kerjakan-lah amal shalih. Sesungguhnya Aku Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan. ' (QS. Al- Mu'minun: 51) Dia juga berfirman: 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu .' (QS. Al-Baqarah: 172) Kemudian Rasulullah SAW menceritakan seseorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan pakaiannya berdebu. Ia mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berucap: 'Ya Rabb-ku, ya Rabb-ku,' sementara makanannya haram, minumannya juga haram, pakaiannya haram, dan dibesarkan (tumbuh) dengan makanan yang haram. Bagaimana mungkin do'anya akan dikabulkan."
Hadits di atas diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya. dan juga at- Tirmidzi.
Setelah Allah SWT memberikan rizki-Nya kepada mereka dan membimbing mereka agar memakan makanan yang baik-baik, Allah SWT juga memberitahukan bahwa Dia tidak mengharamkan makanan-makanan itu kecuali bangkai saja, yaitu binatang yang mati dengan sendirinya, tanpa disembelih. Insya Allah mengenai masalah ini akan diuraikan lebih lanjut dalam penafsiran surat al-Maa-idah.
Selain itu, Allah SWT juga mengharamkan daging babi, baik yang disembelih maupun yang mati dengan sendirinya. Lemak babi lazimnya termasuk dalam hukum dagingnya, atau karena dagingnya mengandung lemak, atau melalui cara qiyas
(analogi) menurut suatu pendapat. Allah Ta’ala juga mengharamkan kepada mereka binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain nama Allah SWT, baik itu dengan mengatas namakan berhala, sekutu, tandingan, dan lain sebagainya, yang dahulu menjadi kebiasaan orang-orang Jahiliyyah untuk mempersembahkan korban kepadanya.
Al-Qurthubi meriwayatkan dari' ‘Aisyah RA bahwa beliau ('‘Aisyah RA) pernah ditanya mengenai hewan yang disembelih oleh masyarakat non-Arab untuk perayaan mereka, kemudian mereka menghadiahkan sebagian dari dagingnya itu kepada kaum Muslimin. Maka '‘Aisyah RA pun menjawab: "Apa yang mereka sembelih pada hari itu, maka janganlah kalian memakannya, tetapi kalian boleh memakan buah-buahannya."
Kemudian Allah membolehkan hal tersebut dalam keadaan darurat dan sangat mendesak ketika tidak ada makanan lainnya. Dia berfirman:
} "Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas ." Lebih lanjut Dia berfirman: {
} "Maka tidak ada dosa baginya ." Yaitu, karena memakan makanan tersebut. {