} { "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa se-sudah

} { "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada Musa se-sudah

Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia, petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat." (QS. Al-Qashash: 43).

Ada yang berpendapat bahwa “ ” pada ayat tersebut adalah "zaidah" (tambahan), dan artinya, "Kami telah memberikan kepada Musa Kitab al-Furqan." namun pendapat ini gharib (aneh).

Ada juga pendapat yang menyatakan, "wawu" itu adalah "wawu 'athaf' (kata sambung meskipun bermakna sama). Sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair:

Dia menyerahkan kulit kepada orang yang akan mengukiraya Ternyata kata-katanya hanya dusta dan bualan Jadi dusta dalam syair di atas juga bermakna kebohongan.

Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, se-sungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikanmu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikanmu; maka Allah SWT akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Mahapenerima taubat lagiMahapenyayang." (QS. 2:54)

Mengenai firman Allah SWT: "Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: 'Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sebagai sembahamu).'" Al-Hasan al-Bashri mengatakan: "Musa berkata demikian ketika hati mereka telah tersesat dengan menyembah anak lembu," hingga Allah SWT berfirman:

{ } "Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengeiahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata: 'Sungguhjika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami.'" (QS. Al-'Araaf: 149).

Al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa hal itu terpadu ketika Musa AS berkata: {

} "Wahai kaumku, sesungguh-nya kamu telah menzhalimi dirimu sendirikarena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu)."

Mengenai firman-Nya: { } "Maka bertaubatlah kepada Rabb yang menjadikanmu," Abul 'Aliyah, Sa'idbin Jubair dan Rabi' bin Anas mengatakan: "Yaitu kepada penciptamu."

Firman-Nya: "Kepada Rabb yang menjadikanmu," menurut penulis (Ibnu Katsir) mengandung peringatan akan besarnya kejahatan yang mereka lakukan. Artinya, bertaubatlah kalian kepada Rabb yang telah menciptakan kalian, setelah kalian menyembah yang lain bersama-Nya.

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menceritakan, ketika Musa AS kembali kepada kaumnya, di antara mereka ada tujuh puluh orang laki-laki yang beruzlah (mengasingkan diri) bersama Harun dan tidak menyembah anak lembu, maka Musa berkata kepada mereka (kaumnya): "Berangkatlah menuju janji Rabb kalian." lalu mereka pun berkata: "Hai Musa, apakah kami masih bisa bertaubat?" Musa meniawab: "Masih,

{ } 'Bunuhlah diri kalian. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian di sisi Rabb yang telah menjadikan kalian, sehingga Diapun akan menerima taubat kalian.'" Maka mereka pun melepaskan pedang dari sarungnya, dan mengeluarkan alat-alat potong juga pisau-pisau. Lalu Allah SWT pun mengirim kabut kepada mereka, lalu mereka saling mencari-cari dengan tangannya masing-masing, lalu saling membunuh. Ada seseorang berhadapan dengan bapaknya atau saudaranya, lalu membunuhnya sedangkan ia dalam keadaan tidak mengetahuinya. Pada saat itu mereka saling berseru: "Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada hamba yang bersabar atas dirinya sampai ia mendapatkan ridha-Nya." Akhirnya mereka yang terbunuh gugur sebagai syuhada', sedangkan orang-orang yang masih hidup diterima taubatnya.

Kemudian ia membaca firman-Nya: { } "Maka Allah SWT akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dia Mahamenerima taubat lagi Mahapenyayang."

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah SWT dengan terang," karena itu kamu disambar halilintar, sedang katnu menyaksikannya. (QS. 2:55) Setelah itu Kami bangkitkan katnu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:56)

Allah SWT berfirman: "Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, yaitu ketika Aku membangkitkan kalian setelah peristiwa datangnya petir. Di mana kalian meminta untuk dapat melihat-Ku secara nyata dan kasat mata, suatu permintaan yang tidak akan sanggup kalian tanggung ,dan juga makhluk sejenis kalian."

Berkenaan dengan firman-Nya: "Dan ingatlah ketika kamu berkata: 'Hai Musa, kami tidak akan beriman ke-padamu sebelum kami melihat Allah SWT dengan terang,'" Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra: "Artinya, melihat-Nya secara jelas (kasat mata). Masih mengenai penggalan firman-Nya: "Sampai kami melihat Allah dengan terang," Qatadah dan Rabi' bin Anas mengatakan: "Yaitu kasat mata."

Abu Ja'far meriwayatkan dari Rabi' bin Anas: "Bahwa mereka itulah tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa AS Mereka berjalan bersama Musa hingga akhirnya mereka mendengar sebuah firman, maka mereka pun berkata: 'Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah SWT dengah nyata.' Kemudian, lanjut Rabi' bin Anas, mereka mendengar suara yang menyambar, dan mereka pun mati."

Marwan bin al-Hakam mengatakan dalam pidato yang disampaikannya dari atas mimbar di Makkah: "Petir berarti suara keras dari langit."