} "Maka Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu siksa dari langit karena mereka berbuat fasik."
} "Maka Kami timpakan atas orang-orang yang zhalim itu siksa dari langit karena mereka berbuat fasik."
Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, katanya; setiap kata ar-rijzu yang terdapat di dalam al-Qur-an berarti adzab.
Sedangkan Abul 'Aliyah berpendapat, " " berarti " " (marah, murka).
" (wabah) dan bisa juga "
Dan asy-Sya'bi mengatakan: "
" bisa berarti "
" (hawa dingin)." Ibnu Jarir meriwayatkan, dari Usamah bin Zaid, dari Rasulullah SAW, beliau
bersabda: " " ( "Sesungguhnya penyakit dan penderitaan ini adalah rijzu (adzab) yang ditimpa-kan kepada sebagian ummat bersabda: " " ( "Sesungguhnya penyakit dan penderitaan ini adalah rijzu (adzab) yang ditimpa-kan kepada sebagian ummat
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami ber-firman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu."Lalu memancarlah dari-padanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rizki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. (QS. 2:60)
Allah SWT berfirman kepada Bani Israil: "Ingatlah nikmat yang telah Aku anugerahkan dengan mengabulkan do'a Nabi Musa As ketika memohon air untuk kalian semua. Maka Aku pun segera mempermudah dan mengeluarkan air bagi kalian dari sebuah batu. Aku pancarkan dari batu itu dua belas mata air. Masing- masing suku dari kalian (Bani Israil) memiliki mata air yang sudah diketahui."
Karena itu: "Makanlah dari manna dan salwa. Minumlah dari air yang telah Aku pancarkan bagi kalian tanpa perlu usaha dan kerja keras, serta ber-ibadalilah
kepada Rabb yang telah menciptakan semua itu untuk kalian." Firman-Nya: {
} "Dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan." Artinya, janganlah kalian balas berbagai nikmat itu dengan kemaksiatan. Sebab jika kalian melakukan-nya, nikmat tersebut akan dicabut dari kalian.
Kisah ini hampir sama dengan kisah yang terdapat dalam surat al-A'raf, tetapi surat tersebut turun di Makkah. Oleh karena itu, pemberitaan mengenai diri mereka menggunakan dhamir (kata ganti) orang ketiga. Karena di dalam ayat itu Allah SWT menceritakan kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW mengenai apa yang Dia lakukan terhadap Bani Israil. Sedangkan kisah yang terdapat dalam surat (al-Baqarah ini), turun di Madinah. Sehingga ayat ini ditujukan langsung kepada mereka, dan Dia memberitahukan melalui firman-Nya: {
} "Maka berpancarlah daripadanya dua belas mata air." (QS. Al-A'raaf: 160).
Inbajasat maksudnya pancaran mata air yang pertama kali. Sedang di dalam surat al-Baqarah ini diberitakan di akhir situasinya yaitu infijar, maka tepatlah penyebutan infijar (pemancaran air) pada ayat ini, dan permulaan pemancaran air pada ayat lain. Wallahu a'lam.
Di antara kedua siyaq (konteks) tersebut terdapat perbedaan dari se-puluh segi, baik dari segi lafazh maupun makna. Dalam tafsimya, az-Zamakhsyari telah mengajukan pertanyaan mengenai hal itu dan dia kemukakan sendiri jawabannya, dan jawaban tersebut mendekati (kebenaran). Wallahu a'lam.
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (ta-han) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Rabb- mu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuh-kan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawangputihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya."Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pastilah kamu memperoleh apa yang kamu minta."
Allah SWT Ta'ala menyeru (kepada bani Israil): "Hai Bani Israil, ingatlah nikmat yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, berupa manna dan salwa sebagai makanan yang baik dan bermanfaat, menyenangkan dan mudah di-peroleh. Dan ingatlah ketika kalian menolak dan merasa bosan dengan apa yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, serta meminta kepada Musa untuk menggantinya dengan makanan-makanan hina yang berupa sayur-sayuran dan sebangsanya."
Al-Hasan al-Bashri mengatakan: "Maka mereka pun menolak semuanya itu dan tidak tahan dengannya. Lalu mereka menyebutkan gaya hidup yang mereka jalani, sebagai kaum yang sangat gemar pada kacang adas, bawang merah, sayur-sayuran, dan bawang putih. Mereka berkata: 'Hai Musa, kami tidak bisa bersabar (tahan) dengan satu jenis makanan saja. Sebab itu mohonkan-lah untuk kami kepada Rabb- mu agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-sayuran, ketimun, bawangputih, kacang adas, dan bawang merahnya.'"
Mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahan terus-menerus meng-konsumsi satu jenis makanan, padahal mereka makan manna dan salwa, namun karena makanan mereka tidak pernah ganti dan berubah setiap harinya, maka dikatakan sebagai satu makanan. "
"(ketimun), " " (kacang adas), dan "
" (sayur mayur),
" (bawang merah), semua ini sudah dikenal. Sedangkan mengenai makna " " masih terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama Salaf. Menurut Ibnu Mas'ud, kata itu dibaca "
" dengan huruf "tsa" di depan. Mengenai firman-Nya: {
} al-Hasan al-Bashri dari Ibnu 'Abbas ra mengatakan, yaitu al-tsuum ( bawang putih ). Katanya pula: dalam bahasa kuno ", artinya; buatkan roti untuk kami. Ibnu Jarir menuturkan: "Jika pendapat itu benar, maka huruf “faa" itu termasuk huruf yang dapat diubah-ubah. Misalnya, } al-Hasan al-Bashri dari Ibnu 'Abbas ra mengatakan, yaitu al-tsuum ( bawang putih ). Katanya pula: dalam bahasa kuno ", artinya; buatkan roti untuk kami. Ibnu Jarir menuturkan: "Jika pendapat itu benar, maka huruf “faa" itu termasuk huruf yang dapat diubah-ubah. Misalnya,
", juga kata " " (batu penyangga untuk memasak) dikatakan pula "
” dan kata " " (pelapis topi perang, dari besi) disebut juga " "dan lain sebagainya, di mana "faa" berubah menjadi "tsa " dan "tsa" berubah menjadi "'faa", karena adanya kedekatan makhrajnya (tempat keluarnya huruf)." Wallahu a'lam.
(biji gandum)." Wallahu 'alam.
Dari Abu Malik, Hasyim mengatakan: {
} berarti
Sedangkan Ibnu Duraid mengatakan:
berarti
(tangkai)."
Al-Qurthubi meriwayatkan dari 'Atha' dan Qatadah bahwa al-fuum itu setiap biji yang dapat dibuat roti.
Dan menurut sebagian ulama lain, bahwa al-fuum adalah sejenis kacang dalam bahasa Syam.
Al-Bukhari menuturkan bahwa sebagian ulama mengatakan: "Segala macam biji-bijian yang dapat dimakan adalah fuum.
Firman-Nya: { } "Musa berkata: 'Maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih buruk sebagaipengganti yang baik?'" Dalam ungkapan ini terdapat teguran keras sekaligus kecaman terhadap tindakan mereka meminta makanan-makanan buruk lagi rendah tersebut, padahal mereka berada dalam kehidupan yang enak, dan dipenuhi dengan makanan-makanan lezat, baik dan bermanfaat.
Firman-Nya: { } "Pergilah kamu kesuatu kota. "Demikianlah, kata ditulis dengan bertanwin dan diberi alif sesuai penulisan mushaf Khalifah Utsman, dan itulah qira'ah (bacaan) Jumhur Ulama.