} "Maka wajib baginya membayar fidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekab, atau berkurban. "
} "Maka wajib baginya membayar fidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekab, atau berkurban. "
Dan ketika Nabi SAW menyuruh Ka'ab bin 'Ujrah melakukan hal itu, beliau membimbingnya kepada pilihan yang lebih utama, beliau bersabda: "Sembelihlah kambing, atau berikan makanan kepada enam orang miskin, atau berpuasalah tiga hari." Semuanya itu baik dalam kedudukannya masing-masing. Segala puji bagi Allah SWT.
Hisyam menceritakan, Laits memberitahu kami, dari Thawus, bahwa ia pernah berkata: "Fidyah berupa kurban atau memberikan makanan, dilakukan di Makkah, sedangkan puasa, boleh dilakukan di mana saja."
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mujahid, 'Atha', dan al-Hasan al-Bashri. Dan firman Allah SWT {
} "Jika kamu sudah merasa aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat ." Artinya, jika memungkinkan bagi kalian mengerjakan manasik haji, maka barangsiapa di antara kalian yang mengerjakan umrah diteruskan kepada haji, termasuk berihram untuk haji dan umrah, atau berihram untuk umrah terlebih dahulu
dan setelah itu berihram untuk haji yang disebut tamattu' khusus, dan inilah yang dikenal di kalangan para fuqaha. Adapun tamattu' yang bersifat umum, mencakup dua bagian tersebut. Sebagaimana ditegaskan dalam beberapa hadits shahih. Karena di antara para perawi ada yang menyatakan, Rasulullah SAW bertamattu', dan ada juga yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan haji Qiran, dan tidak ada perbedaan pendapat bahwa beliau menggiring (membawa) hewan kurban.
Dan Allah SWT berfirman: { } "Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) kurban yang mudah didapat." Maksudnya, hendaklah ia menyembelih apa yang mampu ia dapatkan, minimal kambing, dan boleh juga menyembelih sapi, karena Rasulullah SAW pernah menyembelih sapi untuk isteri- isterinya.
Al-Auza'i meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW pernah menyembelih sapi untuk isteri-isterinya, yang sedang mengerjakan haji tamattu'. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Mardawaih.
Ini menunjukkan disyari'atkannya tamattu'. Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari 'Imran bin Hushain, ia menuturkan: "Ayat tamattu' diturunkan dalam Kitab Allah SWT dan kami pernah mengerjakannya bersama Rasulullah SAW Kemudian tidak diturunkan ayat yang mengharamkan dan melarangnya sampai beliau wafat. Lalu ada seseorang menyatakan pendapatnya sekehendak hatinya.
Al-Bukhari mengatakan: "Disebutkan bahwa orang itu adalah 'Umar." Apa yang dikatakan al-Bukhari, ini telah dinyatakan secara jelas bahwa 'Umar pernah melarang orang-orang bertamattu' seraya berujar: "Jika kita berpegang pada Kitab Allah SWT, maka sesungguhnya Dia menyuruh kita menyempurnakan-nya, yakni firman-Nya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.”
Sebenarnya Umar tidak melarang haji tamattu' dalam arti mengharamkannya. Ia melarangnya supaya banyak orang yang menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji bersama umrah, sebagaimana yang telah dikemuka-kannya.
Dan firman Allah SWT : {
} "Tetapi jika ia tidak menemukan (hewan kurban atau tidak mampu), maka ia wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari lagi jika kamu sudah pulang kembali. Itulah sepuluh hari yang sempuma . "Allah Ta’ala menyatakan, barangsiapa yang tidak menemukan hewan kurban, maka hendaklah ia berpuasa tiga hari pada hari-hari mengerjakan manasik. Para ulama mengatakan: "Yang lebih utama adalah berpuasa sebelum 'Arafah, yaitu dalam 1 hari pertama (bulan Dzulhijjah)." Demikian dikatakan 'Atha'. Atau boleh juga dimulai dari waktu berihram, menurut Ibnu Abbas dan ulama lainnya, berdasarkan firman-Nya: "Dalam masa haji."
Dan asy-Sya'abi membolehkan berpuasa pada hari Arafah dan dua hari sebelumnya. Demikian pula dikatakan Mujahid, Sa'id bin Jubair, as-Suddi, Atha', Thawus, al-Hakam, al-Hasan al-Bashri, Hamad, Ibrahim, Abu Ja'far al-Baqir, Rabi' bin Anas, dan Muqatil bin Hayyan.
Al-'Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra: "Jika seseorang tidak menemukan hewan kurban, maka ia harus berpuasa tiga hari pada masa haji sebelum hari Arafah. Jika hari 'Arafah merupakan hari puasa yang ketiga, maka telah sempurnalah puasanya. Sedangkan puasa tujuh hari dilakukan sepulang dari haji."
Hal senada juga diriwayatkan oleh Abu Ishaq dari Wabrah, dari Ibnu ‘Umar ra, ia mengatakan: "Yaitu berpuasa satu hari sebelum hari Tarwiyah, 75 pada hari
Tarwiyah, dan pada hari Arafah. 76 Demikian juga yang diriwayatkan oleh Ja'far bin Muhammad SAW, dari ayahnya, dari Ali. Jika ia belum berpuasa pada hari-hari itu
atau tersisa sebagian dari hari itu sebelum hari raya, maka apakah ia boleh berpuasa pada hari-hari Tasyriq? 77