} "Sesungguhnya Kami, tatkala air telah meluap (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang)mu 29 ke dalam

} "Sesungguhnya Kami, tatkala air telah meluap (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang)mu 29 ke dalam

bahtera." '(QS. Al-Haaqqah: 11). Adh-Dhahhak rahimahumullah menceritakan dari Ibnu 'Abbas ra. dalam

menafsirkan { } , maksudnya adalah, mereka terombang-ambing dalam kekufuran. Demikian pula as-Suddi (dengan sanadnya yang berasal dari Sahabat) menafsirkan ayat ini.

Ibnu Jarir berkata: " " adalah kesesatan. Jika dikatakan maksudnya adalah bahwa si fulan telah tersesat." Ibnu Jarir berkata: "Makna firman-Nya, {

} , adalah terombang-ambing dalam kesesatan dan kekafiran. Bingung dan sesat, tidak menemukan jalan keluar, karena Allah SWT telah mengunci-mati hati mereka dan mengecapnya, juga membutakan pandangan mereka

29 Yang dibawa dalam bahtera Nabi Nuh AS untuk diselamatkan adalah keluarga Nabi Nuh AS dan

orang-orang yang beriman selain anaknya yang durhaka."P ent - orang-orang yang beriman selain anaknya yang durhaka."P ent -

Sedangkan menurut sebagian ulama," " digunakan pada mata, sedangkan ”

" (bingung) pada hati, namun ” " (buta) digunakan juga pada hati. Allah berfirman: {

} "Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada." (QS.

Al-Hajj: 46). Jika dikatakan " " (artinya lelaki itu pergi tanpa mengetahui tujuan), bentuk mudhari'nyx. "

", bentuk masdaraya. " ", bentuk isimfa'ilnya. "

" dan " ". Jika dikatakan: " ", maksudnya adalah: "Untanya tidak diketahui ke mana perginya.

Mereka ituiah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah ber-untung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (QS. 2:16)

Mengenai firman-Nya: { } "Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk," dalam tafsirnya, as-Suddi, dari Ibnu Mas'ud dan beberapa orang Sahabat Rasulullah SAW, mengatakan: "Mereka mengambil kesesatan dan meninggalkan petunjuk."

Ibnu Ishak mengatakan, dari Ibnu 'Abbas ra, mengenai firman-Nya ini: "Artinya membeli kekufuran dengan keimanan."

Kesimpulan dari pendapat para mufassir di atas, bahwa orang-orang munafik itu menyimpang dari petunjuk dan jatuh dalam kesesatan. Dan ituiah makna firman Allah Tabaraka wa Ta'ala: {

} "Mereka ituiah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk." Artinya mereka menjual petunjuk untuk mendapatkan kesesatan, hal itu berlaku juga pada orang yang pernah beriman lalu kembali kepada kekufuran, sebagaimana firman-Nya:

{ } "Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati " (QS. Al-Munaafiquun: 3). Artinya, mereka lebih menyukai kesesatan daripada petunjuk, sebagaimana keadaan kelompok lain dari orang-orang munafik, di

mana mereka terdiri dari beberapa macam dan bagian. Oleh karena itu Allah SWT berfirman:

} "Maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk." Maksudnya, perniagaan yang mereka lakukan itu tidak mendapatkan keuntungan dan tidak pula mereka mendapat-kan petunjuk pada apa yang mereka lakukan.

Ibnu Jarir dari Qatadah, mengenai firman-Nya: "Maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk," mengatakan: "Demi Allah SWT kalian telah menyaksikan mereka telah keluar dari petunjuk menuju kepada Ibnu Jarir dari Qatadah, mengenai firman-Nya: "Maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk," mengatakan: "Demi Allah SWT kalian telah menyaksikan mereka telah keluar dari petunjuk menuju kepada

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), (QS. 2:17-18)

Kata " " (contoh/perumpamaan), dapat juga dalam bentuk lain seperti " " atau " " dan. jamaknya adalah "

. Allah SWT berfirman,

{ } "Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami jadikan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. Al-'Ankabuut: 43).

Makna dari perumpamaan tersebut adalah bahwa Allah SWT menyerupakan tindakan mereka membeli kesesatan dengan petunjuk dan perubahan mereka dari melihat menjadi buta, dengan orang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi sekitarnya, dan ia dapat melihat apa yang berada di sebelah kanan dan kirinya, tiba- tiba api itu padam sehingga ia benar-benar berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat dan tidak pula memperoleh petunjuk. Kondisi seperti itu ditambah lagi dengan keadaan dirinya yang tuli sehingga tidak dapat mendengar, bisu sehingga tidak dapat bicara, dan buta sehingga tidak dapat melihat. Oleh karena itu, ia tidak akan dapat kembali ke tempat semula.

Demikian pula keadaan orang-orang munafik yang menukar kesesatan dengan petunjuk, dan mencintai kebathilan dari pada kelurusan. Dalam perumpamaan ini terdapat bukti bahwa orang-orang munafik itu pertama kali beriman kemudian kafir. Sebagaimana yang telah diberitahukan oleh Allah Tabaraka wa Ta'ala mengenai mereka pada pembahasan yang lain.

Dalam hal ini penulis (Ibnu Katsir) mengatakan: "Pada saat penyebutan perumpamaan berlangsung, terjadi perubahan ungkapan dari bentuk mufrad (tunggal) ke bentuk jama' (banyak)." Dalam firman Allah SWT :

"Setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah SWT menghilangkan cahaya mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan. Mereka tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, "Setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah SWT menghilangkan cahaya mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan. Mereka tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu,

Firman-Nya: { } "Allah SWT menghilangkan cahaya mereka," artinya, Allah SWT mengambil sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka, yaitu cahaya, serta membiarkan sesuatu yang membahayakan bagi mereka, yaitu kebakaran dan asap.

{ } "Dan membiarkan mereka dalam kegelapan. "Yaitu keberadaan mereka dalam keraguan, kekufuran,dan kemunafikan. {

} "Mereka tidak dapat melihat" Maksudnya, mereka tidak mendapat jalan menuju kebaikan serta tidak mengetahuinya. lebih dari itu mereka {

} "Tuli, " tidak mendengar kebaikan, { } "Bisu, "tidak dapat membicarakan apa yang bermanfaat bagi mereka dan {