} "Seolah-olah mereka tidak mengetahui."

} "Seolah-olah mereka tidak mengetahui."

Berkenaan dengan firman-Nya: { } "Seolah-olah mereka tidak mengetahui," Qatadah mengatakan: "Sebenarnya kaum Yahudi itu mengetahui tetapi mereka membuang dan menyembunyikan pengetahuan mereka itu dan mengingkarinya."

Sedangkan sehubungan dengan firman-Nya: { } "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan," di dalam tafsirnya, dari Ibnu 'Abbas ra, al-'Aufi mengatakan: "Yaitu ketika kerajaan Nabi Sulaiman AS sirna,

sekelompok jin dan manusia murtad dan mengikuti hawa nafsu mereka. Namun setelah Allah SWT mengembalikan kerajaan itu kepada Nabi Sulaiman AS, maka sekelompok jin dan manusia murtad dan mengikuti hawa nafsu mereka. Namun setelah Allah SWT mengembalikan kerajaan itu kepada Nabi Sulaiman AS, maka

Dari Ibnu 'Abbas ra, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan: "Ashif adalah juru tulis Nabi Sulaiman AS, ia mengetahui Ismula'zham (nama yang paling agung). Dia mencatat segala sesuatu atas perintah Nabi Sulaiman AS, lalu menguburnya di bawah singgasananya. Setelah Nabi Sulaiman AS wafat, syaitan-syaitan itu mengeluarkan tulisan-tulisan itu kembali dan mereka menulis sihir dan kekufuran di antara setiap dua barisnya. Kemudian mereka mengatakan: 'Inilah kitab pedoman yang diamalkan Sulaiman AS.'" lebih lanjut, Ibnu 'Abbas ra menuturkan: Sehingga orang-orang yang bodoh mengingkari Nabi Sulaiman AS ! dan mencacinya, sedang para ulama diam, sehingga orang-orang bodoh itu masih terus mencaci Sulaiman AS hingga Allah SWT menurunkan ayat kepada Nabi Muhammad SAW: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleb syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman AS (dan mereka mengatakan babwa Sulaiman AS itu mengerjakan sihir) padahal Sulaiman AS tidaklah kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)."

Dan firman Allah SWT "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan- syaitan pada masa kerajaan Sulaiman AS." Artinya, setelah orang-orang Yahudi itu menolak kitab Allah SWT yang berada di tangan mereka serta menyelisihi Rasulullah, Muhammad SAW, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh syaitan- syaitan. Yaitu apa yang diceritakan, diberi-tahukan dan dibacakan oleh syaithan pada

masa kerajaan Nabi Sulaiman AS. Digunakannya ( ) karena kata ( ) "dibacakan " pada ayat ini mengandung makna (dibacakan secara) dusta."

Ibnu Jarir mengatakan: ( ) "pada" dalam ayat tersebut bermakna ( ) "di dalam ", maksudnya, dibacakan di masa kerajaan Sulaiman AS." Dia menukil pendapat itu dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq. Mengenai masalah itu, penulis (Ibnu Katsir), katakan: "

" (pencakupan) dalam hal ini lebih baik dan lebih utama 44 . Wallahu a'lam.

Sedangkan mengenai ungkapan al-Hasan al-Bashri bahwa sihir itu telah ada sebelum zaman Nabi Sulaiman bin Daud merupakan suatu hal yang benar dan tidak lagi diragukan, karena para tukang sihir itu sudah ada pada zaman Musa , dan Nabi Sulaiman bin Dawud itu setelah Nabi Musa As. Sebagaimana yang difirmankan Allah

44 Yaitu memadukan antara dua pengertian ini, yaitu "membaca" dan "membaca secara dusta" adalah lebih kuat dan lebih utama.

SWT:{ } "Apakah engkau tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil setelah Nabi Musa As." (QS. Al-Baqarah: 246) Kemudian Allah SWT mengisahkan sebuah kisah sesudah ayat di atas yang di dalamnya disebutkan: " {

} “Dan Daud (dalam peperangan itu) membunuh Jalut, kemudian Allah SWT member-kan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah." (QS. Al-Baqarah: 251) Dan kaum Nabi Shalih yang hidup sebelum Nabi Ibrahim As mengatakan kepada nabi mereka: {

} "Sesungguhnya engkau adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. ” (QS.

Asy-Syu'ara': 153) Menurut pendapat yang masyhur kata { } adalah bermakna

"yang terkena sihir." Adapun firman Allah SWT

"Dan apa yang diturunkan kepada dua orang Malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), karena itu janganlah engkau kafir. 'Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya." Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa kata ( ) dalam ayat ini berkedudukan sebagai "

" (yang meniadakan). Yang saya maksudkan adalah ( ) yang terdapat pada kalimat: {

} Al-Qurthubi mengatakan: Kata ( ) itu adalah "

" (kata "" yang berfungsi meniadakan) sekaligus "

" (berfungsi sebagai kata sambung) untuk firman Allah SWT sebelumnya yaitu, {

Setelah itu Allah SWT berfirman: {

} “Tetapi syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat" Yang demikian itu karena orang-orang Yahudi beranggapan bahwa sihir itu diturunkan oleh Jibril dan Mikail. Kemudian Allah SWT mendustakan mereka, sedangkan firman-Nya: {

} merupakan " (penganti) dari kata {

} "Syaitan-syaitan."

Menurut al-Qurthubi, penafsiran demikian itu benar, karena jamak itu bisa berarti dua seperti pada firman Allah SWT, {

} "Jika yang meninggal itu mempunyai beberapasaudara," (QS. An-Nisaa': 11), maupun karena keduanya (Harut dan Marut) mempunyai pengikut, atau keduanya di-sebut di dalam ayat itu karena pembangkangan mereka. Menurut al-Qurthubi, perkiraan ungkapan ayat itu berbunyi:

(Syaitan-syaitan itu mengajari sihir kepada manusia di Banil, yaitu Harut dan Marut). Lebih lanjut al-Qurthubi berpendapat bahwa penafsiran ini adalah yang terbaik dan paling tepat. Dan untuk itu beliau tidak memilih penafsiran yang lain.

Ibnu Jarir meriwayatkan dengan sanadnya melalui al-'Aufi, dari Ibnu 'Abbas ra, mengenai firman Allah SWT : {

} "Dan apa yang di-turunkan } "Dan apa yang di-turunkan

Masih mengenai ayat yang sama: { } "Dan apa yang diturunkan kepada dua Malaikat di negeri Babil," dengan sanadnya dari ar-Rabi' bin Anas, Ibnu 'Abbas ra mengatakan: "Allah SWT tidak menurunkan sihir kepada keduanya."

Ibnu Jarir mengemukakan: "Dengan demikian ta'wil (penafsiran) ayat ini sebagai berikut: {