hewan ini masyarakat Kerinci telah melakukan upaya penanggulangan antara lain dengan cara berburu. Berburu dilakukan secara bersama-sama dan periodik
terutama menjelang musim panen.
Untuk jenis kelelawar masyarakat Kerinci mengetahui bahwa hewan ini berguna sebagai pemangsa serangga sehingga sangat penting sebagai kontrol
serangga hama pertanian. Jenis hewan keluang diketahui sebagai pemakan buah sehingga dapat menjadi agen penyebar biji-bijian dan membantu penyerbukan.
Keluang ini dapat memperluas sebaran tumbuh pohon-pohon hutan seperti durian Durio zibethinus, karena menjatuhkan biji-biji buah yang mereka makan jauh
dari induk pohon buah yang dipetiknya.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa dalam mengenal jenis hewan, masyarakat Kerinci sudah dapat mengidentifikasi dan mengetahui
spesies hewan dengan melihat jejak kaki hewan atau tanda-tanda lain yang ditinggalkan oleh hewan tersebut. Mereka dapat mengenali spesies hewan tersebut
dari bekas gigitan, bau khas hewan dan bentuk kotoran hewan. b.
Kelas Insekta
Masyarakat Kerinci telah mengenal sebanyak 18 jenis dari klas serangga insekta sebagaimana pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Spesies-spesies hewan kelas Insekta Nama Ilmiah
Nama Lokal Status
Agrotis ipsilon Ulat tanah
Liar Delias fruhstorferi
Kupu-kupu Liar
Formica ruva Semut merah
Liar Gryllus assimilis
Jangkrik Liar
Heterometrus spinifer Kalajengking
Liar Lasius fuliginosus
Semut hitam Liar
Macrothylacia rubi Ulat bulu
Liar Musca domestica
Lalat Liar
Myrmeleon sp Undur-undur
Liar Neurothemus sp
Capung Liar
Order diptera Nyamuk
Liar Paraponera clavata
Semut api Liar
Periplaneta americana Kecoa
Liar Photuris lucicrescens
Kunang-kunang Liar
Sclopendra morsitans Lipan
Liar Scolopendra morsitans
Kelabang Liar
Trigoniulus corallinus Kaki seribu
Liar Xylocopa latipes
Tawon Liar
Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa semua spesies insekta yang diketahui oleh masyarakat Kerinci berstatus liar yaitu hidup di alam dan belum ada yang
dibudidayakan. Pengetahuan akan spesies-spesies ini baru sebatas kepada identifikasi, manfaat di alam dan habitat tempat hidup spesies hewan tersebut.
Masyarakat belum tertarik untuk mengetahui lebih jauh berkaitan dengan upaya pengembang biakannya. Masyarakat Kerinci mengetahui capung Neurothemis
sp sebagai hewan yang dapat mengendalikan populasi nyamuk, apabila populasi capung meningkat dapat mengurangi populasi nyamuk. Capung adalah hewan
predator yang hidup menyebar luas di hutan, ladang, sawah, sungai, danau dan hingga ke pekarangan rumah masyarakat. Sebagai predator capung berperan
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem terutama dalam dunia pertanian karena ia memakan hama yang mengganggu seperti kutu daun dan wereng. Selain
sebagai pengendali hayati bagi hewan lain, capung juga dapat dijadikan sebagai bio-indikator lingkungan. Capung bertelur di dalam air kemudian menjadi nimfa
serangga yang hidup di dalam air, nimfa capung ini sangat sensitif terhadap pencemaran air, sehingga membantu kita untuk menandai mata air yang masih
bagus atau sudah tercemar.
c. Kelas Aves
Berdasarkan hasil penelitian jumlah spesies kelas aves unggas sebanyak 16 spesies yang terdiri 6 spesies budidaya dan 10 spesies hewan liar Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Spesies-spesies hewan kelas Aves Nama ilmiah
Nama lokal Status
Accipitridae Burung elang
Liar Anas moscha
Bebek Liar
Anas domesticus Itik
Budidaya Anas versicolor
Itik seratientok Budidaya
Bucerottidae Burung rangkong
Liar Copsychus malabaricus
Burung murai Liar
Corvus sp Burung gagak
Liar Cygnus cygnus
Angso Budidaya
Dicrurus leucophaesus Burung srigunting
Liar Gallus domesticus
Ayam kampung Budidaya
Gallus gallus gallus Ayam hutan merah
Budidaya Galus varius
Ayam hutan merah Liar
Lonchura punctulata Burung pipit
Liar Otus magicus
Burung hantu Liar
Passer domesticus Burung gereja
Liar Streptopelia chinensis
Burung tekukur Budidaya
Tabel 5.4 menunjukan bahwa spesies yang sudah dibudidayakan masyarakat Kerinci adalah spesies-spesies yang berguna untuk sumber pangan protein
hewani seperti ayam ras atau ayam kampung Gallus domesticus, bebek Anas moscha, itik Anas domesticus dan entok Anas versicolor. Spesies ini biasanya
diusahakan oleh masyarakat sebagai usaha tambahan baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dijual. Pengusahaan jenis aves budidaya ini biasanya
dilakukan di sekitar pemukiman mereka tinggal.
Sedangkan spesies aves yang bersifat liar seperti berbagai spesies burung antara lain ; burung rangkong, burung hantu, burung murai, burung pipit, burung
gereja, burung gagak dan burung elang belum begitu banyak diketahui oleh masyarakat kecuali sebagai hewan buruan yang dapat diperoleh dari dalam hutan.
Khusus burung elang diketahui sebagai jenis burung pemangsa yang suka
memakan anak ayam ternak mereka sedangkan burung gagak diketahui sebagai pemakan bangkai.
d.
Kelas Pisces
Berdasarkan pengamatan dan informasi di lapangan tercatat 13 spesies ikan yang terdiri dari ikan budidaya 6 jenis dan ikan liar sebanyak 7 spesies Tabel
5.5. Tabel 5.5 Kelas Pisces yang digunakan oleh masyarakat Kerinci
Nama Ilmiah Nama lokal
Status Anabas testudineus
Ikan puyu Liar
Areochrmis mossambicus Ikan mujair
Budidaya Channa stratus
Ikan gabus Liar
Cyirinus carpio Ikan mas
Budidaya Dlarias batrachus
Ikan lele Budidaya
Hampala macrolepidota Ikan barau
Liar Macrones nemurus
Ikan baung Liar
Manopterus albus Belut
Liar Oreochromis niloticus
Ikan nila Budidaya
Osphronemus goramy Ikan gurame
Budidaya Trichogaster trichopterus
Ikan sepat rawa Budidaya
Tor douronesis Ikan semah
Liar Ikan medik
Liar
Dari tabel 5.5 ikan semah Tor douronesis adalah jenis ikan khas Kerinci yang dijadikan ikon bagi masyarakat Kerinci karena selain memiliki rasa yang
enak dan nikmat, ikan semah juga dianggap ikan dewa oleh masyarakat. Ikan ini bersisik dan memiliki bentuk tubuh yang indah seperti ikan arwana sehingga juga
dapat dijadikan sebagai ikan hias Gambar 5.2.
Habitat ikan semah berupa air tawar dengan arus deras seperti Danau Kerinci, Danau Kaco, Danau Gunung Tujuh dan Danau Lingkat. Harga ikan
semah mencapai Rp100 000 per kilonya, satu ekor ikan semah berukuran sedang bisa mencapai 7 – 8 kg, sedangkan yang paling besar pernah ditemui mencapai 15
kg. Keberadaan ikan semah ini semakin sulit dijumpai. Berdasarkan informasi di lapangan sudah dilakukan pengembangbiakan penaburan benih ikan di Danau
Kerinci, namun tingkat keberhasilan hidupnya kecil sehingga ikan ini dinyatakan sebagai jenis ikan langka oleh masyarakat Kerinci. Selain penaburan benih ikan
semah di Danau Kerinci juga dilakukan penaburan benih ikan semah tersebut di kawasan ‘lubuk larangan’ yakni semacam sistem konservasi pelestarian sumber
daya hayati sungai yang dikukuhkan secara adat. Konsep pelestarian lubuk larangan hingga saat ini terbukti dapat membantu melestarikan berbagai sumber
daya hayati sungai khususnya ikan, karena itulah penebaran benih ikan semah dilakukan di kawasan lubuk larangan ini.
Gambar 5.2 Ikan semah Tor douronesis khas Kerinci Khusus untuk lubuk larangan ikan semah terdapat di Pulau Sangkar dan
berfungsi untuk pelestarian populasinya sedangkan lubuk larangan yang terdapat di Dusun Lama Tamiai adalah jenis ikan mas, ikan gurame dan ikan nila. Lubuk
larangan di Dusun Lama Tamiai berguna untuk pengaturan masa panen ikan sehingga bisa dinikmati oleh semua anggota masyarakat. Baik lubuk larangan di
Pulau Sangkar atau lubuk larangan di Dusun Lama Tamiai tidak boleh memanen sesukanya, melainkan diatur oleh adat, pada waktu-waktu tertentu. Selain
penaburan benih ikan semah di lubuk larangan juga telah dilakukan upaya penangkaran ikan semah di Semurup namun tingkat keberhasilan hidup ikan kecil.
Berdasarkan PP No 7 Tahun 1999, ikan semah sudah termasuk spesies ikan yang dilindungi, karena dikhawatirkan populasinya di alam semakin lama semakin
habis dan akhirnya punah.
e. Kelas Reptil
Reptil adalah hewan vertebrata berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi tubuhnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis-jenis reptil yang
diketahui oleh masyarakat Kerinci adalah jenis-jenis yang hidup di sekitar mereka, walaupun mereka tidak memanfaatkan jenis-jenis hewan ini, tapi
masyarakat mengetahui namanya dan menganggap bahwa hewan ini adalah bagian dari alam yang hidup bersama-sama dengan manusia. Prinsip masyarakat
Kerinci adalah ‘jangan mengganggu agar tidak diganggu”, sebagaimana yang disampaikan oleh pemuka adat. Masyarakat Kerinci memahami berbagai jenis
reptil ini sebagai bagian dari alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Jenis- jenis reptil diketahui sebagai pemakan serangga dan menjaga keseimbangan
populasi hewan lain seperti ular yang merupakan hewan pemakan tikus, dapat mengendalikan populasi tikus. Berkurangnya populasi ular menyebabkan
peningkatan populasi tikus sehingga menjadi hama.
Berdasarkan data di lapangan diperoleh sebanyak 9 spesies hewan tergolong kelas reptil dan semuanya berstatus liar Tabel 5.6.