Pendahuluan Integrasi Etnobiologi Masyarakat Kerinci Dalam Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

partisipatif. Teknik pengumpulan data yang bersifat partisipatif terdiri dari wawancara bebas open ended, wawancara berfokus, wawancara mendalam depth interview, wawancara tak terstruktur yang mengikut sertakan interpretasi penelitinya dan Focus Group Discuss FGD. Wawancara dilakukan pada informan kunci key informan yaitu tokoh masyarakat yang terdiri dari ketua adat, kepala kampung dan kepala desa serta anggota masyarakat yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat dengan kriteria tokoh masyarakat. Untuk mendapatkan informan kunci yang tepat didasarkan atas rekomendasi dari tokoh adattokoh masyarakat setempat snowbolling yaitu teknik penentuan informan berdasarkan petunjuk atau penentuan informan awal terhadap seseorang yang dianggap lebih mampu memberikan informasi sesuai kebutuhan penelitian Neuman 2006; Irawan 2006; Creswell 2009. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari satu orang tokoh budaya Kerinci yang bermukim di Kota Sungai Penuh, satu orang ketua adat pada masing-masing lokasi yaitu depati Muara Langkap Tamiai, rio Dusun Baru Lempur dan ninik mamak Dusun Ulu Jernih, , satu orang kepala desa pada masing-masing lokasi yaitu Kepala Desa Dusun Baru Lempur, Kepala Desa Keluru, Kepala Desa Dusun Lama Tamiai dan Kepala Desa Dusun Ulu Jernih, satu orang sekretaris desa pada masing-masing lokasi. Terhadap informan kunci ini dilakukan wawancara mendalam sehingga diperoleh informasi yang akurat. Untuk wawancara bebas dan wawancara berfokus dilakukan terhadap informan yang disarankan oleh informan kunci sehingga didapatkan fakta yang nyata di lapangan.

2.2.4 Analisis Data

Data etnografi yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan wawancara dengan para informan dianalisis secara kualitatif melalui tahapan pengumpulan data, transkrip data, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi dan penyimpulan akhir yang kemudian disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. Analisis data dilakukan di lapangan sesuai dengan konteks atau situasi yang terjadi pada saat data dikumpulkan Neuman 2006; Irawan 2006; Creswell 2009. 2.3 Hasil dan Pembahasan 2.3.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 1 Taman Nasional Kerinci Seblat Taman Nasional Kerinci Seblat TNKS merupakan taman nasional terluas di Sumatera meliputi 4 propinsi yakni Provinsi Jambi 422 190 hektar, Sumatera Barat 353 780 hektar, Bengkulu 310 910 hektar dan Sumatera Selatan 281 120 hektar yang tersebar di 36 kecamatan dalam 9 kabupaten. Secara geografis terletak di jantung pulau Sumatera membentang pada Bukit Barisan Selatan pada posisi 100 31’ sampai 102 44’ Bujur Timur dan 1 73’ hingga 3 26’ Lintang Selatan. Penetapan kawasan konservasi TNKS mencakup lebih dari sebagian wilayah Kabupaten Kerinci 51.2 yang menjadi zona ekslusif TNKS. Suatu keistimewaan wilayah TNKS Kabupaten Kerinci adalah hutan TNKS mengelilingi sepanjang perbatasan kabupaten dengan bagian tengahnya terdapat pemukiman masyarakat Taman Nasional Kerinci Seblat ditunjuk menjadi calon kawasan taman nasional berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 736MentanX1982 tanggal 10 Oktober 1982. Nama Taman Nasional Kerinci Seblat berasal dari dua buah nama gunung yaitu Gunung Kerinci di Provinsi Jambi dan Gunung Seblat di Provinsi Bengkulu. TNKS dinyatakan secara resmi sebagai taman nasional pada tahun 1996 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1 049Kpts-II1992 tanggal 12 November 1992. Kemudian SK Menhut No 192Kpts-II1996 menetapkan luas kawasan TNKS lebih kurang 1 368 000 Ha. Setelah diadakan penataan batas, TNKS secara resmi ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan SK Nomor 901Kpts-II1999 dengan luas 1 375 349.86 Ha. Penetapan TNKS sebagai kawasan pelestarian alam terutama didasarkan atas tingginya keragaman ekosistem serta flora dan fauna yang terkandung di dalamnya. Secara ekologis bentang alam TNKS merupakan kawasan ekosistem asli yang cukup lengkap, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan. Penelitian Loumonier 1994 mengklasifikasikan hutan TNKS menjadi beberapa bagian: hutan dataran rendah lowland forest, hutan bukit hill forest, hutan sub- montana sub-montane forest, hutan montane rendah lower montane forest, hutan montane sedang mid-montane forest, hutan montane tinggi upper montane forest, dan padang rumput sub-alpine subalpine thicket. Pada saat diusulkan menjadi Taman Nasional tahun 1982, TNKS memiliki luas 1.48 juta hektar dengan sekitar 300 000 ha merupakan gabungan 17 kawasan konservasi berupa cagar alam 299 970 ha, suaka margasatwa 368 185 ha yang ditetapkan pada kurun waktu 1978 – 1981; hutan lindung 657 629 ha hasil register tahun 1921 – 1926, serta hutan produksi dan hutan peruntukkan lain 165 866 ha yang sudah dikukuhkan maupun yang masih dalam proses usulan. Kawasan konservasi ini kemudian disatukan agar tidak terputus-putus, yang secara ekologis akan lebih utuh dan mendukung kehidupan satwa-satwa besar WARSI 2001. Kondisi fisiografis kawasan TNKS secara umum terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan bergelombang dan pegunungan dengan puncak mencapai ketinggian lebih dari 2 400 m dpl, didominasi oleh pegunungan Bukit Barisan Selatan yang bersifat vulkan kuarter. Pada kawasan TNKS juga terdapat patahan dan sesar fault yang merupakan daerah rawan bencana geologis. Tipe hutan di kawasan TNKS berdasarkan ketinggiannya berkisar antara 200 hingga lebih 3 000 m dpl terdiri dari beberapa tipe hutan yaitu hutan dataran rendah 200 hingga 800 m dpl; hutan dataran tinggi 800 hingga 1 400 m dpl, hutan pegunungan bawah 1 400 hingga 1 900 m dpl, hutan pegunungan tengah 1 900 hingga 2 400 m dpl, hutan pegunungan atas 2 400 hingga 2 900 m dpl dan sub alpin diatas 2 900 m dpl BBTNKS 2010. 2 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis Kabupaten Kerinci terletak pada posisi 101 08’ – 101 50’ Bujur Timur dan 1 41’ – 2 26’ Lintang Selatan dengan luas kurang lebih 3 808.50 km 2 dan ketinggian tempat antara 450 – 1 500 m dpl. Kabupaten Kerinci berada di sebelah barat Provinsi Jambi yang berjarak ± 450 km dari ibukota propinsi, memiliki batas-batas yaitu sebelah utara dengan Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat, sebelah selatan dengan Kabupaten Sarko Provinsi Jambi