Pemanfaatan Hewan Oleh Masyarakat Kerinci
penyakit diabetes dengan cara menelannya hidup-hidup. Hasil kajian ilmiah membuktikan bahwa sulfonylurea, bahan kandungan yang terdapat dalam undur-
undur ternyata memiliki kinerja yang sama dengan obat diabetes melitus buatan yang kini banyak beredar Kumiasih et al. 2006. Selain obat penyakit diabetes,
undur-undur juga berkhasiat untuk melancarkan peredaran darah, undur-undur mirip dengan cacing tanah dan lintah yang dapat menembus atau menghancurkan
gumpalan-gumpalan pada pembuluh darah sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol pada tubuh Harjana 2011.
Sedangkan cacing tanah Pheretima sp dianggap dapat menyembuhkan penyakit tipus dengan cara menghaluskan cacing hingga menjadi bubuk kemudian
diminum. Hasil penelitian menunjukan bahwa ternyata cacing tanah mengandung enzim lumbrokinase yang dapat menormalkan tekanan darah, selain itu juga
merupakan sumber protein sangat tinggi yang dibutuhkan oleh penderita tipus untuk mengembalikan daya tahan tubuhnya Julendra dan Sofyan 2007. Hasil
kajian ilmiah ini membuktikan bahwa pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci terhadap manfaat capung dan undur-undur adalah benar
secara ilmiah. Pengetahuan ini berasal dari akumulasi pengalaman secara turun temurun dari generasi sebelumnya.
Pada zaman modern sekarang ini, kecendrungan pengobatan tradisional dengan menggunakan sumber daya alam hewan meningkat zooterapi.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa sebanyak 80 dari penduduk dunia lebih dari enam miliar orang terutama bergantung pada obat-
obatan berasal dari hewan dan tumbuhan. Fenomena zooterapi memiliki distribusi geografis yang luas dan asal-usul sejarah yang sangat mendalam. Studi tentang
penggunaan hewan dan bagian-bagian tubuh hewan untuk pengobatan zootherapy tidak sebanyak bila dibandingkan dengan penelitian terhadap
tumbuhan Indrawan 2007.
Dalam masyarakat modern, zooterapi merupakan alternatif penting pengobatan diantara banyak terapi lain yang dikenal dan dipraktekan di seluruh
dunia. Penggunaan hewan ataupun bagian-bagian tubuh hewan baik liar ataupun domestikasi seperti kuku, kulit, tulang, bulu dan taring merupakan bahan
penting dalam tradisi pengobatan. Pengobatan tradisional Cina mencatat lebih dari 1 500 spesies hewan telah digunakan sebagai bahan pengobatan. Di India, 15 – 20
persen dari ayurvedic menggunakan bahan berasal dari hewan sementara di Bathia negara di timur laut Brazil mencatat lebih dari 180 spesies hewan telah digunakan
sebagai bahan obat dan pengobatan Hunn 2011. c.
Hewan Pemangsa Hama dan Pengganggu
Sebagian hewan yang diketahui oleh masyarakat Kerinci dianggap sebagai hewan pemangsa. Adanya hubungan tropik di dalam rantai makanan sudah
dipahami oleh masyarakat. Menurut pengetahuan mereka jika populasi tikus yang mengganggu sawah meningkat itu artinya hewan pemangsa tikus seperti ular
sawah, burung-burung seperti burung elang berkurang.
Dalam pengetahuan masyarakat Kerinci terdapat beberapa jenis hewan liar yang keberadaannya dianggap sebagai hewan pengganggu. Karena keberadaan
hewan ini bersifat mengambil dan mengganggu hasil pertanian mereka. Hewan- hewan tersebut antara lain monyet Macaca fascicularis dan babi hutan Sus
scrofa yang sering mengganggu tanaman jagung, ubi kayu dan tanaman cabe sedangkan tikus sawah Rattus argentivente mengganggu tanaman padi.
Upaya yang dilakukan masyarakat Kerinci untuk menanggulangi hewan pengganggu ini adalah dengan melakukan perburuan. Perburuan hewan ini
biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh kaum laki-laki pada waktu tertentu, terutama pada saat menjelang panen. Perburuan dilakukan adalah untuk
mendapatkan hewan pengganggu dan biasanya dibunuh karena sesuai keyakinan masyarakat, hewan ini termasuk jenis yang haram untuk dimakan. Selain berburu
masyarakat juga melakukan penjagaan yang intensif di ladang pertanian atau di sawahnya terutama menjelang panen bahkan sampai dengan menginap di ladang.
Santosa 2015 menyatakan bahwa terhadap hewan liar yang ketika populasinya mengalami ledakan sehingga danatau telah dianggap sebagai hama
pengganggu oleh masyarakat maka pemanenan adalah mutlak dilakukan. Upaya pemanenan ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan ukuran populasi
pada konteks rantai makanan ekosistem alaminya. Santosa juga menyatakan ada 4 alasan utama mengapa pemanenan hewan liar perlu dilakukan yaitu a sebagai
alat penting dalam managemen populasi, b pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat lokalsekitar, c sebagai sumber pendapatan tunai bagi
masyarakat lokal dan d sebagai wahana rekreasi berburu.