Berdasarkan perawakan, tumbuhan yang dijumpai pada lokasi penelitian terdiri dari terna, pohon, semak, perdu dan liana Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Jumlah spesies tumbuhan berdasarkan perawakan tumbuhan Spesies tumbuhan yang terbanyak adalah perawakan terna yakni sebanyak
62 jenis. Terna adalah tumbuhan yang batangnya lunak karena tidak membentuk kayu, dapat berupa tumbuhan semusim, tumbuhan dwimusim ataupun tumbuhan
tahunan. Beberapa spesies tumbuhan terna antara lain bayam Amaranthus caudatus, spadeh Zingiber officinale, pisang Musa paradisiaca dan bawang
merah Allium cepa.
Secara sederhana masyarakat Kerinci telah mengelompokkan dunia tumbuhan menjadi 2 kelompok yaitu tumbuhan berguna dan tumbuhan yang
belum diketahui kegunaannya. Khusus tumbuhan berguna, mereka telah mengenal jenis pemanfaatan tumbuhan sebagaimana Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Kategori pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat Kerinci
Jenis pemanfaatan Jumlah
spesies Status
Liar Budidaya
Makanan pokok 1
0.42 1
Makanan tambahan a.
Buah-buahan 24
10.25 4
20 b.
Sayuran 29
12.39 7
22 c.
Karbohidrat 8
3.41 4
4 d.
Minuman 2
0.85 2
Bahan pangan lainnya a.
Flavoringperasa 3
1.28 11
b. AromaStimulan
6 2.56
6 c.
Pewarna 2
0.85 2
Bahan materi utama a.
Kayu bahan bangunan 10
4.27 10
b. Kayu bahan bakar
5 2.13
4 1
c. Bahan tali temali
8 3.41
5 3
Bahan peralatanteknologi lokal a. Peralatan rumah tangga
10 4.27
9 1
b. Peralatan pertanian 7
2.99 6
1 c. Peralatan menangkap ikan
2 0.85
2 63
58 56
47
10 Terna
Pohon Semak
Perdu Liana
10 20
30 40
50 60
70
Perawakan tumbuhan Ju
m lah
s p
eci es
Pembungkus makanan 3
1.28 2
1 Bahan materi sekunder
a. Penyubur rambut
2 0.85
2 b.
Bahan kosmetika 3
1.28 2
1 Bahan obat-obatan
200 85.47
143 57
Ritual dan spiritual 3
1.28 3
Tabel ini menunjukkan pemanfaatan tumbuhan paling banyak adalah sebagai bahan obat-obatan yaitu sebanyak 200 spesies 85.47 kemudian diikuti
oleh makanan tambahan 26.90 dan bahan materi utama 9.81. Terdapat beberapa spesies yang memiliki kegunaan lebih dari satu manfaat. Penggunaan
tumbuhan adalah kearifan untuk bertahan hidup dengan memanfaatkan keragaman spesies tumbuhan, baik yang belum dibudidayakan ataupun sudah dengan jumlah
yang terbatas. Setiap spesies memiliki fungsi yang berbeda, sehingga beberapa spesies lebih penting dari spesies yang lain dengan memiliki lebih banyak
manfaat. Cristanche dan Vining, 2004; Garibaldi dan Turner, 2004.
Walaupun sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan telah dibudidayakan, akan tetapi ketergantungan masyarakat pada spesies-spesies liar
masih cukup besar, terutama untuk spesies tumbuhan obat. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang diperoleh bukan dari hasil tanaman manusia, melainkan tumbuh
secara liar baik di hutan atau di sekitar pemukiman masyarakat, tumbuhan budidaya adalah tumbuhan yang sengaja ditanam oleh manusia dan biasanya
dapat dijumpai di sekitar pemukiman atau ladang.
Berdasarkan hasil analisis sebanyak 115 spesies tumbuhan 49.14 adalah tumbuhan yang masih liar. Biasanya spesies-spesies tumbuhan ini hidup di sekitar
ladang dan di dalam hutan wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat seperti akar kuning Coscinium fenestratum, bintung Bischofia javanica, kayu taksus Taxus
sumatrana, kayu pacat Harpullia arborea dan kayu suhin atau surian Toona sureni. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap
keberadaan hutan masih cukup tinggi untuk mendapatkannya. Berkurangnya akses untuk masuk ke dalam hutan TNKS menjadi sebab masyarakat semakin
sulit untuk mendapatkan berbagai spesies tumbuhan tersebut. 1
Keanekaragaman spesies tumbuhan sebagai bahan pangan
Masyarakat Kerinci dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan diperoleh dari hasil bertani perladangan dan persawahan dan hasil meramu dan memanen
hasil hutan di sekitar mereka tinggal. Sebagai kelompok masyarakat yang kebutuhan bahan pangannya tergantung dari hasil pertanian dan hasil meramu
mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang keanekaragaman spesies tumbuhan bahan pangan baik spesies budidaya maupun non budidaya. Hal ini
menjadikan masyarakat Kerinci berusaha untuk membudidayakan berbagai spesies tanaman pangan agar dapat terpenuhi kebutuhan pangannya. Masyarakat
Kerinci telah mampu menyediakan bahan pangannya sendiri swasembada pangan dengan membudidayakan berbagai spesies tanaman di ladang mereka.
Berdasarkan hasil penelitian, keanekaragaman spesies tumbuhan bahan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kerinci terdiri dari bahan makanan
pokok 1, tambahan karbohidrat dan biji 8, sayuran 29, buah-buahan 24, flavoringperasa 3, aromastimulan 6 dan bahan minumanpenyegar 2.
a. Tumbuhan penghasil makanan utama
Keanekaragaman spesies tumbuhan bahan pangan dapat dibedakan atas makanan utama dan bahan makanan sumber karbohidrat lainnya. Padi Oryza
sativa adalah spesies tumbuhan penghasil makanan pokok bagi masyarakat Kerinci. Selain padi terdapat 8 spesies tumbuhan sebagai penghasil sumber
karbohidrat berupa umbi-umbian, biji-bijian dan kacang-kacangan, sebagaimana pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Spesies tumbuhan sebagai makanan pokok dan sumber karbohidrat
Nama Ilmiah Famili
Bagian yang dimanfaatkan
Diperoleh dari Oryza sativa
Poaceae Biji
Budidaya Arachis hypogea
Fabaceae Biji
Budidaya Colocasia esculenta
Araceae Umbi
Liar Ipomoea batatas
Convolvulaceae Umbi
Budidaya Manihot esculenta
Euphorbiaceae Umbi
Budidaya Solanum tuberosum
Solanaceae Umbi
Budidaya Vigna radiata
Fabaceae Biji
Budidaya Vigna angularis
Fabaceae Biji
Budidaya Zea mays
Poaceae Biji
Budidaya
Tabel 3.7 menunjukkan bahwa padi Oryza sativa sebagai makanan pokok bagi masyarakat Kerinci. Varietas padi yang ditanam adalah padi lokal yaitu padi
payo atau padi tinggi dengan masa panen 1 kali dalam setahun, 7 bulan masa tanam dan 5 bulan masa bera. Seiring dengan pertumbuhan dan pertambahan
penduduk, sebagian masyarakat sudah beralih kepada padi varietas unggul dengan masa panen 2 hingga 3 kali dalam setahun yang dikembangkan oleh pemerintah
melalui program intensifikasi pertanian. Salah satu masyarakat yang masih mempertahankan jenis padi lokal adalah masyarakat Dusun Baru Lempur
Kecamatan Gunung Raya. Varietas padi lokal masih dipertahankan karena menurut mereka, jenis padi payo memiliki rasa yang lebih enak dan khas, daya
adaptasi yang tinggi, tahan hama dan penyakit serta pemeliharaan yang relatif lebih mudah.
Selain itu mereka telah memiliki pengetahuan terhadap spesies-spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat melengkapi
makanan pokok pada saat paceklik seperti jagung Zea mays, ubi jalar Ipomoea batatas dan ubi kayu Manihot esculenta dan taleh Colocasia esculanta.
Berdasarkan informasi dari narasumber menyebutkan bahwa spesies-spesies tumbuhan ini belum digunakan oleh masyarakat Kerinci sebagai makanan
pengganti makanan pokok, melainkan dijadikan sebagai makanan tambahan karena keberadaan makanan pokok yakni padi masih cukup. Terdapat satu spesies
berasal dari tumbuhan liar, yang dapat ditemukan di sekitar ladang dan dalam hutan yaitu taleh Colocasia esculenta. Walaupun spesies ini belum
dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat oleh masyarakat Kerinci namun dapat menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan saat paceklik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Turner et al. 2011, bahwa tumbuhan liar dapat berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan pangan, survival dan keberlanjutan pengetahuan
ekologi tradisional.
Berbeda dengan masyarakat Yamdena di Kepulauan Tanimbar yang memiliki makanan pokok tidak hanya satu jenis saja, melainkan beberapa jenis
tumbuhan tergantung kepada musim dan ketersediaannya di alam. Purwanto 2004 menyebutkan bahwa masyarakat Yamdena tidak memiliki makanan pokok
yang berasal dari satu spesies saja seperti nasi, jagung atau sagu, melainkan memiliki beberapa makanan utama yang digunakan secara bergantian sesuai
dengan masa panen dari spesies-spesies tanaman seperti Dioscorea alata, Zea mays, Dieocorea esculenta, Manihot esculenta dan sebagainya.
b.
Tumbuhan penghasil buah-buahan
Masyarakat Kerinci telah mengenal berbagai spesies tumbuhan sebagai buah-buahan. Berdasarkan pengetahuan masyarakat Kerinci, terdapat 24 spesies
tumbuhan yang termasuk kelompok buah-buahan, terdiri atas 20 tanaman yang sudah dibudidayakan dan 4 tumbuhan non budidaya sebagaimana disajikan pada
Tabel 3.8. Sebagian besar dari spesies buah-buahan ini pemanfaatannya adalah bersifat subsisten artinya untuk dikonsumsi sendiri pemenuhan kebutuhan rumah
tangga dan hanya beberapa spesies yang bersifat komersil. Spesies tumbuhan buah-buahan ini dalam perkembang biakannya sudah memperoleh campur tangan
manusia baik secara sengaja ataupun tidak disengaja. Secara sengaja yang dimaksud adalah petani sengaja menanam jenis-jenis tersebut baik di pekarangan
atau di ladang dengan pemeliharaan yang baik. Sedangkan yang dimaksud dengan tidak sengaja adalah dengan membuang sembarangan biji-biji dari buahan
tersebut ketika selesai memakannya
Tabel 3.8 Spesies tumbuhan yang dikonsumsi sebagai buah-buahan
Nama Latin Famili
Nama lokal Status
Ananas comosus Bromeliaceae
Nanas S, B
Artocarpus heterophyllus Moraceae
Temedaik S, B
Averrhoa carambola Oxalidaceae
Belimbing S, B
Carica papaya Caricaceae
Sampilo S, K, B
Citrus maxima Rutaceae
Limau padang S, K, B
Citrus aurantifolia Rutaceae
Limau kapeh S, K, B
Citrus reticulata Rutaceae
Limau manis S, K, B
Durio zibethinus Malvaceae
Durian S, B
Garcinia mangostana Clusiaceae
Manggis S, K, L
Mangifera indica Anacardiaceae
Mplaw S, K, L
Mangifera odorata Anacardiaceae
Namacaw S, L
Manilkara zapota Sapotaceae
Sawosaos S, B
Musa balbisiana var. Brachycarpa
Musaceae Pisang kematu
S, B Musa paradisiaca
Musaceae Pisang
S, B Musa sp .
Musaceae Pisang manis
S, B Nephelium lappaceum
Sapindaceae Rambutan
S, B Persea americana
Lauraceae Pokat
S, B Psidium guajava .
Myrtaceae Jambu krehh
S, B Salacca sp
Arecaceae Salak rimbo
S, L
Salacca zalacca Arecaceae
Salak S, K, B
Spondias pinnata Anacardiaceae
Kedondong S, B
Syzigium pycnanthum Myrtaceae
Jambu ayie S, B
Szygium malaccense Myrtaceae
Jambu jambak S, B
Keterangan : S = subsisten, K = komersil, B = budidaya, L = non budidaya
Gambar 3.4 Siklus pengenalan spesies tumbuhan baru oleh masyarakat hutan Rachman 2006
Menurut Rachman 2006, lahirnya pengetahuan baru akan suatu spesies tumbuhan berguna bagi masyarakat sekitar hutan adalah melalui faktor yang tidak
disadari, melalui uji coba yang berulang kali dan dikembangkan secara turun temurun membutuhkan waktu yang cukup lama hingga akhirnya dapat diterima
sebagai sesuatu kebenaran bagi generasi sesudahnya. Adanya awal evolusi hutan- pertanian yang ditunjukan oleh perubahan habitat-ekosistem akibat adanya
campur tangan manusia atau aktivitas manusia terhadap hutan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.4.
c. Tumbuhan penghasil bahan sayuran
Berdasarkan inventarisasi keanekaragaman tumbuhan sebagai sayuran terdapat 29 spesies terdiri dari 20 spesies tanaman budidaya dan 9 spesies
tumbuhan liar. Ketersediaan berbagai spesies tumbuhan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kerinci tidaklah kekurangan bahan pangan untuk keperluan
hidup sehari-hari. Hal ini selain sangat menguntungkan bagi masyarakat, disisi lain dapat memberi pengaruh yang besar terhadap semangat kerja masyarakat
Kerinci dalam mengembangkan kekayaan sumber daya alam hayati tumbuhan tersebut. Sebagaimana halnya yang terjadi pada masyarakat Dayak di Kalimantan,
ketersediaan sumber daya alam hayati tumbuhan di sekitar mereka telah menyebabkan etos kerja mereka menurun, sehingga hal ini dapat menyebabkan
sumber daya alam tumbuhan tersebut semakin berkurang bahkan sebagian menjadi semakin sulit dijumpai Purwanto 2004.
Makan buah hutan
Membuang biji sambil
jalan pulang
Biji berkecambah
dan tumbuh Trial and error
memilih buah hutan
Secara tak sengaja
melakukan seleksi
Pengetahuan baru spesies
buahan