Tingkat Pengetahuan Etnobotani Masyarakat Kerinci
Gambar 3.11 Perbandingan tingkat pengetahuan etnobotani menurut kelas umur pada ketiga lokasi penelitian Mg= tingkat pengetahuan etnobotani
Gambar diatas menunjukkan bahwa pada kelas umur yang sama terdapat perbedaan tingkat pengetahuan etnobotani masyarakatnya. Dusun Baru Lempur
dengan karakteristik masyarakat yang hampir 100 berasal dari suku Kerinci, memiliki tingkat pengetahuan etnobotani yang paling tinggi pada setiap kelas
umur. Sedangkan masyarakat Dusun Ulu Jernih memiliki tingkat pengetahuan etnobotani paling rendah diantara ketiga lokasi. Hasil ini membuktikan bahwa
perbedaan karakteristik sosial budaya masyarakat mempengaruhi tingkat pengetahuan etnobotani masyarakat Kerinci. Masyarakat di Dusun Baru Lempur
merupakan masyarakat asli yang sudah ‘bertungkus lumut’ dengan alam lingkungannya sehingga memahami sumber daya alam yang berada di tempat
mereka. Masyarakat Dusun Baru Lempur sudah berinteraksi dengan hutan dan sumber daya alam tumbuhan setempat dalam kehidupannya sehari-hari dan
bahkan sudah turun temurun dan mempunyai pengetahuan lokal tentang sumber dayatumbuhan tersebut.
Hasil yang sama ditunjukan oleh Parrota et al.2009, yang menyatakan bahwa berbagai faktor antara lain perluasan globalisasi, pengembangan
infrastruktur, pertanian, pariwisata, intervensi pembangunan pasar serta kebijakan dan peraturan pemerintah yang telah menyebabkan menurunnya minat kearifan
tradisional, pengetahuan lokal dan gaya hidup pada generasi muda Parrota et al. 2009. Selain itu perpindahan masyarakat lokal ke tempat lain telah
menghilangkan pengetahuan pengobatan pada generasi mudanya Oliver 2013. Terjadinya perubahan budaya pada masyarakat juga berpengaruh nyata terhadap
tingkat pengetahuan etnobotani masyarakatnya Alfredo et al. 2013 .
Berdasarkan hasil analisis statistika dengan Kruskal Walis test, perbedaan KU menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai Assymp.sig =0.000 yang
lebih kecil dari taraf uji nyata 0.05. Kesimpulan dari pengujian ini adalah bahwa perbedaan usia berpengaruh nyata terhadap tingkat pengetahuan etnobotani
artinya perbedaan kelas umur akan selalu menyebabkan perbedaan tingkat pengetahuan, dimana semakin bertambah umur maka tingkat pengetahuannya
akan tinggi.
Pei et al. 2009, tingkat pengetahuan etnobotani yang dimiliki oleh suatu masyarakat dapat menjadi indikator pengelolaan sumber dayahutan dan
0,2 0,4
0,6 0,8
1 1,2
V 70
IV 55 - 69
III 40 - 54
II 25 - 39
I 24
Kelas Umur KU N
i l
a i
M g
Kelas Umur tahun Dusun Baru Lempur
Dusun Lama Tamiai Dusun Ulu Jernih
pemanfaatan yang berkelanjutan. Tingkat pengetahuan yang tinggi menunjukkan pengelolaan sumber dayahutannya baik. Hal ini ditunjukan oleh pengelolaan
sumber daya hutan masyarakat Dusun Baru Lempur lebih baik dibandingkan dua dusun lainnya. Penurunan tingkat pengetahuan etnobotani menunjukkan
hubungan yang signifikan dengan tingkat kerusakan kawasan hutan pada ketiga lokasi penelitian.
2 Tingkat Pengetahuan Etnobotani Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil analisis rata-rata tingkat pengetahuan etnobotani Mg masyarakat Kerinci berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki tingkat
pengetahuan Mg=0.669 lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan Mg=0.591 Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Perbandingan tingkat pengetahuan etnobotani berdasarkan jenis kelamin pada ketiga lokasi Mg= tingkat pengetahuan etnobotani
Gambar 3.12 menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan etnobotani laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini diduga
karena laki-laki sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah keluarga sehingga secara umum lebih sering pergi ke hutan untuk bekerja dibandingkan
kaum perempuan. Selain intensitas yang tinggi dalam berinteraksi dengan hutan, laki-laki juga menduduki jabatan penting dan aktif dalam organisasi adat dan
pemerintahan. Namun berdasarkan hasil penghitungan tingkat pengetahuan etnobotani laki-laki dan perempuan masyarakat Dusun Baru Lempur
menunjukkan tingkat yang sama. Hal ini diduga karena faktor peran kaum perempuan yang cukup tinggi mengingat sistem kekerabatan yang dianut
matrilinial menurut garis keturunan ibu.
Berdasarkan uji Man-Whitney test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pengetahuan laki-laki dan tingkat pengetahuan
perempuan yang ditunjukan oleh nilai Z= -1.394. Kesimpulan dari pengujian ini adalah bahwa perbedaan jenis kelamin tidak selalu menyebabkan perbedaan
tingkat pengetahuan. 3.3.6 Retensi Pengetahuan Etnobotani Masyarakat Kerinci
Retensi pengetahuan etnobotani adalah kemampuan masyarakat untuk menyimpan pengetahuan etnobotani yang dimilikinya Zent 2009. Penurunan
retensi lambat laun dapat menyebabkan pengetahuan etnobotani masyarakat
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7 0,8
Dusun Baru Lempur
Dusun Lama Tamiai
Dusun Ulu Jernih Lokasi penelitian
N i
l a
i M
g Laki-laki
Perempuan
Kerinci berkurang. Jika hal tersebut terjadi secara cepat dan dalam intensitas yang besar maka pengetahuan etnobotani masyarakat Kerinci akan punah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa berdasarkan nilai indeks rata-rata perubahan pengetahuan etnobotani CA pada ketiga lokasi penelitian, responden
yang paling baik dalam menyimpan pengetahuan adalah responden yang berada pada KU IV sedangkan KU V berada dibawahnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Mg pada KU IV yang lebih tinggi daripada KU lainnya yaitu sebesar 0.806 Tabel 3.27.
Tabel 3.27 Perubahan pengetahuan etnobotani rata-rata masyarakat Kerinci KU
MG RG
log RG RC
CA
V
0.794 1.000
0.000 1.000
0.000
IV
0.806 1.015
0.007 1.015
0.001
III
0.667 0.828
-0.082 0.828
-0.011
II
0.578 0.867
-0.062 0.867
-0.009
I
0.283 0.490
-0.310 0.490
-0.034 Keterangan : Mg indeks pengetahuan etnobotani, RG tingkat retensi, RC tingkat retensi
komulatif, CA perubahan pengetahuan setiap tahun, KU I 24 tahun, KU II 25 – 39 tahun, KU III 40 – 54 tahun, KU IV 55 – 69 tahun, KU V 70 tahun
Tabel 3.27 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan pengetahuan tahunan CA pada KU IV sebesar 0,001. Nilai positif menunjukkan terjadinya
peningkatan pengetahuan dari KU V ke KU IV. Hasil ini menunjukkan bahwa KU IV memiliki kemampuan menyimpan yang paling tinggi dibandingkan
dengan KU lainnya. Sedangkan perubahan pengetahuan tahunan CA untuk KU III, KU II dan KU I menunjukkan nilai negatif yang artinya terjadi penurunan
rata-rata perubahan tahunan terhadap pengetahuan etnobotani Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Perubahan pengetahuan etnobotani rata-rata tahunan masyarakat Kerinci berdasarkan KU
Reponden KU IV juga memiliki nilai RG yang paling tinggi yaitu 1.015. Hal ini terbukti dari kemampuan responden untuk menyebutkan tumbuhan dalam
jumlah yang lebih banyak daripada responden KU lainnya. Tingkat retensi paling rendah ditunjukan oleh KU I yaitu dengan nilai RG sebesar 0.490 Tabel 3.28.
Pada umumnya responden hanya mampu menyebutkan nama-nama spesies tumbuhanyang diketahui dan kurang mengetahui ciri-ciri, manfaat dan ekologi
dari masing-masing tumbuhan yang mereka ketahui. Selain itu mereka juga mengetahui jenis-jenis yang kebanyakan tumbuh di pekarangan dan sedikit yang
-0,040 -0,035
-0,030 -0,025
-0,020 -0,015
-0,010 -0,005
0,000 0,005
V 70
IV 55 - 69
III 40 - 54
II 25 - 39
I 24
pe ruba
ha n
t ahuna
n
kelas umur
berasal dari hutan. Responden KU ini juga kurang mampu menjelaskan sosiokultural terkait pengelolaan hutan. Kondisi ini disebabkan karena mereka
belum banyak terlibat dalam kegiatan pengelolaan serta pada umumnya mereka belum menikah sehingga berdampak pada rendahnya tanggung jawab untuk
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tabel 3.28 Perubahan pengetahuan etnobotani di ketiga lokasi penelitian
Dusun Baru Lempur Kelas umur
MG RG
log RG RC
CA V
0.983 1.000
0.000 1.000
0.000 IV
0.900 0.915
-0.038 0.915
-0.006 III
0.767 0.852
-0.069 0.780
-0.015 II
0.650 0.847
-0.072 0.661
-0.023 I
0.333 0.513
-0.290 0.339
-0.044 Dusun Lama Tamiai
Kelas umur MG
RG log RG
RC CA
V 0.850
1.000 0.000
1.000 0.000
IV 0.830
0.976 -0.010
0.976 -0.002
III 0.750
0.904 -0.044
0.882 -0.008
II 0.600
0.800 -0.097
0.706 -0.020
I 0.300
0.500 -0.301
0.353 -0.043
Desa Ulu Jernih Kelas umur
MG RG
log RG RC
CA V
0.550 1.000
0.000 1.000
0.000 IV
0.650 1.182
0.073 1.182
0.012 III
0.550 0.846
-0.073 1.000
0.000 II
0.483 0.878
-0.056 0.878
-0.008 I
0.217 0.449
-0.347 0.395
-0.040 Keterangan : Mg indeks pengetahuan etnobotani, RG tingkat retensi, RC tingkat retensi
komulatif, CA perubahan pengetahuan setiap tahun, KU I 24 tahun, KU II 25 – 39 tahun, KU III 40 – 54 tahun, KU IV 55 – 69 tahun, KU V 70 tahun
Tabel 3.28 memperlihatkan bahwa responden dari KU V pada Dusun Baru Tamiai dan Dusun Lama Tamiai memiliki nilai RG tingkat retensi atau
kemampuan menyimpan pengetahuan etnobotani yang tertinggi dan dianggap sebagai KU yang menguasai etnobotani masyarakat Kerinci. Pengalaman yang
dimiliki oleh KU V lebih banyak dibandingkan dengan KU lainnya, selain juga responden KU V hidup pada periode yang lebih lama dimana masih tersedia lebih
banyak tumbuhan dibandingkan saat melakukan penelitian. Sehingga banyak dari jenis-spesies tumbuhanyang oleh KU V dapat dimakan sedangkan KU lainnya
menganggap bahwa tumbuhan tersebut tidak bisa dimakan.
Nilai RG pada Dusun Ulu Jernih Kecamatan Gunung Tujuh tertinggi pada KU IV RG = 1.182. Hal ini disebabkan responden KU V Dusun Ulu Jernih
sudah berusia lanjut dan mulai lupa, selain itu juga disebabkan karena mereka adalah pendatang. Sehingga akumulasi pengetahuan dan pengalaman hidup
mereka di daerah baru belum banyak dan mereka terlanjur tua.
Berdasarkan RG rata-rata dari ketiga lokasi menunjukkan bahwa KU II memiliki tingkat retensi yang paling tinggi dibanding KU lainnya Tabel 3.28.
Hal ini disebabkan karena KU II merupakan usia muda yang sedang mengalami proses pengembangan pengetahuan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Berk 2006
bahwa perkembangan dan pengetahuan itu bersifat dinamis dan akan bertambah seiring dengan pengalaman yang dijalani.
Gambar 3.14 Perubahan pengetahuan etnobotani tahunan masyarakat Kerinci berdasarkan kelas umur
Gambar 3.14 menunjukkan bahwa terjadi penurunan dalam proses menyimpan pengetahuan etnobotani masyarakat Kerinci. Kecendrungan negatif
yang ditunjukan oleh perubahan pengetahuan etnobotani antar KU yang terjadi pada masyarakat Kerinci mengindikasikan bahwa proses pewarisan pengetahuan
masih terjadi secara baik. Adanya pengaruh dari dalam diri individu dan dari luar dapat menyebabkan penurunan retensi pengetahuan etnobotani yang pada
akhirnya akan mengakibatkan perubahan tingkat pengetahuan Zent 2009.
Pengaruh dari luar seperti perluasan globalisasi, pengembangan infrastruktur, pertanian, pariwisata, intervensi pembangunan pasar serta kebijakan
dan peraturan pemerintah sehingga mempengaruhi minat kearifan tradisional, pengetahuan lokal dan gaya hidup pada generasi muda Parrota et al. 2009;
berkurangnya luas kawasan hutan Liu 2007, penjajahan dan perpindahan masyarakat lokal ke tempat lain Oliver 2013.
Secara umum perubahan pengetahuan yang terjadi masih berada pada tingkat yang rendah CA 0,1 kecuali di Dusun Ulu Jernih dimana nilai CA
0.1 yaitu 0.12. Tingginya perubahan pengetahuan mengindikasikan bahwa sistem pewarisan pengetahuan tradisional tidak berlangsung baik dan dikhawatirkan akan
hilang. Sedangkan perubahan pengetahuan tahunan di Dusun Baru Lempur dan Dusun Lama Tamiai memiliki CA 0.1. Rendahnya nilai perubahan pengetahuan
pada masing-masing KU mengindikasikan bahwa sistem pewarisan pengetahuan tradisional masih berlangsung. Sistem pewarisan pengetahuan tradisional dinilai
baik karena dilakukan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini.
Sistem pewarisan dapat berupa penjelasan lisan terkait pemanfaatan tumbuhan, pengetahuan berladang dan pengelolaan hutan. bentuk kegiatan yang
-0,050 -0,040
-0,030 -0,020
-0,010 0,000
0,010 0,020
V IV
III II
I
P er
uba ha
n t ahuna
n C
A
Kelas umur Dusun Baru Lempur
Dusun Lama Tamiai Dusun Ulu Jernih
dilakukan misalnya dengan mengajak anak secara langsung untuk pergi ke ladang, orang tua menjelaskan berbagai hal yang ditemukan di tempat tersebut. Juga
dengan mengajak anak ke ladang, anak bisa melihat dan mengamati secara langsung proses berladang orang tuanya dan mereka mengingatnya untuk
kemudian waktu. Proses pewarisan pengetahuan demikian, sama halnya dengan proses pewarisan pengetahuan pada masyarakat adat di tempat lain.
Kurnia dan Sihabudin 2010 menyebutkan bahwa proses pewarisan pengetahuan terhadap generasi muda suku Baduy di Provinsi Banten berlanjut
melalui tradisi lisan yang disampaikan oleh orang tua dan tokoh adat. Reyes- Garcia 2006 juga menyatakan bahwa proses pewarisan pengetahuan pada
masyarakat adat Tsimane di Bolivia memiliki tiga cara pewarisan yaitu dari keluarga orang tua kepada anak, dari beberapa individu kepada individu lainnya
yang ada pada satu generasi dan dari generasi tua bukan keluarga kepada generasi yang ada di bawahnya. Hasil penelitian Reyes – Garcia juga menyatakan
terjadi transmisi atau pewarisan budaya itu dibedakan atas transmisi vertikal dan transmisi horizontl. Transmisi vertikal adalah proses pewarisan dari orang tua
kepada anak, atau dari orang tua lainnya kepada generasi yang lebih muda. Sedangkan transmisi horizontal adalah proses pewarisan yang dilakukan pada
kumpulan teman sebaya satu cohort. Hasil penelitian pada masyarakat adat Tsimane ini menunjukkan bahwa proses pewarisan horizontal memiliki nilai yang
lebih baik dibandingkan proses vertikal.
Namun berdasarkan hasil analisis data terhadap perubahan pengetahuan masyarakat Kerinci pada kelas umur yang sama di ketiga lokasi menunjukkan
bahwa pada setiap kelas umur, Dusun Baru Lempur memiliki tingkat retensi CA yang paling tinggi dan Dusun Ulu Jernih yang terendah Gambar 3.15.
Gambar 3.15 Perubahan pengetahuan etnobotani pada kelas umur yang sama di ketiga lokasi penelitian
Hasil menunjukkan bahwa tingkat retensi atau kemampuan menyimpan
pengetahuan etnobotani berbeda pada setiap kelas umur. Tingkat retensi rata-rata tertinggi berada pada kelas umur IV, kemudian menurun terhadap kelas umur
yang lebih muda. Tingkat retensi juga berbeda pada kelas umur yang sama di ketiga lokasi penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik
sosial budaya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk menyimpan pengetahuan etnobotani . Hasil yang sama juga dinyatakan oleh Reyes-Garcia
2013 pada masyarakat Zimbabwe dan Hidayati 2013 pada masyarakat Baduy, Banten.
-0,050 -0,040
-0,030 -0,020
-0,010 0,000
0,010 0,020
V IV
III II
I
P er
uba ha
n t ahuna
n C
A
Kelas Umur Dusun Baru Lempur
Dusun Lama Tamiai Dusun Ulu Jernih