bukan menunjukkan bahwa masyarakat lokal selalu harmoni dengan alam, namun mereka juga dapat menyebabkan kerusakan hutan dan sumber daya.
Namun kerusakan yang disebabkan oleh kelompok-kelompok masyarakat lokal kurang berpengaruh pada ekosistem dibandingkan besarnya kerusakan yang
disebabkan akibat aktifitas pertambangan, penebangan oleh HPH, dan migran yang tidak familiar dengan ekosistem setempat Aththorick 2012.
Pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci terhadap sumber daya alam mengindikasikan bahwa mereka memiliki sistem pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungannya dengan cukup baik . Sistem-sistem pengelolaan sumber daya seperti pada masyarakat Kerinci dapat dijumpai pada hampir
seluruh daerah di Indonesia, seperti pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat Dayak Benuaq di Kutai Barat Hendra 2009, sistem pengelolaan
kebun damar yang disebut repong damar di Krui, sistem kebun pepohonan yang disebut parak di Sumatera Barat, sistem kebun talun di Jawa Barat, sistem
tembawang di Kalimantan Barat Foresta et al. 2000 dan berbagai jenis pengelolaan hutan adat suku Baduy dan suku Naga di Jawa Barat Iskandar
1992. Sistem-sistem tersebut terbukti mampu telah melestarikan sumber daya alam hayati di wilayah adatnya.
Peranan berbagai kebun hutan yang telah dikembangkan banyak masyarakat tradisional sangat penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati,
mengingat dari kawasan semacam ini dilindungi berbagai jenis sumber dayahayati seperti sumber daya pohon untuk bahan konstruksi, pohon buah-buahan,
bahan sayuran, bahan obat-obatan, bahan baku kerajinan, bahan racun, bahan pewarna serta sumber daya hewani, beserta fungsinya yang ikut melindungi
berbagai satwa liar seperti primata, burung, reptil dan mamalia. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa akses kolektif terhadap sumber dayatidak selamanya
menyebabkan kerusakan lingkungan. Bahkan, tidak sedikit sumber daya milik komunal yang dikelola secara profesional oleh komunitas lokal yang
terintegrasi ke dalam aspek ekologi dan kondisi sosial , ekonomi dan budaya yang sesuai.
6.1.4 Konsep Sikap Masyarakat Kerinci terhadap Konservasi
Pembahasan bab-bab sebelumnya menunjukan bahwa masyarakat Kerinci memiliki pengetahuan yang baik terhadap sumber daya alam hayati dan
lingkungan mereka tinggal. Pengetahuan yang telah mereka miliki menjadi stimulus alamiah yang kuat dalam melakukan tindakan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya
alam. Pemanfaatan dari sumber daya tersebut menjadikan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama kebutuhan bahan pangan dan
obat-obatan alami. Pemenuhan kebutuhan ini merupakan stimulus manfaat bagi masyarakat untuk senantiasa meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Pengaturan dalam pemanfaaan dan pengelolaan sumber daya yang berlandaskan kepada nilai-nilai yang mereka anut nilai adat dan nilai agama telah menjadikan
masyarakat Kerinci menjadi arif dalam pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan yang arif ini dapat menjadikan sumber daya lestari dan
menghasilkan secara berkelanjutan.
Sikap masyarakat Kerinci terhadap konservasi diimplementasikan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungannya. Sikap ini
tidak terlepas dari nilai-nilai yang telah mereka anut. Sistem nilai yang menjadikan alam terkembang jadi guru dan filososfi-filosofi adat yang mereka
anut menunjukkan bahwa masyarakat Kerinci memiliki kearifan dalam mengelola sumber daya alam yang berada di sekitar mereka. Sebagaimana Zuhud
2007 menyatakan bahwa sistem nilai yang dianut suatu kelompok masyarakat adalah merupakan stimulus bagi mereka untuk bertindak.
Menurut Zuhud 2007 konsep Tri Stimulus Amar Konservasi adalah merupakan pendorong utama sikap dan aksi konservasi terdiri dari 3 kelompok
utama yaitu stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus religiusrela. Ketiga kelompok stimulus ini tidak dapat dipisah dan harus telah mengkristal menjadi
satu kesatuan sebagai stimulus kuat penggerak, pendorong dan pembentuk sikap perilaku konservasi di dunia nyata. Stimulus sikap masyarakat Kerinci dapat
dilihat pada Gambar 6.4. Gambar 6.4 Konsep Tri Stimulus Amar Konservasi masyarakat Kerinci
Dimodifikasi dari Zuhud 2007 Gambar 6.4 menunjukan bahwa masyarakat Kerinci sebagai salah satu
masyarakat yang telah berdiam secara turun temurun disekitar hutan telah melakukan aksi konservasi berlandaskan kepada tri stimulus amar konservasi.
Stimulus alamiah adalah ransangan-ransangan atau signal yang ditimbulkan secara alami dan menjadi penyebab untuk masyarakat melaksanakan suatu aksi
konservasi. Stimulus manfaat artinya, ransangan-ransangan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakanperbuatan karena merasakan manfaat dari
tindakan tersebut. Stimulus rela religi adalah kerelaan atau keikhlasan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan keyakinan, kepercayaan atau adat
budaya, sehingga menjadikannya sebagai suatu keyakinan yang harus diperbuat.
Stimulus alami Stimulus manfaat
Stimulus relareligi
Masyarakat Kerinci
Pengetahuan etnobiologi yang mereka miliki
Alam terkembang jadi guru
Kemandirian dalam sumber bahan pangan
dan obat-obatan alami, Adat bersendi syarak,
syarak bersendi kitabullah.
Sikap Konservasi