Tumbuhan sebagai penghasil stimulan

Penggunaan kantong semar sebagai pembungkus dilakukan pada saat-saat tertentu seperti upacara adat ‘kenduri sko’. Pemungutan kantong semar dilakukan di dalam hutan dengan tidak memungut yang masih muda dan dilakukan dengan menggunakan parang atau gunting pada saat mengambilnya. Hal ini dimaksudkan agar kantong semar yang masih muda masih bisa tetap tumbuh dan berkembang sedangkan penggunaan gunting atau parang dimaksudkan agar guncangan saat mengambil tidak memberi efek stress pada bunga yang tidak diambil sehingga masih bisa tumbuh dengan baik. Nephentes atau kantong semar ini merupakan tumbuhan tropis yang dapat menjadi indikator iklim, memiliki banyak manfaat antara lain sebagai tanaman hias, cairan yang ada di dalam kantong tertutup dapat digunakan sebagai obat batuk , air rebusan akar dan cairan dalam kantong juga berguna sebagai obat sakit perut. Eksploitasi Nephentes menyebabkan keberadaannya di alam semakin sedikit sehingga termasuk tumbuhan yang dilindungi menurut undang-undang berdasarkan Peraturan Pemerintah No 71999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwaliar. Namun berdasarkan informasi narasumber dan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Nephentes masih cukup banyak di habitat aslinya. Selain karena kearifan dalam cara panen, waktu panennya juga menjadi sebab keberadaannya di alam dapat bertahan dan berkelanjutan. Penggunaan Nephentes sebagai kancung beruk hanya pada waktu-waktu tertentu seperti kenduri adat menjadi sebab keberadaannya di alam dapat bertahan dan berkelanjutan lestari. h. Tumbuhan sebagai bahan pewarna makanan Masyarakat Kerinci telah mengenal bahan pewarna makanan secara alami yang berasal dari tumbuhan. Spesies tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan pewarna makanan adalah pandan Pandanus immerus yaitu dengan menumbuk daun pandan, kemudian diperas dan diambil airnya. Pandan memberikan warna hijau pada makanan. 2 Keanekaragaman spesies tumbuhan sebagai bahan materi utama Termasuk ke dalam kelompok pemanfaatan bahan materi utama adalah kayu bahan bangunan dan konstruksi, kayu bahan bakar, bahan serat tali temali, tenun, bahan pakaian, bahan kerajinan utama atau teknologi tradisional serta kulit kayu sebagai wadah atau konstruksi.

a. Tumbuhan untuk bahan bangunan dan konstruksi

Masyarakat Kerinci telah mengenal berbagai spesies kayu yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan dan konstruksi. Kayu dapat diperoleh dari dalam hutan sekitar mereka tinggal. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Kerinci biasanya dilakukan apabila ingin mendirikan bangunan rumah dan konstruksi lainnya seperti masjid, jembatan dan biliek padi lumbung. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kerinci sudah memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap spesies-spesies tumbuhan yang dapat menghasilkan kayu bagus untuk bahan bangunan. Hal ini tampak pada kondisi bangunan yang masih baik hingga saat ini seperti bangunan Masjid Agung Pondok Tinggi dan Masjid Kuno Lempur. Walaupun bangunan masjid sudah berusia hampir 150 tahun namun kondisi kedua masjid masih bagus dan terawat. Bangunan masjid menggunakan jenis kayu keras dan tidak dimakan rayap, masyarakat menyebut jenis kayu ini dengan kayu latae atau kayu tuai Toona sureni Gambar 3.8. Gambar 3.8 Masjid Agung Pondok Tinggi Keanekaragaman spesies tumbuhan untuk bahan bangunan dan konstruksi ini dapat dijumpai di dalam hutan dan tumbuh secara alami. Terdapat beberapa spesies endemik Kerinci seperti kayu pacat Harpullia arborea dan kayu kapeh gedang Gossypium acuminatum. Spesies ini keberadaannya di hutan sudah semakin sedikit karena pemanfaatannya tidak diiringi dengan penanaman kembali karena penanaman kayu ini membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa siap panen kembali sehingga lama-kelamaan menjadi berkurang. Saat ini kedua spesies tumbuhan tersebut dikategorikan sebagai pohon yang dilindungi berdasarkan PP No 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwaliar. Selain itu keterbatasan akses masuk ke dalam hutan menyebabkan masyarakat sulit untuk mendapatkan kayu-kayu tersebut. Pengetahuan masyarakat Kerinci terhadap spesies tumbuhan yang sebagai bahan bangunan dan konstruksi ditandai dengan kemampuan mengenal dan dapat mengidentifikasi sebanyak 14 spesies tumbuhan. Untuk bahan bangunan rumah tradisional masyarakat Kerinci tidak semua dari jenis kayu tersebut digunakan. Keempat belas spesies tersebut sebagaimana disajikan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Spesies tumbuhan yang dapat dijadikan bahan bangunan Nama Ilmiah Famili Nama Lokal Bambusa sp Bambucaceae Bambu Dacrycarpus imbricatus Podocarpaceae Kayu embun Dryobalanops sp Dipterocarpaceae Kamper Shorea sp Dipterocarpaceae Meranti Eusideroxylon zwageri Lauraceae Bulian Litsea sp Lauraceae Kayu mdang Gossypium acuminatum Malvacaceae Kapeh gedang Harpullia arborea Sapindaceae Kayu pacat Macaranga sp Euphorbiaceae Mahang Milletia atropupurea Lauraceae Kayu ujan Swietenia microphylla Meliaceae Mahoni Peronema canescens Lamiaceae Sungkai Vitex pubescens Verbenaceae Kayu laban Toona sureni Meliaceae Suhinsurian Dari 14 spesies tumbuhan tersebut, berdasarkan hasil inventarisasi hanya 9 spesies tumbuhan berkayu yang digunakan oleh masyarakat Kerinci sebagai bahan bangunan dan konstruksi Tabel 3.11. Tabel 3.11 Spesies tumbuhan untuk bahan bangunan dan konstruksi Nama Ilmiah Famili Nama Lokal KA, KK kayu Dacrycarpus imbricatus Podocarpaceae Kayu embun KA = 1, KK = 3 Eusideroxylon zwageri Lauraceae Bulian KA = 1, KK = 1 Litsea sp Lauraceae Kayu mdang KA = 2, KK = 2 Gossypium acuminatum Malvacaceae Kapeh gedang KA = 2, KK = 2 Harpullia arborea Sapindaceae Kayu pacat KA = 1, KK = 2 Macaranga sp Euphorbiaceae Mahang KA = 2, KK = 3 Milletia atropupurea Lauraceae Kayu ujan KA = 2, KK = 2 Peronema canescens Verbenaceae Sungkai KA = 1, KK = 2 Toona sureni Meliaceae Suhinsurian KA = 1, KK = 1 Keterangan KA = Kelas Awet dan KK = Kelas Kuat Sumber : Atlas Kayu Indonesia Spesies-spesies yang digunakan dapat diperoleh dari dalam hutan yang ada di sekitar mereka tinggal. Selain itu masyarakat Kerinci memiliki pengetahuan terhadap jenis-jenis kayu yang bagus untuk bahan bangunan rumah mereka. Tipe rumah masyarakat Kerinci adalah rumah panjang atau bersusun panjang yang disebut umah laheik. Umah laheik menggunakan bahan utama bangunannya berasal dari kayu Gambar 3.9. 1 2 8 6 6 6 4 8 5 5 5 3 7 7 7 Keterangan : 1= kayu atap, 2= bubungan, 3 = rangka lantai, 4 = dinding rumah, 5 = daun pintu, 6 = jendela, 7 = tangga rumah, 8 = tiang umah Gambar 3.9 Sketsa umah laheik masyarakat Kerinci