Taman Nasional Kerinci Seblat yang mengelilingi wilayah masyarakat Kerinci merupakan faktor penting untuk menjadikan masyarakat Kerinci sebagai subjek
pengelolaan agar tercapai tujuan pembangunan bangsa yaitu sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pengelolaan kawasan konservasi bersama masyarakat lokal dicirikan oleh keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan, pengelolaan dan
pengawasannya. Perencanaan yang berasal dari masyarakat berdasarkan pengetahuan lokal yang mereka miliki dan telah terbukti dapat melakukan proses
adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang telah ‘bertungkus lumus’ dengan alam lingkungannya. Zuhud 2007
menyatakan bahwa konservasi hutan yang dikenal hari ini adalah merupakan suatu estafet local and traditional knowledge dari sustainability domestication of
plant resources yang merupakan suatu proses evolusi tumbuhan dan hewan dengan masyarakat dalam ekosistemnya.
Sheil et al. 2006 menyebutkan bahwa masyarakat di lingkungan hutan sering menderita karena adanya proses yang mengancam keanekaragaman hayati
sehingga memerlukan proses perenungan untuk mengetahui bagaimana cara untuk mencapai konservasi pada daerah tersebut melalui pengembangan konservasi
yang terintegrasi serta konservasi yang berbasis masyarakat. Liambi et al. 2005 juga menyatakan bahwa partisipasi aktif dari masyarakat lokal merupakan strategi
penentu keberhasilan konservasi keanekaragaman hayati sehingga harus menjadi perhatian bagaimana pengetahuan lokal mereka terhadap ekosistem, sistem nilai
dan hubungan mereka dengan alam. Oleh karena itu pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis pengetahuan masyarakat Kerinci sudah seharusnya
menjadi suatu solusi pemanfaatan dan pengelolaaan kawasan menuju tercapainya kelestarian kawasan sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6.4 Etnobiologi Masyarakat Kerinci Masa Kini Untuk Masa Depan
Etnobiologi masyarakat Kerinci memiliki peran yang sangat penting dimasa mendatang. Mengingat lebih sebagian dari luas Kabupaten Kerinci
termasuk ke dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat maka adalah menjadi suatu keniscayaan untuk mengungkapkan pengetahuan-
pengetahuan asli masyarakat Kerinci terhadap sumber daya alam biodiversitas agar tidak hilang dan menjadi punah. Etnobiologi masyarakat Kerinci menjadi
penting karena kesejahteraan masyarakatnya tidak dapat dipisahkan dengan kelestarian sumber daya alam dan ekosistemnya.
Beberapa peran etnobiologi masyarakat Kerinci di masa mendatang sangat penting yaitu antara lain a Konservasi tumbuhan yang juga meliputi konservasi
berbagai varietas tanaman pertanian dan perkebunan baik dalam kantung-kantung sistem pertanian tradisional serta konservasi sumber daya hayati lainnya, b
Inventori botani dan penilaian status konservasi jenis tumbuhan, c Menjamin keberlanjutan persediaan makanan, termasuk juga didalamnya sumber daya hutan
non-kayu, d Menjamin ketahanan pangan lokal, regional dan global, e Menyelamatkan praktek-praktek kegiatan pemanfaatan sumber dayasecara lestari
yang semakin terancam punah karena kemajuan zaman, f Memperkuat identitas etnik dan nasionalisme, g Memperbesar keamanan fungsi lahan produktif dan
menghindari kerusakan lahan, h Pengakuan hak masyarakat lokal terhadap kekayaan sumber dayadan akses terhadapnya, i Meningkatkan kemakmuran dan
daya tahan masyarakat lokal sebagai bagian dari masyarakat dunia, j Mengidentifikasi dan menilai potensi ekonomi tanaman dan produk-produk
turunannya untuk berbagai manfaat, k Berperan dalam penemuan obat-obatan baru, l Berperan dalam penemuan bahan-bahan akrab lingkungan, m Berperan
dalam perencanaan lingkungan yang berkelanjutan, n Berperan dalam meningkatkan daya saing daerah dalam bidang pariwisata karena mampu
menjamin autentisitas keaslian dan keunikan objek dan daerah tujuan wisata serta o Berperan dalam menciptakan ketentraman hidup secara spiritual.
Sementara Santosa 2015 menyebutkan bahwa berdasarkan amanat Pancasila dan UUD 1945 selayaknya dan sudah saatnya dapat dipenuhi sehingga
kontribusi keaneakaragaman hayati khususnya satwaliar terhadap peningkatan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, terutama masyarakat etnik lokal di
dalam dan di sekitar hutan serta pembangunan perekonomian nasional dapat terwujud. Masyarakat Kerinci memiliki kemandirian terhadap pemenuhan sumber
protein hewani yang dapat diperoleh dari usaha subsisten di lingkungan mereka tinggal. Sama halnya dengan peran etnobotani masyarakat Kerinci , etnozoologi
masyarakat Kerinci di masa mendatang memiliki peran sebagai berikut a Konservasi satwa, yang sangat relevan mengingat mereka tinggal di dalam dan di
sekitar hutan, b Inventarisasi satwaliar dan penilaian status konservasi jenis satwaliar,c Menyelamatkan praktek-praktek konservasi tradisional pemanfaatan
sumber daya hayati yang semakin terancam punah d Memperkuat identitas etnik dan nasionalisme, e Pengakuan hak masyarakat terhadap kekayaan sumber
daya dan akses terhadapnya, f Meningkatkan kemakmuran dan daya tahan masyarakat lokal sebagai bagian dari masyarakat dunia.
Tujuan pembangunan bangsa Indonesia sebagaimana tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan pembangunan tersebut adalah untuk mendapatkan bangsa Indonesia yang mandiri dan maju. Bangsa mandiri
adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri. Sedangkan bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki sumber daya manusia berkualitas, memiliki laju pertumbuhan penduduk yang kecil, angka
harapan hidup yang tinggi dan kualitas layanan sosial yang lebih baik.
Untuk mencapai tujuan nasional tersebut, berdasarkan UU RI No 17 tahun 2007 pemerintah menetapkan Rencana Jangka Pembangunan Jangka Panjang
Nasional RPJPN 2005 -2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 tahunan
ditetapkan untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa pemerintah, masyarakat, dunia usaha di dalam mewujudkan
tujuan nasional sesuai visi dan misi pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif dan saling melengkapi satu sama lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.
Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan
kemampuan dan kekuatannya sendiri. Karenanya mutlak diperlukan upaya membangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berlomba-lomba menjadi
kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian. Kemandirian suatu bangsa tercermin antara lain kepada ketersediaan sumber daya manusia SDM
yang berkualitas dan memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, kemandirian aparatur penegak hukum dalam menjalankan
tugasnya, ketergantungan pembiayaan pembangunan dari sumber dalam negeri yang semakin kokoh dan kemampuan memenuhi kebutuhan pokok.
6.5 Implikasi Dan Kebijakan
6.5.1 Kebijakan Perundangan Untuk mewujudkan masyarakat Kerinci sebagai subyek dalam pengelolaan
sumber daya alam hayati dan ekosistem mereka diperlukan suatu legalitas hukum yang menguatkannya. Fay dan Sirait 2003 menyatakan bahwa dari berbagai
kebijakan yang telah disusun mempunyai arus utama bahwa masyarakat lokal adat belum menjadi bagian penting dalam proses pembangunan pemerintah yang
berkelanjutan.
Lembaga Pengembangan Hukum Indonesia dalam technical report-nya menyebutkan bahwa berdasarkan studi literatur terhadap peraturan perundang-
undangan terdapat sekitar 157 peraturan baik yang secara langsung mengatur tentang pengelolaan kawasan konservasi maupun yang tidak secara langsung
mengatur namun berkaitan, menunjukkan terdapatnya kelemahan-kelemahan yang menjadikan masyarakat lokal seolah-olah tidak memiliki pengetahuan
terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Sedangkan berdasarkan analisis konten terhadap 13 peraturan kebijakan pengelolaan taman nasional dan peran serta masyarakat dengan menggunakan
Konsep Tri –Stimulus AMAR Konservasi menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam menjadikan masyarakat tradisional sebagai subyek dalam pengelolaan
kawasan taman nasional Zuhud 2007.
Diantara peraturan perundang-undangan yang secara langsung mengatur tentang pengelolaan kawasan konservasi dan peran serta masyarakat adalah
sebagai berikut : a. Undang-undang No 5 Tahun 1990
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya KSDHE merupakan turunan dari UU No 4 tahun 1982. UU ini
berasaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan SDAHE secara serasi dan seimbang sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan
mutu kehidupan manusia. Undang-undang ini mengatur tentang perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya, kawasan suaka alam, pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.