Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Indeks Nilai Penting Budaya Tumbuhan atau Indeks of Cultural Significance ICS diacu dari Turner 1988 dimodifikasi Purwanto 2004 dengan persamaan sebagai berikut : Keterangan : ICS= Indeks Kepentingan Budaya index of cultural significance, q = nilai kualitas, i = nilai intensitas, e = nilai ekslusivitas, n= manfaat ke Sedangkan analisis data penilaian penyebaran spesies tumbuhan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan masyarakat society point of view Kartikawati 2004, yaitu : d. Penyebaran jenis-jenis tumbuhan yang diasumsikan sangat terbatas karena keberadaanya secara alamiah jarang dan atau hanya ditemukan pada jarak tempuh yang relatif jauh dari kawasan pemukiman skor 1. e. Penyebaran jenis-jenis tumbuhan yang diasumsikan terbatas karena banyak ditemukan di hutan primer dan hutan di sekitar pemukiman hutan sekunder dan bekas ladang skor 2. f. Penyebaran jenis-jenis tumbuhan yang diasumsikan banyak dan mudah ditemukan karena biasanya terdapat di ladang hingga sekitar pemukiman skor 3. 2 Tri Stimulus Amar Konservasi Stimulus adalah rangsangan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu melakukan respon atau reaksi terhadap suatu keadaan Azwar 2013. Respon yang diberikan terhadap suatu rangsangan disebut dengan sikap. Stimulus dalam penelitian ini adalah fenomena yang diperlihatkan oleh keberadaan lahan pelak Sikap adalah kecendrungan bertindak tend to act, kesediaan beraksi masyarakat Kerinci untuk tetap mempertahankan dan melanjutkan kegiatan perladangan sistem pelak. Tri Stimulus Amar Konservasi adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa sikap-sikap yang dijadikan sebagai suatu aksi berbuat atau tidak berbuat merupakan suatu proses stimulus. Tri Stimulus Amar Konservasi dibedakan atas stimulus alami, stimulus manfaat dan stimulus rela religi. Stimulus alami adalah ransangan-ransangan atau signal yang ditimbulkan secara alami dan menjadi penyebab untuk masyarakat melaksanakan suatu aksi konservasi. Stimulus manfaat artinya, ransangan-ransangan yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakanperbuatan karena merasakan manfaat dari tindakan tersebut. Stimulus rela religi adalah kerelaan atau keikhlasan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan keyakinan, kepercayaan atau adat budaya, sehingga menjadikannya sebagai suatu keyakinan yang harus diperbuat Konsep Tri – Stimulus Amar Konservasi sebagaimana pada Gambar 4.1. ICS = q 1 x i 1 x e 1 n 1 + q 2 x i 2 x e 2 n 2 + …….. + q n x i n x e n n n Tri-stimulus amar konservasi Stimulus alami: Nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya Stimulus Manfaat Nilai-nilai kepentingan untuk manusia :manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologisekologis dll Stimulus Rela Religius Nilai-nilai kebaikan, terutama Sikap konservasi Cognitive Persepsi, pengetahuan, pengalaman, pandangan, keyakinan Affective mosi, senang, benci, dendam, sayang, cinta dll K O N S E R V A S Gambar 4.1 Diagram alir Tri Stimulus-Amar Konservasi stimulus, sikap dan perilaku konservasi Zuhud 2007

4.3 Hasil dan Pembahasan

4.3.1 Pandangan Masyarakat Kerinci terhadap Alam dan Lingkungannya Pandangan manusia terhadap alam dan lingkungannya merupakan hasil dari perjalanan sejarah kehidupan yang sangat panjang, yang melahirkan bentuk- bentuk kepercayaan, kebudayaan dan tradisi. Pandangan masyarakat Kerinci terhadap alam dan lingkungannya lahir dari konsep kepercayaan dan adat istiadat yang mendasari seluruh kehidupan mereka. Alam pikiran orang Kerinci juga dipengaruhi oleh kondisi geografis bentang alamnya yang berbukit dan bergelombang serta dikelilingi oleh kawasan hutan. Mereka memiliki keyakinan akan kesaktian alam Kerinci yang terkenal dengan sebutan Sakti Alam Kerinci . Menurut pandangan masyarakat Kerinci, alam tidak hanya memiliki fungsi ekonomi tetapi juga memiliki fungsi religius dan budaya. Mereka mempercayai bahwa alam dihuni oleh kekuatan-kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi keselamatan kehidupan mereka. Sistem kepercayaan tradisional Kerinci sangat menghormati dan meyakini adanya kekuatan gaib yang menghuni alam semesta. Hal ini melahirkan budaya keramat, setiap bentuk-bentuk alam yang dianggap memiliki kekuatan gaib akan dikeramatkan sehingga di Kerinci banyak tempat- tempat yang dikeramatkan, seperti danau, hutan rimba, pohon-pohon besar sumber air, bukit ataupun batu besar. Tempat-tempat yang dianggap keramat ini tidak boleh diganggu dan harus dijaga kelestariannya seperti Danau Kaco, Danau Lingkat, Danau Gunung Tujuh, Bukit Bertuah, Batu Menangis dan sebagainya. Hidup serasi dan selaras dengan alam juga tercermin dalam pendirian rumah tradisional umah laheik. Rumah tradisional mereka dibangun tanpa paku dan alat dari besi. Lantai dan dinding terbuat dari kayu, sedangkan atapnya dari ijuk. Kayu-kayu disatukan dengan memakai pasak dan tali ijuk. Posisi rumah berdasarkan arah aliran sungai terdekat, bagian depan menghadap ke hulu dan bagian belakang menghadap ke hilir. 4.3.2 Pengetahuan Masyarakat Kerinci terhadap Sumber Daya Hutan Bagi masyarakat Kerinci, sumber daya hutan merupakan sumber penghidupan yaitu untuk tempat berladang dan memperoleh berbagai hasil hutan Perilaku aksi konservasi non kayu lainnya. Sebagai masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian, kebutuhan akan lahan adalah hal yang sangat utama. Pola kehidupan masyarakat Kerinci menunjukan bahwa mereka hidup berlandaskan kepada asas alamiah, asas tradisional dan asas kekeluargaan. Asas alamiah terlihat dari hubungan yang erat antara masyarakat dengan sumber daya alam. Asas tradisional terkait dengan pola pemanfaatan dan pengetahuan tradisional yang berlaku secara turun temurun seperti pelaksanaan upacara adat ritual, ilmu gaib, keyakinan dan pengobatan tradisional. Sedangkan asas kekeluargaan terlihat pada hampir semua aktivitas tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga inti tumbi, namun dilakukan secara bersama-sama. Hal ini menjadi falsafah adat dalam membangun ‘nagari’ yaitu keterpaduan, keakraban, kesadaran, kebersamaan dan keterbukaan. Dalam pandangan mereka hutan adalah penting bagi kehidupan mereka sehingga harus dilestarikan. Sepenuhnya mereka menyadari kondisi wilayah yang mereka tempati adalah berupa lembah yang dikelilingi oleh bukit dan pegunungan. Hal ini terungkap dalam pernyataan mereka : “....kami ini tinggal di lembah, sekeliling kami bukit, jika bukit gundul akan terjadi tanah longsor, maka kami akan tertimbun, makanya hutan itu penting bagi kami, menjaga tanah dari longsor...” Oleh karena itu, keberlanjutan akan keberadaan hutan bagi masyarakat Kerinci adalah suatu keniscayaan yang menjadi harapan seluruh masyarakat. Kriteria keberlanjutan pemanfaatan hutan dan hasil hutan menurut masyarakat Kerinci adalah keberlanjutan fungsi ekonomi, fungsi ekologi dan fungsi sosial budaya Tabel 4.1. Menurut Ritchie et al. 2001 konsep pengelolaan hutan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai pencapaian keseimbangan-keseimbangan antara tuntutan masyarakat yang semakin meningkat untuk produk hutan, manfaat dan pelestarian kesehatan hutan dan keanekaragaman. Keberlanjutan sangat penting untuk kelangsungan hidup hutan dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan. Perlindungan hutan dalam hukum masyarakat lokal bertujuan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia. Pola perlindungan hutan dalam hukum lokal didasarkan pada aturan-aturan hukum lokal berupa tabu dan larangan dan dilakukan melalui tindakan preventif berupa pembentukan aturan, penyuluhan. pengawasan dan represif berupa penjatuhan sanksi adat. Tabel 4.1 Kriteria pengelolaan hutan lestari menurut masyarakat Kerinci Aspek Kriteria Indikator Ekonomi Kelestarian fungsi ekonomi a. Masyarakat dapat memanfaatkan hasil hutan non kayu untuk keperluan hidup sehari-hari. b. Masyarakat dapat mengambil bahan kayu bakar sebagai sumber energi sehari-hari c. Masyarakat dapat mengambil dan memanfaatkan kayu hutan untuk bahan bangunan Ekologi Kelestarian fungsi a. Tersedianya sumber mata air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan keperluan ekologi pengairan bagi pertanian mereka b. Terlindunginya sumber mata air pegunungan dari kerusakan dan gangguan yang dapat menyebabkan kekeringan atau banjir. c. Proporsi luas kawasan hutan yang dilindungi berfungsi baik terhadap keseluruhan kawasan yang seharusnya dilindungi d. Terlindunginya sumber daya hayati baik tumbuhan dan satwa yang ada dalam hutan sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan Sosial budaya Kelestarian fungsi sosial budaya a. Adanya pengakuan atas hutan-hutan adat ulayat yang didokumentasikan dan dilindungi b. Adanya pelibatan masyarakat dalam perencanaan hutan dan praktik manajemen hutan berbasis kegiatan ekonomi c. Sumber-sumber ekonomi komunitas minimal tetap mampu mendukung kelangsungan hidup komunitas secara lintas generasi Masyarakat Kerinci dalam memandang alam menunjukan telah adanya konsep penyatuan diri dengan alam. Alam dijadikan sebagai guru sekaligus merupakan daya hidup masyarakat dalam menghadapi segala kesulitan yang timbul karena ketidakmampuan mereka mencari jawaban ilmiah setiap peristiwa alam yang terjadi di sekitar mereka. Penggunaan konsep-konsep gaib atau kekuatan gaib yang ditimbulkan oleh alam dijadikan panduan dalam hidup masyarakat Kerinci. Kepercayaan akan adanya kekuatan yang dimiliki oleh sesuatu benda yang ada di alam sekitar mereka, sangatlah kuat dalam masyarakat Kerinci, misalnya mereka percaya bahwa pohon besar atau muara sungai selalu ada penunggu atau penguasanya yang setiap saat bisa menjelma menjadi sesuatu dan dapat menguntungkan atau mungkin merugikan bagi mereka Efrison 2009. Selain pengetahuan terhadap pembagian dan pemanfaatan satuan lingkungan, masyarakat Kerinci juga mengenal bentuk-bentuk perlindungan kawasan yang berguna dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya alam tersebut. Pengaturan pemanfaatan tersebut tertuang dalam ungkapan-ungkapan tanah yang bergabung, pulau yang menganjung, tebing yang menyiku, batang air atau sungai yang mengalir, jalan yang membentang dan rimba yang tidak dikerjakan Gambar 4.2.