Pelak Integrasi Etnobiologi Masyarakat Kerinci Dalam Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Dari 27 spesies tumbuhan komposisi tanaman pelak masyarakat Kerinci dilakukan penghitungan Indeks Nilai Penting Budaya Tumbuhan =ICS yang diacu dari Turner 1988 dan dimodifikasi oleh Purwanto 2004. Nilai ini didasarkan pada nilai kuantitas quality value, nilai intensitas intensity value dan nilai esklusifitas ekslusivity value. Sedangkan skor penyebaran diperlukan untuk melihat kepentingan suatu spesies tumbuhan di dalam ekosistem. Hasil penghitungan ICS dan skor penyebarannya di lahan pelak masyarakat Kerinci Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil perhitungan ICS dan skor penyebaran tumbuhan di lahan pelak masyarakat di Dusun Keluru Nama Ilmiah Nama Lokal ICS Skor Penyebaran Cinnamomun burmannii Kayu manis 57 3 Carica papaya L Sampilo 48 3 Manihot esculenta Ubi kayaw 48 3 Toona sureni Surian 39 1 Leucopersycum esculentum Tomat 38 3 Zea mays Jagung 35 3 Zingiber officinale Jahe 32 3 Capsicum frutescens Cabe rawit 28 2 Areca catecu Pinau 27 2 Arachis hypogea Kacang tanah 25 2 Bambusa vulgaris var vulgaris Bambu 24 1 Ipomoea batatas Ubi jalar 24 2 Persea americana Pokat 24 2 Psophocarpus tetragonolobus Kacang belimbing 24 2 Brassica oleracea Kol 21 1 Curcuma longa Kunyaik 21 3 Durio zibethinus Durian 21 1 Garcinia mangostana Manggis 21 1 Piper betle Sihih 21 3 Vigna unguiculata Kacang panjang 21 3 Aleurites moluccana Kemintang 18 2 Cocus nucifera Niye 18 2 Sechium edule Timun 18 2 Mangifera foetida Kuini 12 1 Ocimum bacilicum Umbu kamangay 12 2 Spondias pinnata Kedondong 12 1 Andropogon nardus Sray 9 3 Keterangan : ICS = Indeks of Cultural Significance ICS Skor 1 = Penyebaran spesies tumbuhan yang diasumsikan sangat terbatas karena keberadaanya secara alamiah jarang dan atau hanya ditemukan pada jarak tempuh yang relatif jauh dari kawasan pemukiman. Skor 2 = Penyebaran jenis-jenis tumbuhan yang diasumsikan terbatas karena banyak ditemukan di hutan primer dan hutan di sekitar pemukiman hutan sekunder dan bekas ladang, Skor 3 = Penyebaran jenis-jenis tumbuhan yang diasumsikan banyak dan mudah ditemukan karena biasanya terdapat di ladang hingga sekitar pemukiman. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa kayu manis Cinnamomun burmanii memiliki nilai ICS tertinggi yaitu 57 dan diikuti oleh Carica papaya 48, Manihot esculenta 48, Toona sureni 39, Leucopersycum esculentum 38, Zea mays 35 dan Zingiber officinale 32. Berdasarkan skor penyebaran spesies komposisi pelak masyarakat Kerinci menunjukan bahwa kayu manis juga memiliki skor penyebaran tinggi 3 yaitu penyebaran kayu manis diasumsikan banyak dan mudah ditemukan karena terdapat di kawasan perladangan hingga pemukiman. Namun ada beberapa spesies yang memiliki nilai ICS tinggi namun memiliki skor penyebaran rendah 1 yaitu penyebaran spesies tumbuhan yang diasumsikan sangat terbatas karena keberadaanya secara alamiah jarang dan atau hanya ditemukan pada jarak tempuh yang relatif jauh dari kawasan pemukiman seperti suhin atau surian Toona sureni. Hal ini dapat terjadi karena spesies ini memiliki beberapa kegunaan dan dianggap penting oleh masyarakat, namun keberadaannya di lahan sudah kurang atau sulit dijumpai. Spesies surian Toona sureni memiliki ICS 39 menunjukan bahwa surian memiliki beberapa kategori kegunaan namun tidak dijadikan sebagai tanaman yang banyak ditanam mengingat masa panen yang cukup lama. Kayu surian dapat dipanen saat umur lebih dari 25 tahun, dan menjelang siap tebang dan dipanen, tidak memberikan keuntungan yang dapat diperoleh masyarakat, seperti halnya kayu manis. Sementara spesies-spesies dengan ICS rendah tapi mempunyai skor penyebaran yang tinggi seperti sray Andropogon nardus, kemintang Aleurites moluccana, pokat Persea americana, kuini Mangifera foetida, sihih Piper beatle dan kacang panjang Vigna unguiculata. Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki nilai kepentingan yang rendah namun keberadaannya di lahan cukup banyak karena spesies-spesies ini mudah tumbuh, walau tidak disengaja seperti membuang bijinya, maka tanaman ini dapat tumbuh. Berdasarkan hasil penghitungan ICS dan skor penyebaran, kayu manis Cinnamomun burmanii memiliki nilai ICS dan skor penyebaran yang tertinggi, menunjukan bahwa jenis ini merupakan jenis yang disukai oleh masyarakat dan keberadaannya di alam masih cukup banyak. Hal ini erat kaitannya dengan stimulus alamiah tentang informasi kelangkaan, kondisi populasi dan regenerasi dari kayu manis tersebut. Masyarakat tidak memahami atau tidak menangkap sinyal yang memberi informasi tentang kelangkaan, ditunjukan oleh kondisi populasi dan regenerasi pohon kayu manis di ladang pelak milik masyarakat yang masih cukup banyak. Stimulus alamiah terhadap kayu manis ini dapat hidup pada masyarakat Kerinci karena sudah menjadi tanaman yang sejak lama dan diturunkan dari generasi sebelumnya. Zuhud 2007 menyatakan bahwa tumbuhan dan habitat serta budaya masyarakat tak dapat dipisahkan satu sama lain sebagai satu kesatuan utuh kehidupan bagi masyarakatnya. Kayu manis dan masyarakat Kerinci dapat dikatakan sudah merupakan satu kesatuan sehingga bagi masyarakat menanam kayu manis adalah suatu kerelaan dan bukan karena keterpaksaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Barber et al. 1999 dalam Zuhud 2007 bahwa masyarakat dengan hubungan yang beragam, ganda dan dalam jangka waktu panjang dengan lingkungannya lebih cendrung menghargai keutuhan jangka panjang seluruh ekosistem dibanding dengan masyarakat yang hubungannya terbatas pada satu atau dua sasaran sempit. Pemanfaatan Pelak Masyarakat Kerinci Secara umum kegiatan sistem perladangan pelak yang dilakukan masyarakat Kerinci memiliki manfaat secara ekonomi dan ekologis. Manfaat ekonomi erat kaitannya dengan upaya pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta upaya peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Sedangkan manfaat ekologis erat kaitannya dengan lingkungan lahan seperti tingkat kesuburan tanah dan pengaturan tata air. Pendapatan yang diterima oleh seorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki masing-masing petani, tingkat produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusahaan pertanaman serta efisiensi tenaga kerja. Sistem agroforestry pelak sudah dilakukan sejak lama oleh masyarakat Desa Keluru, karena dapat memberikan manfaat baik manfaat jangka panjang ataupun manfaat jangka pendek. Manfaat jangka panjang dari pelak adalah perlindungan, rehabilitasi lahan dan tanah. Perlindungan mencakup pengurangan erosi, longsor dan air permukaan run off kehilangan hara dan evaporasi. Rehabilitasi berarti perbaikan status hara pengembalian kesuburan tanah, kadar organik dari tanah, pH tanah, struktur tanah, penanggulangan hama dan penyakit serta penurunan suhu dan radiasi sinar matahari. Sedangkan manfaat jangka pendeknya peningkatan hasil pertanian, peningkatan produktifitas yang berkelanjutan, perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat, perbaikan keadaan sosial ekonomi masyarakat dan penggunaan tataguna lahan yang mantap. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik pelak menunjukan bahwa sebagian hasil pelak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama pemenuhan kebutuhan sumber bahan pangan dan tumbuhan obat. Sebagian tumbuhan obat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit ringan yang diderita oleh masyarakat. Sedangkan sebagian lain dari hasil pelak dijual untuk mendapatkan keperluan hidup lainnya seperti biaya pendidikan. Berdasarkan informasi dan studi lapangan yang dilakukan, sebanyak 30 orang responden 100 memilih tanaman jenis kayu manis untuk ditanam, dan mereka mengetahui akan bioekologi profil, tempat tumbuh, morfologi dan manfaat dari tanaman kayu manis tersebut. Kayu manis merupakan jenis tanaman berumur panjang ± 25 tahun penghasil kulit kayu yang dimanfaatkan sebagai rempah-rempah yang sangat beraroma, manis serta pedas. Kayu manis merupakan tanaman asli Indonesia yang tersebar di beberapa propinsi seperti di Jawa, di Sumatera, Maluku , Nusa Tenggara dan Papua. Kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 – 1 500 m dpl dengan iklim tropis basah. Bila ditanam dibawah ketinggian 500 m dpl dapat tumbuh tapi menghasilkan kulit kayu yang kurang bagus. Kayu manis memerlukan sinar matahari sekitar 40 – 70, keadaan tanah, jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kayu manis adalah tanah yang banyak mengandung humus, remah, berpasir dan mudah menyerap air seperti jenis tanah latosol. Namun kayu manis juga dapat tumbuh pada jenis tanah andosol, podsolik merah kuning dan mediteran sedangkan keasaman pH tanah yang cocok untuk tanaman kayu manis adalah pH 5.0 – 6.5. Kulit manis sudah bisa dipanen pada usia tegakan kayu manis 5 tahun, tapi pemanenan yang dilakukan diatas umur 5 tahun yaitu 10 – 15 tahun menghasilkan kulit kayu yang lebih baik. Hai ini sudah dipahami betul oleh petani tersebut. Kayu manis yang sudah ditebang, batang kayunya dapat dijadikan sebagai kayu bahan bakar, bahkan dapat juga dijadikan sebagai bahan bangunan perumahan. Pemahaman akan bioekologi kayu manis ini menunjukan bahwa stimulus secara alami dari kayu manis sudah diketahui oleh masyarakat sehingga menjadikan mereka dengan rasa kerelaan untuk menanamnya. Sedangkan untuk stimulus manfaat, petani Desa Keluru sudah merasakan nilai manfaat dari kayu manis, terutama manfaat ekonomis. Kayu manis merupakan tanaman bernilai ekonomi tinggi, karena kulitnya sudah bisa dipanen mulai dari usia 5 tahun hingga 25 tahun. Konon, masyarakat menganggap bertanam kayu manis adalah sebagai investasi tabungan, karena sewaktu-waktu ketika butuh uang bisa mengambil kulit kayu manis untuk kemudian dijual dan dipergunakan untuk kebutuhan hidup. Pemilihan spesies kayumanis sebagai tanaman karena kuatnya stimulus alami dan manfaat yang mereka rasakan disajikan sebagaimana Gambar 4.7 berikut : Gambar 4.7 Stimulus alami, manfaat dan kerelaan masyarakat Kerinci terhadap pemilihan spesies tumbuhan modifikasi Zuhud 2007 Zuhud 2007 menyebutkan bahwa stimulus dari suatu spesies keanekaragaman hayati adalah spesifik dan unik dan ditujukan kepada subjek yang spesifik pula. Stimulus alami dan stimulus manfaat idealnya berjalan bersama, namun kenyataan di masyarakat stimulus manfaat suatu sumberdaya hayati adalah yang paling cepat ditangkap oleh masyarakat menjadi stimulus, karena sudah berkembangnya informasi tentang manfaat. Namun apabila stimulus lain alami dan religius tidak dipahami dan tidak menjadi stimulus sikap untuk menanam kayu manis maka yang akan terjadi adalah ketidakberlanjutan tanaman kayu manis. b. Ladang pnanam mudo Ladang pnanam mudo adalah istilah yang digunakan untuk lahan budidaya monokultur yang ditanami tanaman budidaya seperti berbagai spesies sayuran. Kegiatan produksi di ladang pnanam mudo merupakan aktivitas utama bagi masyarakat Kerinci di keempat lokasi penelitian yaitu Dusun Baru Lempur Pengetahuan ekobiologi spesies ICS tinggi dan sebaran banyak Stimulus alami Masyarakat mendapatkan manfaat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari Stimulus manfaat 30 responden memilih spesies tumbuhan tersebut untuk dibudidayakan Stimulus rela Keberlanjutan penanaman lahan pelak dengan spesies tumbuhan memiliki ICS tinggi namun skor sebaran juga tinggi. Kecamatan Gunung Raya, Dusun Lama Tamiai Kecamatan Batang Merangin, Dusun Ulu Jernih Kecamatan Gunung Tujuh dan Dusun Keluru Kecamatan Keliling Danau. Hasil panen dari ladang pnanam mudo ini merupakan sumber pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari termasuk biaya pendidikan dan kebutuhan lainnya. Spesies tanaman yang ditanam pada keempat lokasi relatif sama yaitu cabe Capsicum annum, cabe rawit Capsicum frustecensterong Solanum melongena, kacang panjang Vigna unguiculata, bawang pray Allium porrum, bawang merah atau bawang abay Allinum cepa, kol Brassica aleracea, kubik Solanum tuberrosum dan tomat Lycopersicum esculentum. Ladang pnanam mudo masyarakat Kerinci seperti tampak pada Gambar 4.8 Gambar 4.8 Ladang pnanam mudo masyarakat Dusun Ulu Jernih Kecamatan Gunung Tujuh

c. Ladang pnanam tuo

Sedangkan ladang pnanam tuo merupakan bentuk pengelolaan lahan dengan sistem agro-forestry yang umum dijumpai pada lahan masyarakat Kerinci. Sistem agro-forestry ladang pnanam tuo ini nampak pada a Ladang kayu manis yang berasosiasi dengan kopi, b Ladang kayu manis yang berasosiasi dengan suhin, jengkol, petai, cempedak dan pepaya. Pemilihan spesies ladang pnanam tuo ini sangat dipengaruhi oleh harga komoditas pertanian dan permintaan pasar baik nasional maupun internasional. Namun berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies kulit manih Cinnamomun burmanii masih tetap dipertahankan oleh masyarakat Kerinci meskipun harganya pernah relatif murah. Satuan lingkungan ladang pnanam mudo dan ladang pnanam tuo merupakan satuan lingkungan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Kerinci. Hal ini berpengaruh terhadap sistem pengelolaan tradisional menjadi sistem pengelolaan intensif, masyarakat mulai meninggalkan praktek pengelolaan tradisional, yang berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan keberlanjutan sistem pertanian di lahan budidaya. Berdasarkan hasil inventarisasi spesies tumbuhan di ladang pnanam tuo dijumpai 39 spesies tumbuhan dari 25 famili. Spesies-spesies tersebut hampir semuanya digunakan oleh masyarakat Kerinci untuk keperluan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung untuk keperluan sumber bahan pangan dan obat-obatan. Keragaman spesies tumbuhan yang dapat dijumpai pada ladang pnanam tuo terdiri dari tanaman budidaya dan tumbuhan liar Tabel 4.7. Tabel 4.7 Keragaman spesies tumbuhan yang terdapat di ladang pnanam tuo Nama Ilmiah Nama Lokal Lokasi DBL DLT DUJ DKL Aleurites mollucana Kemintang 1 1 1 1 Allium cepa Bawang abay 1 1 1 1 Allium ascalonicum Kucai 1 1 1 1 Anadendron microstachyyum Ekor naga 1 1 Andropogon nardus Sray 1 1 1 1 Apium graveolens Daun sop 1 1 1 1 Archidendron bubalinum Kabau 1 1 1 Areca catecu Pinang 1 1 1 1 Artocarpus heterophyllus Nangko 1 1 1 1 Artocarpus interger Tmedak rimbo 1 1 1 1 Caesalpinia pulcherrima Kembang alo 1 1 1 Capsicum annum Cabe 1 1 1 1 Capsicum frustecens. Cabe rawit 1 1 1 1 Carica papaya Sampilo 1 1 1 1 Cinnamomum burmanii Kulik manieh 1 1 1 1 Citrus hystrix Limau puhut 1 1 1 1 Citrus maxima Limau suto 1 1 1 1 Citrus reticulata Limau manih 1 1 1 1 Coffea robusta Kopi, kupi, kawa 1 1 1 1 Colocasia esculenta Kmumu 1 1 1 1 Coriandum sativum Penyelang 1 1 1 1 Costus speciosus Setawa 1 1 1 1 Curcuma xanthorriza . Kunyit temu 1 1 1 1 Eurycoma longifolia Pasak bumi 1 1 Garcinia mangostana Manggis 1 1 1 1 Kaempferia rotundifolia Cikrau 1 1 1 1 Languas galanga Nangkueh 1 1 1 1 Luffa acutangula Katule 1 1 1 1 Mangifera odorata Kueni 1 1 1 1 Momordica charantica Kambeh 1 1 Morinda citrifoloia Mengkudu 1 1 1 1 Musa paradisiaca Pisang 1 1 1 1 Orthosiphon grandiflorus Sungut kucing 1 1 1 1 Pandanus amaryllifolius Daun pandan 1 1 1 1 Persea americana Pukat 1 1 1 1 Piper betle Sihih 1 1 1 1 Psidium guajava Jambu kheh 1 1 1 1 Solanum torvum Imbang 1 1 1 1 Uncaria longiflora Kait-kait 1 1 1 Jumlah 39 38 36 34 Keterangan : DBL = Dusun Baru Lempur, DLT = Dusun Lama Tamiai, DUJ = Dusun Ulu Jernih, DKL = Dusun Keluru Secara umum, spesies-spesies yang terdapat di keempat lokasi ladang pnanam tuo hampir sama. Hasil penghitungan indeks kesamaan spesies menunjukkan spesies-spesies yang terdapat di Dusun Baru Lempur dan Dusun Lama Tamiai memiliki nilai indeks kesamaan terbesar yakni 98.70. Hasil perhitungan indeks kesamaan spesies sebagaimana pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Indeks kesamaan spesies pada ladang pnanam tuo Lokasi Penelitian DBL DLT DUJ DKL DBL - 98.70 88.00 93.15 DLT - 86.48 83.33 DUJ - 85.71 DKL - Keterangan : DBL = Dusun Baru Lempur, DLT = Dusun Lama Tamiai, DUJ = Dusun Ulu Jernih, DKL = Dusun Keluru Kawasan perladangan ini merupakan bentuk-bentuk satuan lingkungan antropik disebabkan karena adanya proses produksi dan adaptasi terhadap dinamika perubahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Bagi masyarakat Kerinci, satuan lingkungan antropik yang menjadi lahan budidaya kegiatan pertanian masyarakat Kerinci merupakan satuan lingkungan yang penting bagi kelangsungan hidup mereka. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Kerinci merupakan masyarakat agraris sepanjang sejarah keberadaan mereka di lembah Kerinci. Sistem budidaya yang diterapkan merupakan bentuk adaptasi masyarakat terhadap penetapan kawasan konservasi TNKS. Kegiatan budidaya berbagai spesies tanaman yang bermanfaat secara ekonomi telah mengurangi kegiatan ekstraksi hasil hutan di hutan primer. Hal tersebut menyebabkan masyarakat Kerinci tidak menggantungkan hidup dari hasil hutan Aumeeruddy 1994; Aumeeruddy dan Bakels 1994. Berdasarkan informasi dan penelusuran sejarah menunjukkan bahwa masyarakat Kerinci sejak dulu hingga kini memiliki sistem pertanian ladang swidden agriculture yang dikenal juga dengan istilah perladangan berpindah, perladangan bergilir atau perladangan gilir balik. Sistem pertanian ini diawali dengan proses pencarian dan penentuan lahan yang akan digarap, untuk kemudian dilakukan tahapan-tahapan kegiatan perladangan seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan Gambar 4.9. Sistem perladangan demikian telah menjadikan masyarakat Kerinci memiliki pengetahuan terhadap jenis tanah. Pengetahuan mengenal jenis tanah menjadi faktor utama yang diperhatikan dalam menentukan lokasi lahan yang akan dibuka dan digarap, di samping kondisi kelerengan dan ketinggian tempat. Pengetahuan ini diperoleh dari pengalaman lapang dan berproses secara turun temurun melalui uji coba yang berulang-ulang. Usaha perladangan sampai saat ini masih merupakan kegiatan utama masyarakat Kerinci untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun karena keterbatasan lahan sistem perladangan berpindah sudah mulai ditinggalkan dan menjadi sistem pertanian menetap.